Logo
>

Laba Tumbuh 182 Persen, Saham WIFI Melonjak, Masih Murah?

Laba bersih naik 182 persen, saham WIFI naik 429 persen. Apakah valuasi sekarang masih masuk akal untuk dikoleksi?

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Laba Tumbuh 182 Persen, Saham WIFI Melonjak, Masih Murah?
Ilustrasi: Saham WIFI Melonjak, Masih Murah? (Foto: AI untuk KabarBursa)

KABARBURSA.COM - PT Solusi Sinergi Digital Tbk atau Surge (WIFI) mencatatkan kinerja solid pada kuartal I 2025, salah satunya ditunjukkan melalui lonjakan signifikan laba bersih.

Dalam keterangannya, manajemen Surge melaporkan bahwa laba bersih perusahaan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp82,6 miliar, atau melonjak 182,18 persen secara tahunan (year on year/yoy). 

Direktur Utama Surge, Yune Marketatmo, menyampaikan bahwa pencapaian laba ini bukan semata keberhasilan finansial, melainkan juga bukti nyata kontribusi perusahaan terhadap akses digital masyarakat. 

"Kami akan terus berinovasi dan memperluas jangkauan ‘Internet Rakyat’ karena setiap warga Indonesia berhak atas akses digital yang cepat, stabil, dan terjangkau," ujar dia dalam keterangan tertulisnya dikutip, Sabtu, 3 Mei 2025.

Pertumbuhan juga tercermin dari peningkatan pendapatan sebesar 65,66 persen yoy menjadi Rp231,56 miliar. Laba kotor tercatat naik 118 persen yoy menjadi Rp174,2 miliar. Di sisi lain, laba operasional melonjak 114 persen yoy menjadi Rp137,5 miliar, sedangkan EBITDA meningkat 81 persen yoy menjadi Rp180,3 miliar.

Hingga akhir Maret 2025, jumlah pelanggan layanan "Internet Rakyat" Surge telah mencapai 249.000 pelanggan, memperkuat posisi perusahaan sebagai penyedia internet residensial yang menjangkau lapisan masyarakat lebih luas.

Secara sektoral, pendapatan dari layanan konektivitas naik signifikan sebesar 104,4 persen yoy, menjadi Rp132,4 miliar. Sementara itu, layanan iklan digital juga menunjukkan pertumbuhan sebesar 30,7 persen yoy menjadi Rp99,3 miliar.

Surge Kebut Pengembangan Infrastruktur

Dalam rangka mempertahankan momentum pertumbuhan, Surge kini tengah mempercepat pengembangan infrastruktur dengan dua fokus utama sepanjang 2025. 

Pertama, perusahaan akan memperluas jaringan serat optik nasional guna menghubungkan lebih banyak rute antarkota, pusat transit, dan koridor komersial. Kedua, Surge akan memperkuat konektivitas last-mile melalui layanan broadband residensial di lebih dari 400 stasiun kereta api di Pulau Jawa dan wilayah sekitarnya.

Ekspansi itu akan didukung oleh kerja sama strategis dengan lebih dari 500 kontraktor lokal dan penyedia layanan internet (internet service provider/ISP).

"Strategi jaringan ini memungkinkan scaling yang efisien secara biaya sambil melayani komunitas padat yang terhubung dengan jalur transportasi, yang selama ini belum dijangkau oleh penyedia layanan konvensional," tulis manajemen Surge dalam keterangannya, dikutip Rabu, 9 April 2025.

Yune Marketatmo menambahkan bahwa tahun 2024 menjadi tonggak penting bagi Surge, tidak hanya dalam hal performa keuangan tetapi juga dalam mengakselerasi misi untuk menyediakan akses internet yang terjangkau di wilayah-wilayah underserved.

"Dengan terus memperluas infrastruktur kami, kami membuka peluang bagi masyarakat, komunitas, dan pelaku usaha mikro untuk ikuti serta dalam ekonomi digital," ujar dia. 

Gandeng DOOH, Surge Maksimalkan Cuan dari Pasar Internet

Potensi pertumbuhan Surge semakin terbukan setelah menjalin kemitraan stratagis dengan PT Era Media Sejahtera Tbk (DOOH), dalam proyek ambisius menghadirkan internet terjangkau bagi 40 juta pelanggan. 

Dengan harga paket Rp100.000 per bulan untuk internet unlimited 100 Mbps, proyek ini berpotensi menghasilkan pendapatan hingga Rp4 triliun per bulan atau Rp48 triliun per tahun, jika seluruh target pelanggan tercapai. Meski demikian, angka tersebut belum dikurangi biaya operasional, insentif, dan biaya akuisisi pelanggan.

Realisasi skema ini sangat bergantung pada kecepatan penetrasi pasar, daya saing harga dibanding ISP lainnya, serta efisiensi operasional perusahaan. Dalam konteks ini, Surge akan memanfaatkan sinergi dengan ISP lokal dan kontraktor daerah guna memperluas jangkauan secara cepat dan efisien.

Direktur Utama DOOH, Vicktor Aritonang, menyampaikan bahwa pihaknya akan memaksimalkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang akan diintegrasikan ke seluruh ekosistem DOOH guna memaksimalkan jangkauan pemasaran serta meningkatkan efektivitas akuisisi pelanggan.

"Untuk memenuhi tantangan brand dan penetrasi 40 juta pelanggan yang perlu dicapai oleh WIFI, kami akan mengoptimalkan penggunaan AI dalam strategi pemasaran digital, memanfaatkan data secara lebih presisi, serta meningkatkan efektivitas kampanye media kami," ujar Vicktor dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 4 Maret 2025.

Hingga kuartal III 2024, sumber utama pendapatan Surge berasal dari segmen periklanan dan telekomunikasi, masing-masing berkontribusi sebesar Rp243,54 miliar dan Rp254,01 miliar. Jika strategi ekspansi pelanggan internet berjalan sesuai rencana, model bisnis Surge akan mengalami pergeseran signifikan—dari berbasis iklan dan konektivitas menuju dominasi pendapatan dari layanan internet residensial.

Kendati demikian, segmen periklanan masih memiliki potensi pertumbuhan, terutama dengan pemanfaatan teknologi AI dari DOOH dalam strategi pemasaran digital berbasis data pelanggan. Kolaborasi ini akan memanfaatkan berbagai kanal dan aset DOOH, termasuk Key Opinion Leader (KOL), programmatic advertising, media sosial berbasis komunitas, hingga media luar ruang digital seperti TV Kereta yang mencetak 36 juta impresi, digital totem, dan videotron berbasis AI.

Langkah-langkah tersebut diyakini dapat mempercepat tercapainya target pelanggan dan mengubah Surge menjadi salah satu pemain kunci dalam transformasi digital masyarakat Indonesia. 

Valuasi Saham WIFI: Masih Atraktif atau Sudah Premium?

Di tengah lonjakan harga saham yang impresif sejak awal tahun, valuasi saham WIFI kini menjadi sorotan para investor. Hingga akhir perdagangan Jumat, 2 Mei 2025, harga saham WIFI ditutup di level Rp2.170, terkoreksi 1,81 persen secara harian. Namun secara year-to-date (ytd), saham ini telah mencatat kenaikan harga spektakuler sebesar 429,27 persen, menjadikannya salah satu saham dengan performa terbaik di pasar.

Dari sisi price to earnings ratio (P/E), saham WIFI diperdagangkan pada P/E TTM sebesar 18,00 dan P/E annualized 15,50, jauh di atas median P/E TTM indeks IHSG yang berada di angka 7,85. Valuasi ini mencerminkan bahwa pasar memberikan premium terhadap potensi pertumbuhan dan ekspansi bisnis Surge, meskipun forward P/E belum tersedia, menunjukkan bahwa proyeksi laba ke depan masih bersifat spekulatif atau belum diestimasi secara stabil.

Earnings yield WIFI saat ini tercatat 5,55 persen, lebih rendah dibanding emiten sektor digital lain yang berbasis laba matang, namun masih dalam rentang yang dapat diterima oleh investor pertumbuhan. 

Sementara itu, rasio price to sales (P/S) berada di angka 6,70 dan price to book value (PBV) menyentuh 4,87, menandakan bahwa saham ini telah masuk ke zona valuasi premium, terutama jika dibandingkan dengan rerata sektor TMT (Teknologi, Media, Telekomunikasi).

Dari sisi efisiensi arus kas, price to cashflow tercatat 9,08. Namun perlu dicermati bahwa price to free cashflow (TTM) justru negatif di 8,78, mengindikasikan adanya tekanan pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas bersih dari operasional setelah belanja modal. Hal ini sejalan dengan free cashflow per share yang juga negatif, yakni Rp247,23 per saham, meski laba bersih (EPS TTM) cukup solid di Rp120,53 per saham.

Rasio PEG (Price/Earnings to Growth) yang rendah, hanya 0,06 untuk satu tahun dan 0,18 untuk tiga tahun, menunjukkan bahwa secara teoritis, saham ini belum terlalu mahal jika dibandingkan dengan kecepatan pertumbuhan labanya. Akan tetapi, ketidaktersediaan data PEG forward menandakan bahwa ekspektasi pertumbuhan ke depan masih perlu dikaji ulang secara konservatif.

Secara keseluruhan, valuasi saham WIFI saat ini mencerminkan keyakinan pasar terhadap skala dan potensi masa depan perusahaan, namun juga mengandung risiko apabila target ekspansi pelanggan tidak tercapai atau efisiensi operasional tidak ditingkatkan. 

Bagi investor ritel, saham ini menarik dari sisi momentum dan narasi pertumbuhan digital, namun perlu disertai kewaspadaan terhadap kondisi arus kas dan tingkat harga yang sudah relatif tinggi dibanding kinerja riil keuangan saat ini. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.