KABARBURSA.COM - Empat emiten energi baru terbarukan (EBT) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia telah merilis laporan kinerja keuangannya untuk semester I-2024. Menariknya, mayoritas dari mereka berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih, meskipun dengan persentase yang tipis.
Namun, berdasarkan data Kementerian ESDM, bauran EBT dalam energi primer Indonesia baru mencapai 13,1 persen pada 2023. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, namun masih belum mencapai target 2023 yang dinaikkan ke level 17,9 persen.
Menurut Research Analyst Phintraco Sekuritas, Aditya Prayoga, kinerja emiten EBT pada paruh pertama tahun ini masih memiliki peluang untuk ditingkatkan lebih jauh. Apalagi, Indonesia memiliki potensi EBT yang menjanjikan, ditambah dukungan kebijakan dari pemerintah.
"Pemerintah juga telah menetapkan target ambisius untuk mencapai tujuan Nol Emisi pada tahun 2060, yang sejalan dengan komitmen global dalam mengatasi perubahan iklim," ujar Aditya.
Berikut ini adalah ringkasan kinerja keuangan empat emiten EBT di semester I-2024: PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN), dan PT Arkora Hydro Tbk (ARKO).
PGEO
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), entitas dari PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang panas bumi, berhasil mencatatkan laba bersih sebesar USD96,2 juta pada semester I-2024. Ini berarti mengalami kenaikan sebesar 3,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar USD92,7 juta.
Namun, pendapatan PGEO pada paruh pertama tahun ini mengalami penurunan menjadi USD203,76 juta dari sebelumnya USD206,73 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan PGEO hingga 30 Juni 2024 terdiri dari penjualan operasi sendiri sebesar USD194,75 juta dan production allowances dari pihak ketiga sebesar USD9,01 juta, yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 0,41 persen dan 19,26 persen secara tahunan (Year-on-Year/YoY).
Aditya merekomendasikan untuk membeli saham PGEO di level support dengan target harga Rp1.210-Rp1.220 per saham. Selain itu, PGEO telah merencanakan pengembangan beberapa Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) baru hingga tahun 2027.
BREN
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang juga bergerak di bidang panas bumi, mencatatkan pertumbuhan laba bersih tahunan pada semester I-2024. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai USD57,95 juta, atau sekitar Rp950,08 miliar.
Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 0,53 persen dibandingkan laba pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar USD57,64 juta. Namun, pendapatan BREN mengalami penurunan sebesar 2,32 persen secara YoY menjadi USD290,07 juta pada semester I-2024.
Pendapatan BREN berasal dari penjualan listrik kepada pihak ketiga sebesar USD132,54 juta, penjualan uap sebesar USD59,99 juta, biaya manajemen sebesar USD18 ribu, pendapatan sewa operasi sebesar USD77,69 juta, dan pendapatan sewa pembiayaan sebesar USD19,81 juta.
Aditya merekomendasikan saham BREN untuk dibeli di kisaran Rp8.100-Rp8.250 per saham, dengan target harga Rp8.825 per saham. Ia juga menyarankan stop loss di level Rp7.925 per saham.
KEEN
PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN), yang bergerak di sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), mencatatkan kenaikan laba bersih menjadi USD9,87 juta, sedikit naik dari USD9,58 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Namun, pendapatan KEEN untuk paruh pertama tahun ini turun 7,86 persen menjadi USD22,62 juta, dari USD24,55 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan terbesar KEEN berasal dari pihak ketiga, yakni proyek konsesi sebesar USD10,11 juta, pendapatan bunga konsesi sebesar USD8,25 juta, dan penjualan listrik sebesar USD4,22 juta.
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, melihat dari segi teknikal bahwa saham KEEN masih cenderung bergerak sideways. Ia menyarankan investor untuk mengambil pendekatan "wait and see" terhadap saham ini.
ARKO
PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), entitas dari PT United Tractors Tbk, menjadi satu-satunya emiten EBT yang mencatatkan penurunan laba bersih pada semester I-2024. Perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp30,72 miliar, turun 7,19 persen dibandingkan Rp33,1 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan ARKO juga mengalami penurunan, menjadi Rp100,33 miliar, atau turun sebesar 8,70 persen dibandingkan Rp109,88 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan ARKO sebagian besar berasal dari sektor jasa konstruksi yang menyumbang Rp67,45 miliar, diikuti oleh penjualan listrik sebesar Rp28,18 miliar, dan jasa lainnya sebesar Rp4,68 miliar. Ketiga segmen ini mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Aditya merekomendasikan untuk mengkoleksi saham ARKO dengan target harga Rp1.175-Rp1.250 per saham, dan stop loss di level Rp1.010 per saham. (*)