KABARBURSA.COM – PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) mencatatkan laba bersih Rp471 miliar pada semester I 2025, meningkat 42 persen dibanding periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp331 miliar. Pertumbuhan laba ini terjadi meski volume pasien tercatat menurun setelah normalisasi pasca pandemi.
Pendapatan bersih perseroan naik menjadi Rp6,6 triliun dari Rp6,3 triliun pada semester I 2024. Kontribusi terbesar berasal dari layanan rawat inap, yang menyumbang lebih dari separuh total pendapatan.
Presiden Direktur SILO David Utama menegaskan bahwa manajemen tetap berfokus pada efisiensi biaya dan peningkatan kualitas layanan. “Kami tetap fokus menjaga kualitas layanan, melakukan efisiensi biaya, serta memastikan keberlanjutan pertumbuhan jangka panjang bagi Siloam,” ujar David dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 20 Agustus 2025.
Jumlah pasien rawat jalan turun menjadi 1,7 juta kunjungan sepanjang semester I 2025, dibanding 1,9 juta kunjungan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara pasien rawat inap mencapai 108 ribu, turun tipis dari 112 ribu pasien di semester I 2024.
Dari sisi segmen pendapatan, layanan rawat inap memberikan kontribusi sekitar 55 persen, rawat jalan 30 persen, dan sisanya berasal dari farmasi serta layanan laboratorium. Penurunan volume pasien berhasil diimbangi dengan optimalisasi tarif rata-rata dan efisiensi biaya operasional.
EBITDA SILO meningkat menjadi Rp1,5 triliun dari Rp1,25 triliun pada semester I 2024. Margin EBITDA naik ke 23 persen, lebih tinggi dibanding 20 persen pada tahun lalu. Margin laba bersih juga menguat ke 7,1 persen dari 5,3 persen.
Kenaikan margin ini menunjukkan bahwa strategi pengendalian biaya berhasil mendukung kinerja laba bersih, meski volume pasien tidak bertambah.
Hingga akhir Juni 2025, total aset SILO mencapai Rp19,2 triliun, naik dari Rp18,4 triliun di akhir Desember 2024. Ekuitas tercatat Rp12,5 triliun. Debt to Equity Ratio (DER) berada di level 0,3 kali, menunjukkan struktur permodalan yang sehat.
Kas dan setara kas SILO tercatat Rp2,8 triliun. Posisi kas yang kuat ini memberi ruang untuk mendanai ekspansi rumah sakit baru dan investasi pada teknologi digital.
Manajemen menyampaikan bahwa pada 2025 SILO mengalokasikan belanja modal (capex) sekitar Rp800 miliar hingga Rp1 triliun. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan rumah sakit baru, renovasi fasilitas, serta pengembangan sistem digitalisasi.
SILO saat ini mengoperasikan lebih dari 40 rumah sakit di seluruh Indonesia. Perusahaan terus memperluas jangkauan layanan dengan membuka fasilitas di kota-kota besar dan menengah, sejalan dengan peningkatan kebutuhan layanan kesehatan masyarakat.
Dalam dokumen resmi, manajemen SILO menekankan pentingnya inovasi dan digitalisasi layanan kesehatan. Pengembangan platform digital dilakukan untuk meningkatkan efisiensi operasional sekaligus memperbaiki pengalaman pasien.
David Utama menyatakan, fokus perusahaan ke depan adalah mempertahankan pertumbuhan laba dengan mengoptimalkan aset yang sudah ada dan mengembangkan jaringan baru. “Kami optimistis kinerja Siloam akan tetap tumbuh seiring dengan ekspansi dan digitalisasi yang sedang dijalankan,” ungkapnya.
Bagi investor dan pelaku pasar modal, kinerja semester I 2025 memberikan sinyal positif. Laba bersih naik 42 persen di tengah penurunan volume pasien memperlihatkan kemampuan SILO menjaga profitabilitas. Margin yang lebih kuat dan kas yang solid memberi keyakinan bahwa perusahaan mampu menjaga pertumbuhan jangka menengah.
Dengan struktur permodalan konservatif, ekuitas yang terus meningkat, serta belanja modal terjaga, saham SILO dipandang tetap menarik bagi investor yang mencari eksposur di sektor layanan kesehatan. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.