KABARBURSA.COM - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat peluang investasi tuna sebesar Rp1,69 triliun. Adapun peluang itu lahir dari gelaran Indonesia Tuna Investment and Business Forum (ITIBF) 2024 di Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
Adapun ITIBF 2024 sendiri diikuti 300 peserta dari Unit Pengolahan Ikan, perusahaan penangkapan ikan, perwakilan dagang negara mitra, kepala daerah. Di samping itu, kegiatan ini juga turut diikuti industri supporting logistik dan cold chain system, jaringan ritel, hotel dan restoran, lembaga sertifikasi terkait tuna, hingga mitra international PT Indonesia Evergreen Agriculture.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo menyebut gelaran ITIBF 2024 mencatat potensi investasi tiga kali lipat lebih tinggi dari yang telah ditargetkan KKP.
"Alhamdulillah, di ITIBF tercatat potensi investasi hingga 3 kali lipat dari yang kami targetkan. Angkanya mencapai Rp1,69 T," ujar Budi dalam keterangan tertulisnya dikutip, Sabtu 29 Juni 2024.
Budi menuturkan, peluang investasi yang KKP tawarkan dalam gelaran ITIBF 2024 mencakup tiga lini, di bidang industri pengolahan ikan tuna terintegrasi di Desa Waupnor, Biak sebesar Rp190,19 miliar, fasilitas usaha di Pelabuhan Perikanan Numana sebesar Rp36,7 miliar, dan pengalengan ikan tuna dan Integrated Cold Storage (ICS) di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo sebesar Rp324,15 miliar.
Meski begitu, dalam gelaran ITIBF 2024 para investor menunjukkan minat di bidang lain meliputi bidang usaha penangkapan ikan, jual beli hasil perikanan, pengolahan, hingga budidaya ikan kerapu dengan potensi peluang investasi tambahan sebesar Rp1,69 triliun.
"Kami mengapresiasi minat investor yang melihat sektor kelautan dan perikanan begitu menarik, dan ini terlihat saat sesi business matching," tuturnya.
Budi memastikan, pemerintah memberikan dukungan terhadap investor melalui Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal. Adapun insentif yang diperoleh investor meliputi tax allowance atau keringanan Pajak Penghasilan (PPh) dari nilai investasi sebesar 5 persen per tahun selama 6 tahun. Kemudian investment allowance atau pengurangan laba bersih sebesar 10 persen dari total nilai investasi selama 6 tahun.
"Termasuk juga kemudahan perizinan berusaha melalui sistem terintegrasi berbasis elektronik," tutur Budi.
Budi berharap geliat investasi tersebut menjadi energi positif sekaligus menginspirasi pelaku usaha lain. Terlebih sektor kelautan dan perikanan masih memiliki peluang yang bisa dioptimalkan.
"Semoga ini bisa menginspirasi pelaku usaha lain, kami pastikan KKP siap memfasilitasi pelaku usaha yang berminat untuk berinvestasi di sektor ini," tutupnya.
Sementara itu, Senior Trader dari Mida Trade Ventures, Christopher Tan mengaku tak ragu membeli produk tuna Indonesia. Selain unggul, tuna Indonesia juga menerapkan prinsip keberlanjutan. Pengusaha asal Singapura itupun menjalin kontrak dagang senilai USD3 juta untuk volume 300 ton pasca pameran Seafood Expo North America (SENA) dan Seafood Seafood Expo Glolab (SEG).
"Produk tuna indonesia unggul sehingga saya tidak ragu untuk menbeli tuna indonesia," terang sosok yang akrab disapa Tan ini.
Daya Saing Perikanan RI
Sebelumnya, Budi menyebut, tuna mejadi salah satu komoditas andalan bagi sektor ekspor Indonesia. Nilai ekspor tuna Indonesia sendiri tercatat meningkat, pada tahun 2023 sendiri mencapai USD927,13 juta. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir pertumbuhan rata-rata 6,1 persen per tahun, dengan tujuan ekspor utama adalah ke Amerika Serikat, ASEAN, Jepang, Timur Tengah dan Uni Eropa.
Ekspor komoditas tuna, cakalang dan tongkol Indonesia didominasi dalam bentuk fillet dengan kontribusi sebesar 39,4 persen, tuna dalam kemasan kedap udara 28,7 persen tuna dalam kemasan tidak kedap udara 7,4 persen.
"Tuna Indonesia memiliki daya saing cukup tinggi dan potensial untuk dikembangkan di pasar. Jadi peningkatan daya saing harus terus ditingkatkan," kata Budi, Selasa 25 Juni 2024.
Budi menilai, ada beberapa strategi yang harus diambil untuk meningkatkan daya saing produk tuna Indonesia, diantaranya menjamin mutu dan keamanan produk tuna, pengembangan produk tuna demi penuhi preferensi konsumen yang saat ini mulai bergerak ke ready to eat product.
Di sisi lain, melakukan promosi produk tuna Indonesia yang mampu dijangkau secara luas, memahami persyaratan yang diminta oleh negara buyer beserta besaran tarif hingga meningkatkan hubungan bilateral antar negara melalui perundingan bilateral.
"Kami sangat concern dengan strategi peningkatan daya saing tersebut agar produk di dalam negeri berkualitas dan tidak ada penolakan produk tuna ke negara tujuan ekspor," pungkasnya. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.