KABARBURSA.COM - PT Link Net Tbk, melalui merek First Media, mematok pertumbuhan pelanggan baru hingga 10 persen di tahun 2024.
Ronald Chandra Lesmana, Chief Sales & Marketing Officer PT Link Net Tbk, mengungkapkan bahwa First Media telah mencatat beberapa pencapaian penting, termasuk peningkatan home passed menjadi lebih dari tiga juta. Dalam lima tahun mendatang, perusahaan bertujuan memperluas cakupan hingga mencapai lima juta home passed.
“Kami di Link Net, melalui First Media, selalu berusaha untuk mengikuti arus digitalisasi dengan menyediakan berbagai layanan,” ujar Ronald dikutip Jumat 31 Mei 2024.
Salah satu layanan yang disebutkan oleh Ronald adalah Fitur New Account Digital Interactive Assistant (NADIA), yang memudahkan calon pelanggan untuk mendaftar dalam waktu lima menit melalui situs web, serta layanan pelanggan konvensional yang tersedia 24 jam setiap hari.
Selain itu, terdapat juga layanan digital self-care bernama First Media Support Assistant (FITA), yang dilengkapi dengan fitur chatbot.
Mulai 1 April 2024, pelanggan paket Stream Value akan mendapatkan peningkatan kecepatan dari 40 Mbps menjadi 50 Mbps, sementara pelanggan paket Joy Value akan mengalami peningkatan dari 50 Mbps menjadi 75 Mbps.
“Berdasarkan analisis kami, paket-paket yang paling diminati adalah Stream Value dan Joy Value, dengan lebih dari 45 persen dari total pelanggan,” tambahnya.
Upaya Link Net untuk memperluas cakupan dan meningkatkan kualitas layanan merupakan langkah yang mengesankan di tengah persaingan yang semakin ketat dalam industri penyedia layanan internet dan televisi kabel.
Pertumbuhan yang ditargetkan hingga 10 persen menunjukkan ambisi yang besar untuk terus mengukuhkan posisi sebagai pemain utama di pasar tersebut. Dengan fokus pada inovasi teknologi dan pelayanan yang lebih baik, Link Net berupaya memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cara yang lebih efisien dan efektif.
Peningkatan kecepatan internet untuk paket Stream Value dan Joy Value juga merupakan respons yang positif terhadap tuntutan pasar akan koneksi yang lebih cepat dan stabil. Hal ini akan meningkatkan kepuasan pelanggan serta menjaga daya saing perusahaan di pasar yang terus berkembang.
Dengan demikian, harapan untuk melihat pencapaian yang lebih besar dari Link Net dalam menghadapi tantangan pasar yang dinamis dan meningkatkan kualitas layanan bagi para pelanggan semakin nyata.
Ancaman Starlink
Pemain industri internet Indonesia dihadapkan pada ancaman serius dengan kedatangan Starlink ke tanah air. Perusahaan milik Elon Musk ini menawarkan harga yang jauh lebih kompetitif dan berbagai promo menarik untuk perangkat kerasnya.
Starlink menawarkan layanan dengan harga terendah di kisaran Rp 750 ribu, sementara perangkat kerasnya dijual seharga Rp 7,8 juta dengan penawaran harga promo hingga 10 Juni, yang menurunkan harga menjadi Rp 4,6 juta.
Sekjen Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI), Sigit Jatiputro, menyoroti perbandingan harga yang mencolok antara layanan Starlink dan penyedia layanan lokal. Misalnya, layanan VSAT lokal yang unlimited memiliki harga sekitar Rp 3,5 juta, sementara Starlink hanya seharga Rp 750 ribu. Begitu juga dengan harga perangkat keras, dimana perangkat terendah lokal dijual seharga Rp 9,1 juta, sementara Starlink dengan harga promo hanya Rp 4,6 juta.
Dampak dari masuknya Starlink ke Indonesia sudah terasa, dengan sebagian pelanggan beralih ke layanan tersebut. Meskipun belum ada data pasti mengenai penurunan penjualan, namun Sigit memperkirakan bahwa pemain VSAT lokal mungkin tidak akan bertahan dalam waktu setahun ke depan.
Para pemain yang paling terdampak adalah di daerah perdesaan dan maritim, di mana layanan berbasis satelit biasanya menjadi pilihan utama. Meskipun bisnis Fixed Broadband masih bertahan, namun Sigit menyatakan bahwa kemungkinan mereka juga akan menghadapi nasib serupa.
Meskipun persaingan di kota masih terasa dengan keberadaan layanan seperti First Media dan Indihome, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kemungkinan Starlink akan menjadi pesaing yang tangguh di masa depan.
Kehadiran Starlink dengan penawaran harga yang sangat kompetitif tidak hanya mengguncang pasar, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang kelangsungan hidup para pemain lokal di tengah persaingan yang semakin ketat.
Dalam konteks ini, penting bagi pemain industri lokal untuk mengevaluasi strategi mereka dalam menjaga daya saing. Mereka perlu mempertimbangkan langkah-langkah inovatif yang dapat meningkatkan nilai tambah layanan mereka, baik dari segi harga maupun kualitas, untuk mempertahankan pangsa pasar mereka.
Selain itu, pemerintah juga perlu memainkan peran yang aktif dalam mengatur industri ini untuk memastikan bahwa persaingan tetap sehat dan adil bagi semua pihak. Hal ini termasuk dalam hal pengawasan terhadap praktik harga yang tidak wajar serta pembangunan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan industri lokal.
Dengan demikian, meskipun masuknya Starlink menimbulkan tantangan baru bagi pemain industri internet lokal, namun juga menjadi momentum untuk melakukan pembenahan dan adaptasi dalam menghadapi perubahan dinamika pasar global.