Logo
>

Lima Faktor yang Dorong BTC Tembus USD100 Ribu Lagi

BTC kembali melesat tembus USD100K. Ini lima faktor kunci di balik lonjakan, mulai dari kesepakatan dagang Trump hingga gelombang dana institusional.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Lima Faktor yang Dorong BTC Tembus USD100 Ribu Lagi
BTC kembali sentuh USD100K. Simak lima faktor utama: Trump-Inggris, The Fed, dana institusi, legalitas BTC AS, hingga likuidasi short besar-besaran. Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com.

KABARBURSA.COM – Hari ini para investor dibuat terpana. Harga Bitcoin (BTC) mendadak melonjak dan kembali menembus level psikologis USD100.000 per koin dalam 24 jam terakhir. Kenaikan drastis ini bukan tanpa sebab. Sejumlah lima faktor utama berkolaborasi mendorong reli terbesar Bitcoin tahun ini.

Mulai dari terobosan kesepakatan dagang internasional hingga likuidasi mendadak di pasar derivatif, berikut ulasan mengenai lima katalis di balik lonjakan harga BTC terbaru.

1. Kesepakatan Dagang AS–Inggris Picu Euforia Pasar


Kabar mengejutkan datang dari Washington. Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan telah tercapai kesepakatan dagang baru antara AS dan Inggris – sebuah terobosan yang langsung disambut euforia pasar. Trump mengunggah kabar tersebut di media sosial Truth Social, menyebut akan ada pengumuman komprehensif yang mempererat hubungan kedua negara. Spekulasi yang beredar menyakini kesepakatan ini mencakup penurunan tarif impor dan kerja sama ekonomi strategis.

Reaksi pasar pun seketika positif. Berdasarkan data Coinmarketcap yang dilihat hari ini pukul 11.00 WIB, harga BTC melonjak lebih dari 3 persen usai pengumuman tersebut dan menyentuh sekitar USD99.293,54 (sekitar Rp1,63 miliar) pada Kamis, 8 Mei 2025. Bahkan sempat tercatat BTC hampir menembus USD 99.897 sebelum akhirnya resmi melampaui USD100 ribu tak lama kemudian.

Lonjakan ini menandai level tertinggi BTC sejak Februari 2025. Investor memandang kesepakatan dagang AS-Inggris sebagai angin segar yang meredakan ketidakpastian ekonomi global akibat perang tarif sebelumnya. Sentimen positif merembet ke aset lain: Dow Jones berjangka naik 300 poin, saham terkait kripto seperti Coinbase turut menguat 4 persen, dan altcoin seperti Ether, Solana, hingga Dogecoin ikut reli 6–9 persen.

Kombinasi meredanya tensi dagang dan prospek tarif impor yang lebih longgar memberi dorongan ekstra bagi aset berisiko. Tak heran, BTC yang sehari sebelumnya masih di level USD93.000, dalam dua hari sudah melesat menembus USD99.000 dan terus menembus USD100.000. Kesepakatan dagang ini ibarat bahan bakar baru yang langsung tersulut di pasar kripto.

2. Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed Meningkat


Dari sisi moneter, ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS (The Fed) akan memangkas suku bunga acuannya kian menguat, turut mendorong selera investor terhadap BTC. Data CME FedWatch terbaru menunjukkan probabilitas The Fed menurunkan suku bunga pada pertemuan berikutnya (Juni 2025) telah naik menjadi 60 persen, meningkat dari 57 persen beberapa hari sebelumnya. Artinya, pelaku pasar semakin yakin bahwa era pengetatan moneter akan segera berakhir, membuka peluang likuiditas lebih longgar ke depan.

Presiden Trump sendiri terang-terangan menekan The Fed. Ia beberapa kali mengkritik Ketua Fed Jerome Powell karena belum juga memangkas suku bunga. Ini menyiratkan keinginan Gedung Putih agar moneter lebih akomodatif. Meski pada rapat 7 Mei 2025 The Fed memilih menahan suku bunga di 4,25–4,50 persen, pandangan bahwa pemangkasan hanya soal waktu tetap kuat. “Ketidakpastian ekonomi semakin meningkat,” ungkap FOMC dalam keterangannya sembari memberi sinyal kesiapan merespons dinamika ekonomi ke depan, seperti dikutip Consumer News and Business Channel International.

Bagi investor kripto, prospek suku bunga lebih rendah adalah kabar baik buat BTC. Lingkungan suku bunga rendah cenderung meningkatkan daya tarik aset berisiko seperti saham teknologi dan kripto . Imbal hasil obligasi yang menurun membuat investor mencari alternatif dengan potensi return lebih tinggi, salah satunya BTC. Pauline Shangett, eksekutif bursa kripto ChangeNow, menilai keputusan The Fed yang cenderung dovish telah membuat sebagian pelaku pasar mulai beralih ke aset yang tidak terikat keputusan politi. BTC pun muncul sebagai “safe haven” baru di tengah ketidakpastian, apalagi jika bank sentral benar-benar berbalik haluan melakukan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.

3. Banjir Dana Institusional ke Produk BTC


Arus modal segar dari investor institusi besar turut menjadi pendongkrak utama lonjakan BTC kali ini. Selama beberapa pekan terakhir, dana investasi profesional tampak membanjiri produk-produk investasi BTC, mulai dari exchange-traded fund (ETF) hingga trust dan reksa dana kripto. CoinShares melaporkan bahwa produk aset digital global mencatat arus masuk (inflow) USD2 miliar dalam satu pekan saja pada akhir April hingga awal Mei yang kemudian membalikkan tren setelah berminggu-minggu outflow sebelumnya.

Menariknya, BTC menikmati porsi terbesar dari dana itu, menyerap sekitar USD1,8 miliar aliran modal institusional dalam sepekan terakhir. Ini menandai perubahan sentimen yang dramatis, yakni total inflow tiga minggu terakhir mencapai USD5,5 miliar—sebuah pertumbuhan yang jarang terlihat sejak pasar kripto melemah tahun lalu.

Tak hanya data agregat, contoh konkretnya pun terlihat. BlackRock, perusahaan manajer aset terbesar dunia, dilaporkan diam-diam membeli BTC lebih dari USD1 miliar untuk produk ETF kripto mereka. Aksi pada Oktober 2024 itu menambah kepemilikan BTC BlackRock menjadi sekitar USD24 miliar, setara 1,76 persen dari total pasokan BTC di dunia.

Langkah ini memberi sinyal kuat bahwa investor kelas kakap semakin serius memasukkan BTC dalam portofolio utama mereka. CEO BlackRock, Larry Fink, yang dulunya skeptis, kini bahkan menyebut BTC sebagai aset yang setara komoditas seperti emas. Perubahan sikap institusi besar ini ibarat restu bagi BTC sebagai aset investasi arus utama.

Aliran dana institusional juga terpacu oleh kemudahan akses yang kian membaik. Persetujuan ETF BTC spot di awal 2024, misalnya, membuka pintu lebih banyak uang masuk ke sektor kripto dengan cara yang lebih teratur. Hasilnya, pada April 2025 saja, produk ETF BTC mencatat inflow bersih sekitar USD2,9 miliar secara global. Ketika perusahaan besar mulai memperlakukan BTC sebagai aset lindung nilai atau safe haven layaknya emas, kepercayaan investor ritel ikut terangkat. Kombinasi faktor-faktor ini menciptakan dasar fundamental yang kokoh bagi reli BTC menembus USD100K kali ini.

4. BTC Masuk ke Cadangan Strategis AS


Dalam langkah yang tak terbayangkan beberapa tahun lalu, pemerintah AS dikabarkan telah mengeluarkan undang-undang baru yang memungkinkan BTC dimasukkan dalam cadangan strategis nasional. Regulasi bersejarah yang disahkan Kongres pekan ini membuka jalan bagi sebagian cadangan devisa atau aset strategis Amerika Serikat disimpan dalam bentuk BTC. Langkah ini menjadikan AS salah satu negara pertama yang secara resmi mengakui BTC sebagai bagian dari “strategic reserve” pemerintah, sejajar dengan emas atau aset cadangan lainnya.

Kebijakan revolusioner ini sontak memberikan legitimasi baru bagi BTC. Investor menafsirkan jika Negara Adidaya saja berani memegang BTC sebagai cadangan, maka risiko berinvestasi di BTC jelas semakin kecil. Analis bahkan memandang hal ini sebagai sinyal bahwa permintaan jangka panjang dari sektor publik bisa melonjak.

CEO Coinbase, Brian Armstrong, pernah mengatakan bahwa undang-undang jelas yang mendukung aset kripto di AS akan menjadi katalis penting. “Jika kita mendapatkan undang-undang yang jelas disahkan di AS, itu akan menjadi tonggak penting. Cadangan BTC yang strategis, jika AS mengambil jalan itu, mungkin seluruh G20 akan mengikutinya,” ujarnya, dikutip dari Fasbull.

Pernyataan Armstrong ini diamini banyak pihak. Ketika pemerintah mulai ikut serta menyimpan BTC, efek berantainya bisa luar biasa secara global.

Adapun fondasi dari kebijakan ini sudah mulai diletakkan sejak awal tahun. Presiden Trump menandatangani perintah eksekutif yang menjajaki penggunaan aset digital dalam sistem keuangan pemerintah. Hasilnya, studi demi studi dilakukan dan tampaknya pembuat kebijakan di Washington kian yakin akan manfaat menjadikan BTC bagian dari cadangan kekayaan negara.

Bahkan, lembaga keuangan Charles Schwab sempat membuat proyeksi berani: harga BTC dapat mencapai USD1 juta apabila Amerika Serikat benar-benar menjadikan BTC sebagai cadangan strategis nasionalnya.

Meski angka itu masih jauh di atas level saat ini, fakta bahwa institusi Wall Street sekelas Schwab mempertimbangkan skenario tersebut menunjukkan betapa signifikannya dampak keputusan pemerintah AS ini bagi psikologis pasar. Tak pelak, berita tentang UU cadangan BTC ini turut menyulut optimisme dan dorongan beli di pasar sehingga mempercepat laju BTC melampaui USD100 ribu.

5. Short Squeeze: Likuidasi Besar-Besaran Posisi Short


Faktor terakhir yang menjadi “pemicu roket” BTC adalah terjadinya likuidasi besar-besaran posisi short di pasar derivatif kripto. Ketika harga BTC naik cepat, banyak trader yang sebelumnya bertaruh harga akan turun (short sellers) terpaksa menutup posisi rugi mereka. Proses penutupan posisi short ini membuat mereka harus membeli kembali BTC di harga pasar, yang ironisnya mendorong harga semakin tinggi. Inilah fenomena short squeeze.

Dalam reli kali ini, data menunjukkan likuidasi short mencapai skala masif. Dalam 24 jam terakhir saja, menurut laporan Cointelegraph, total posisi senilai sekitar USD635 juta terlikuidasi di pasar kripto, dengan lebih dari USD560 juta di antaranya dari posisi short. Artinya, posisi jual yang kalah ini mendominasi 88 persen likuidasi harian. Ini menandakan banyaknya pihak yang tersapu oleh kenaikan mendadak BTC.

Pada 8 Mei kemarin, BTC menembus USD94.000 dan terus meroket melewati USD100.000. Data dari CoinGlass mengonfirmasi bahwa di level tersebut, gelombang likuidasi short memang terjadi secara masif sehingga memaksa bearish trader menyerah. BTC memimpin jumlah likuidasi dengan hampir USD293 juta posisi short BTC dihentikan paksa saat harga menanjak melewati USD94 ribu. Menariknya, analis kripto dengan nama samaran Mister Crypto sempat mengamati bahwa likuiditas dalam order book menumpuk di sekitar level USD100K. Banyak stop loss short yang berkumpul di ambang batas itu.

Benar saja, begitu level psikologis enam digit tersentuh, rangkaian trigger otomatis terjadi dan short positions berguguran berantai. “Beruang” yang panik bergegas menutup posisi. Alhasil, tekanan beli mendadak menyembur dan melesatkan BTC semakin tinggi.

Fenomena short squeeze ini memberikan akselerasi akhir bagi reli Bitcoin dalam sehari terakhir. Secara teknikal, lonjakan mendadak seperti ini memperlihatkan betapa kuatnya momentum bullish yang terbangun. Volume perdagangan BTC global dilaporkan meroket hingga 208 persen dalam 24 jam seiring terjadinya likuidasi massal tersebut.

Analis mencatat BTC kini berhasil melewati level resistance kunci dan all-time high psikologis USD100 ribu yang berpotensi berubah menjadi level support baru. Selama tekanan beli tetap dominan dan BTC bertahan di atas area support penting USD95 ribu, tren kenaikan ini masih bisa berlanjut . Namun, investor disarankan tetap waspada terhadap volatilitas tinggi pasca-short squeeze karena pergerakan yang terlalu cepat kadang disusul oleh koreksi sehat jangka pendek.

Babak Baru BTC di Atas USD100 Ribu


Lima faktor di atas, mulai dari terobosan geopolitik, harapan pelonggaran moneter, banjirnya dana institusi, legitimasi regulasi pemerintah, hingga dinamika teknis di pasar – berpadu menciptakan perfect storm bagi harga BTC. Hasilnya, untuk pertama kalinya BTC kembali menembus USD100.000 dan stabil di atasnya. Para analis melihat pencapaian ini sebagai babak baru bagi Bitcoin. Bahkan bank sebesar Standard Chartered optimistis, memproyeksikan target harga BTC sekitar USD200 ribu pada tahun 2025  jika tren dan adopsi terus berkembang.

Meski masa depan tak pernah pasti, lonjakan terbaru ini menunjukkan resiliensi BTC yang kian matang. Dulu dianggap enteng, kini BTC bereaksi terhadap berita makro layaknya aset finansial mapan. Bagi investor awam, pencapaian USD100 ribu mungkin terasa fantastis, namun di balik itu ada narasi ekonomi dan kepercayaan yang semakin kuat terhadap mata uang kripto.

Akankah BTC mampu mempertahankan level enam digitnya dan melaju lebih tinggi? Para penggemar kripto jelas berharap demikian. Yang pasti, dengan dukungan faktor-faktor di atas, BTC telah mengukuhkan diri melampaui tonggak bersejarah tersebut dan masuk dalam radar arus utama lebih dari sebelumnya.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Moh. Alpin Pulungan

Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).