KABARBURSA.COM - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mencatatkan pencapaian signifikan dalam mendukung Program 3 Juta Rumah yang menjadi agenda strategis pemerintah.
Hingga pertengahan 2025, bank pelat merah ini berhasil menyalurkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bersubsidi kepada 97.878 penerima manfaat melalui skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Dengan kontribusi mencapai 97 persen dari total penyaluran KPR bersubsidi BRI, skema FLPP menjadi tulang punggung dalam ekspansi pembiayaan hunian terjangkau untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Nilai outstanding kredit BRI dari program ini mencapai Rp13,35 triliun, meningkat 19,51 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari sisi kualitas kredit, performa FLPP BRI juga terjaga dengan baik. Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) tercatat hanya 1,1 persen, mencerminkan tata kelola risiko yang prudent meski ekspansi kredit dilakukan secara masif.
Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi menyebutkan bahwa pembiayaan rumah bersubsidi adalah bentuk konkret komitmen BRI untuk memperluas akses perumahan bagi segmen masyarakat yang selama ini sulit menjangkau pembiayaan formal.
“Peningkatan jumlah rumah subsidi yang disalurkan tidak hanya memperluas akses hunian terjangkau bagi MBR, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang lebih luas,” ujar Hendy dalam keterangannya Senin 28 Juni 2025.
Ia menambahkan bahwa efek berganda dari program ini ikut mendorong aktivitas sektor konstruksi, perdagangan bahan bangunan, jasa tukang, hingga pelaku UMKM di kawasan perumahan.
Program FLPP sendiri dirancang pemerintah sebagai solusi jangka panjang untuk mengatasi backlog perumahan nasional yang masih tinggi. Melalui skema ini, masyarakat dengan penghasilan maksimal Rp14 juta per bulan, sesuai dengan ketentuan zona dan status pernikahan, bisa mendapatkan akses kepemilikan rumah pertama. Fasilitas pembiayaan yang diberikan pun cukup ringan, yakni suku bunga tetap maksimal 5 persen dengan tenor kredit hingga 20 tahun.
Dalam upaya memperluas penetrasi program ini, BRI tidak hanya menyasar sektor formal seperti Aparatur Sipil Negara (ASN), tetapi juga mulai menyentuh segmen pekerja informal. Salah satu inisiatif yang mendapat sorotan adalah kemitraan dengan PT Bluebird Tbk yang membuka peluang bagi para pengemudi taksi untuk memiliki rumah melalui FLPP.
Selain Bluebird, BRI menjalin kerja sama strategis dengan berbagai instansi pemerintah seperti Kementerian PANRB, Badan Kepegawaian Negara (BKN), Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), dan Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kerja sama ini memungkinkan akses pembiayaan rumah diperluas ke kelompok ASN lintas lembaga.
Dalam pandangan ekonom, pencapaian ini tidak hanya berdampak pada inklusi keuangan, tetapi juga menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi riil. Setiap rumah yang dibangun menciptakan permintaan terhadap tenaga kerja, bahan bangunan, dan jasa lokal. Artinya, program FLPP berperan sebagai stimulus fiskal tidak langsung melalui perbankan.
Agustya Hendy menegaskan bahwa keberlanjutan program FLPP akan terus menjadi prioritas BRI ke depan.
“Melalui FLPP, BRI terus mendorong pembiayaan perumahan yang inklusif dan berkelanjutan, agar semakin banyak masyarakat memiliki akses nyata terhadap hunian yang layak,” tutupnya. (*)