Logo
>

Lagi, Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi Tersulut Perang Dagang

Ditulis oleh Yunila Wati
Lagi, Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi Tersulut Perang Dagang

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga emas kembali mencatatkan rekor tertinggi pada Kamis waktu setempat atau Jumat dinihari WIB, 21 Februari 2025. Kenaikan didorong oleh meningkatnya kekhawatiran global terhadap perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.

    Sentimen pasar yang mengarah pada aset safe haven membuat logam mulia ini semakin diminati, seiring dengan ketidakpastian ekonomi yang terus meningkat.

    Emas spot mengalami kenaikan 0,1 persen ke level USD2.936,38 per ons pada pukul 02.36 WIB, setelah sempat menyentuh puncak tertingginya di USD2.954,69 di awal sesi perdagangan. Ini merupakan rekor tertinggi kesepuluh yang tercatat sepanjang tahun ini.

    Sementara itu, harga emas berjangka AS ditutup menguat sebesar 0,7 persen menjadi USD2.956,10 per ons, dengan kenaikan sekitar 12 persen sejak awal tahun.

    Ketegangan geopolitik dan kebijakan ekonomi AS menjadi faktor utama yang mendorong harga emas terus menguat. Pernyataan Trump mengenai rencana penerapan tarif baru untuk kayu, mobil, semikonduktor, dan produk farmasi dalam waktu dekat telah meningkatkan kekhawatiran pasar.

    Sejak awal masa jabatannya, Trump telah mengenakan tarif 10 persen untuk impor dari China serta bea masuk 25 persen terhadap baja dan aluminium. Kebijakan ini kemudian berkontribusi pada lonjakan inflasi dan ketidakpastian ekonomi.

    Selain itu, permintaan emas juga didorong oleh aksi pembelian bank sentral secara global, yang terus berlangsung sepanjang tahun ini. Aliran masuk ke Exchange-Traded Funds (ETF) emas juga mengalami peningkatan selama tiga hari berturut-turut, mengindikasikan minat investor terhadap aset ini masih sangat kuat.

    Di sisi geopolitik, Trump turut memanaskan ketegangan dengan menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, sebagai seorang diktator dan mendesaknya untuk segera mengamankan perdamaian atau berisiko kehilangan kendali atas negaranya.

    Meskipun potensi kesepakatan damai dapat meredakan ketegangan untuk sementara, analis memprediksi tren kenaikan harga emas akan tetap berlanjut dalam jangka panjang karena faktor fundamental yang mendukung tetap kuat.

    Risalah pertemuan terakhir Federal Reserve mengungkapkan bahwa kebijakan ekonomi Trump telah memicu kekhawatiran inflasi yang lebih tinggi, yang menyebabkan bank sentral AS menunda keputusan pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Kondisi ini semakin memperkuat daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi.

    Dari sisi perdagangan global, ekspor emas dari Swiss melonjak signifikan sepanjang Januari, dengan peningkatan pasokan ke Amerika mencapai level tertinggi dalam 13 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan permintaan yang semakin kuat dari pasar AS di tengah ketidakstabilan ekonomi global.

    Di luar emas, logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan harga. Perak spot naik 0,6.persen ke USD32,92 per ons, platinum menguat 0,7 persen menjadi USD978,05 per ons, sementara paladium melonjak 1 persen ke USD978,02 per ons. Kenaikan ini mencerminkan meningkatnya minat investor terhadap aset safe haven di tengah kondisi pasar yang penuh ketidakpastian.

    Dengan berbagai faktor yang masih mendukung penguatan harga emas, banyak analis memperkirakan tren ini akan berlanjut dalam beberapa pekan ke depan. Ketidakpastian global, kebijakan proteksionisme, serta tekanan inflasi menjadi alasan utama mengapa investor terus beralih ke emas sebagai instrumen investasi yang aman dan stabil.

    Goldman Sachs Naikkan Prediksi Harga Emas

    Goldman Sachs secara signifikan menaikkan perkiraan harga emas hingga akhir tahun 2025 menjadi USD3.100 per ounce. Perkiraan ini naik dari sebelumnya yang sebesar USD2.890.

    Kenaikan tersebut didorong oleh proyeksi permintaan yang berkelanjutan dari bank sentral, yang dipandang oleh bank investasi tersebut sebagai permintaan yang lebih struktural dibandingkan dengan tren sebelumnya.

    Goldman Sachs memperkirakan bahwa permintaan bank sentral yang terus-menerus ini akan menambah sekitar 9 persen pada harga emas pada akhir 2025, dengan peningkatan bertahap dalam kepemilikan Exchange Traded Fund (ETF) seiring penurunan suku bunga.

    Hal ini diperkirakan akan mengimbangi tekanan dari normalisasi posisi investor, dengan asumsi ketidakpastian global, seperti ketegangan geopolitik atau ketidakstabilan ekonomi, menurun.

    Proyeksi bank investasi ini menyoroti peran penting permintaan bank sentral dalam mendorong harga emas. Goldman Sachs telah menaikkan asumsi pembelian emas bulanan oleh bank sentral menjadi 50 ton, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 41 ton.

    Jika bank sentral membeli emas dengan rata-rata 70 ton per bulan, harga emas bisa meroket hingga USD3.200 per ounce pada akhir 2025. Kenaikan ini akan terjadi dengan asumsi bahwa posisi investor akan stabil.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79