KABARBURSA.COM - Lima emiten tambang ternyata telah menyalurkan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) dan dana investasi ke sektor nikel. Langkah ini dilakukan para emiten saat melandasinya harga nikel di pasar global, yang digunakan sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Yang pertama adalah PT United Tractors Tbk (UNTR). UNTR telah mengalokasikan investasi sekitar USD1 miliar sebagai bagian dari upaya ekspansi ke sektor nikel. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap komoditas batu bara.
Ekspansi UNTR ke sektor nikel juga menarik perhatian dari Jardine Cycle & Carriage Ltd, pemegang saham pengendali PT Astra International Tbk (ASII). Manajemen Jardine melihat potensi besar di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, yang memiliki cadangan nikel yang sangat besar.
Dengan memanfaatkan prospek pertumbuhan industri logam tersebut, UNTR diperkirakan telah menanamkan investasi sebesar USD1 miliar di sektor nikel pada tahun 2023. Corporate Secretary United Tractors, Sara K. Loebis, mengonfirmasi bahwa total investasi UNTR di sektor nikel pada tahun 2023 memang mencapai sekitar USD 1 miliar.
Dana tersebut, menurutnya, digunakan untuk mengakuisisi tambang ore dan penyertaan saham. "Dengan adanya lini bisnis nikel ini, diharapkan ke depan ada keseimbangan dalam aliran pendapatan UNTR yang berasal dari bisnis non-batu bara," ujarnya.
Hingga akhir semester I 2024, portofolio usaha nikel UNTR mencakup PT Stargate Pasific Resources (SPR), yang baru diakuisisi dengan kepemilikan mayoritas pada Desember 2023, serta Nickel Industries Limited (NIC), yang diakuisisi pada September 2023 dengan kepemilikan sebesar 19,99 persen.
SPR mengoperasikan tambang nikel di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, dan telah membukukan penjualan bijih nikel sebesar 967.000 wet-metric ton (wmt) pada semester I 2024, yang terdiri atas 421.000 wmt saprolit dan 546.000 wmt limonit. Sementara itu, NIC mencatatkan penjualan 34.427 ton logam nikel pada kuartal IV 2023, dan 32.759 ton logam nikel pada kuartal I 2024.
Sementara itu, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengalokasikan belanja modal mencapai USD380 juta atau sekitar Rp6 triliun pada 2024.
Head of Corporate Communications INCO Vanda Kusumaningrum mengatakan serapan belanja modal pada paruh pertama 2024 ini baru sebesar 31 persen, yakni USD118,4 juta atau sekitar Rp1,88 triliun dari total yang dicanangkan perseroan sepanjang 2024.
“Pada paruh kedua 2024, kami akan mengeluarkan tambahan belanja modal, terutama untuk proyek pertumbuhan kami di Morowali dan Pomalaa,” kata Vanda.
Vanda memastikan INCO tetap menargetkan produksi sekitar 70.800 metrik ton nikel dalam matte sampai akhir tahun ini.
Pada 2024, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel menargetkan capex sebesar USD60 juta-USD70 juta. Hingga kuartal I 2024, realisasi capex NCKL sekitar USD10 juta-USD15 juta.
Di sisi lain, NCKL juga akan mengoptimalkan produksi pada semester II 2024. “Sampai dengan semester I 2024, hasil produksi kami, masih berada di atas kapasitas terpasang yang ada,” kata Head of Investor Relations Harita Nickel Lukito Gozali.
Harita menargetkan produksi feronikel (FeNi) pada 2024 mencapai 120.000 ton, dan produksi mixed hydroxide precipitate (MHP) sebesar 75.000 sampai dengan 85.000 ton kandungan nikel. Seperti diketahui, NCKL merealisasikan produksi untuk FeNi sepanjang semester I 2024 mencapai 63.414 ton, berada di atas kapasitas terpasang, yaitu 60.000 ton.
Di sisi lain, produksi untuk MHP sepanjang paruh pertama 2024 mencapai 38.334 ton.
Strategi berbeda ditempuh oleh PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA). MBMA baru-baru ini meningkatkan porsi kepemilikan pada usaha patungan atau joint venture (JV) bersama dengan GEM Co, Ltd, PT ESG New Energy Material.
Lewat perusahaan investasi, PT Merdeka Industri Anantha (MIA), MBMA menambah porsi kepemilikan di PT ESG New Energy Material atau PT ESG sebesar 5 persen, yang awalnya memiliki porsi saham 55 persen menjadi 60 persen.
Hal itu dikonfirmasi oleh induk usaha MBMA, PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA). GM Corporate Communications MDKA Tom Malik mengatakan kepemilikan MBMA di PT ESG dipegang lewat MIA.
“Selama kuartal kedua, MIA meningkatkan kepemilikannya di PT ESG dari 55 persen menjadi 60 persen,” kata Tom.
Sampai akhir kuartal II 2024, pembangunan smelter high pressure acid leaching (HPAL) PT ESG telah selesai 51,8 persen. Rencanannya, commisioning proyek bakal dikejar pada akhir 2024.
Investasi proyek HPAL itu mencapai USD490 juta, dengan kontribusi ekuitas pemegang saham sebesar USD180 juta. “Pada akhir kuartal II/2024, pemegang saham PT ESG telah menginventasikan secara total USD330 juta dalam konstruksi proyek, terdiri dari US$180 juta dari ekuitas, dan USD150 juta dalam proyek pembiayaan,” kata Tom.
Adapun, pabrik itu memiliki kapasitas 30.000 ton nikel bentuk MHP per tahun. Nantinya HPAL akan dibangun dan dioperasikan oleh PT ESG New Energy Material (HPAL JV Co) dengan nilai investasi sebesar USD600 juta.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam memperkirakan bahwa pembentukan usaha patungan (JV) untuk smelter nikel dengan Hong Kong CBL Limited (HKCBL) akan selesai pada tahun 2025. HKCBL adalah bagian dari Grup Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL), yang merupakan produsen utama baterai kendaraan listrik dunia.
Direktur Utama Antam, Nico Kanter, menyatakan bahwa ANTM bersama afiliasi CATL tersebut saat ini tengah dalam tahap negosiasi mengenai pendanaan proyek smelter tersebut. “Perusahaan dan mitra sedang mengeksplorasi peluang terkait pendanaan proyek ini,” ujar Nico.
Dalam rencananya, Antam dan HKCBL akan membangun dua smelter, yaitu HPAL dan RKEF. Komitmen investasi untuk smelter ini merupakan bagian dari program usaha patungan baterai listrik Indonesia Battery Corporation (IBC).
Nico juga mengungkapkan bahwa sebagian pendanaan untuk proyek smelter ini akan diperoleh dari hasil divestasi anak usaha Antam kepada HKCBL senilai Rp7,2 triliun. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.