KABARBURSA.COM - Daftar saham di Indeks LQ45 akan dirombak kembali menjelang akhir Juli 2024. Analis memprediksi sejumlah saham yang layak masuk kategori saham blue chip.
Saham blue chip adalah saham unggulan di lantai bursa yang berpengalaman dan memiliki fundamental kuat. Saham ini biasanya memiliki nilai kapitalisasi pasar yang besar, mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah. Saham blue chip juga cenderung memiliki likuiditas tinggi dan stabilitas harga yang lebih baik, membuatnya menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari investasi jangka panjang yang relatif aman.
LQ45 terdiri dari 45 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar dibandingkan kompetitor. Mulai tahun 2024, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan evaluasi atas konstituen indeks LQ45 setiap tiga bulan. Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa saham-saham yang masuk dalam indeks tersebut benar-benar mewakili perusahaan-perusahaan dengan kinerja terbaik di pasar saham Indonesia.
Konstituen indeks LQ45 saat ini akan berakhir pada 31 Juli 2024. Biasanya, pengumuman hasil evaluasi akan disampaikan pada pekan terakhir bulan tersebut. Pengumuman ini selalu ditunggu-tunggu oleh investor karena perubahan dalam komposisi indeks dapat mempengaruhi harga saham secara signifikan.
Kiwoom Sekuritas Indonesia memproyeksikan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) mengisi indeks LQ45. ADMR dan JPFA dinilai memiliki potensi yang kuat berdasarkan frekuensi transaksi, kinerja keuangan, dan kapitalisasi pasar yang disesuaikan dengan free float.
ADMR
Oktavianus Audi, Head of Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas akan menyusul induk usahanya, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) untuk masuk ke dalam indeks papan atas di BEI untuk periode Agustus-November 2024. Ia mengatakan dalam tiga bulan terakhir, frekuensi transaksi ADMR mencapai 310.019 kali dengan free float sebesar 14,32 persen.
Adapun ADMR mencetak kinerja positif sepanjang kuartal pertama tahun ini. Laba bersih perusahaan tercatat sebesar USD118,13 juta sepanjang kuartal I 2024. Realisasi tersebut naik 36 persen dari capaian di periode yang sama tahun 2023 yang hanya sebesar USD87,1 juta.
Kenaikan laba bersih ADMR sejalan dengan peningkatan kinerja top line-nya. Perusahaan mencetak pendapatan usaha senilai USD274,54 juta. Artinya, pendapatan usaha ADMR naik 15 persen dari pendapatan di kuartal I-2023 sebesar USD238,25 juta.
Di sisi lain, ADMR memutuskan untuk absen bagi dividen untuk buku tahun 2023. Hal itu sudah disetujui peserta Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk tahun buku 2023.
Asal tahu saja, kinerja keuangan ADMR berhasil bertumbuh sepanjang 2023. Emiten produsen batu bara kokas ini membukukan laba bersih senilai USD441,02 juta sepanjang 2023. Realisasi laba bersih AMDR ini naik 32,75 persen dari capaian laba bersih pada 2022 yang hanya USD332,21 juta.
Dari perolehan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk di tahun 2023 sebesar USD441,02 juta, perusahaan mengalokasikan USD4,41 juta untuk dana cadangan wajib dan USD436,61 juta untuk laba ditahan.
ADMR memutuskan melanjutkan investasi pada infrastruktur pertambangan guna mendukung pertumbuhan produksi dan terus mengembangkan pasar bagi produk metalurgi ini. Hal itu membuat Perseroan absen bagi dividen dari tahun buku 2023.
JPFA
Sementara itu, frekuensi transaksi JPFA mencapai 240.212 kali dengan free float 43,26 persen. Adapun JPFA berhasil mencatat kinerja positif pada kuartal I 2024. Hal itu tercermin dari peningkatan pendapatan maupun laba pada tiga bulan pertama tahun ini.
Melansir laporan keuangan pada laman BEI, JPFA berhasil mencatat pendaptan sebesar Rp13,92 triliun pada kuartal I 2024. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 18,36 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023. Meningkatnya pendapatan JPFA pada kuartal pertama tahun ini juga diikuti oleh kenaikan beban pokok sebesar 9,36 persen menjadi Rp11,45 triliun.
Sebelumnya pada kuartal I 2023 JPFA mencatatkan beban pokok sebesar Rp10,47 triliun. Dengan begitu, laba bruto JPFA juga mengalami kenaikan sebesar 92,6 persen menjadi Rp2,47 triliun.
Begitu pula dengan laba yang dapat diatribusikan pada entitas induk pada kuartal I 2024 JPFA juga mencatat hasil yang positif. Pada kuartal pertama ini, JPFA mengantongi laba bersih Rp664,82 miliar, padahal pada periode yang sama di tahun 2023 JPFA mencatatkan rugi sebesar Rp249,9 miliar.
Selanjutnya, untuk total asset JPFA pada tiga bulan pertama di 2024 ini juga meningkat 4,83 persen menjadi Rp35,75 triliun. Sebelumnya pada akhir tahun 2023 total aset JPFA sebesar Rp34,10 triliun. Kemudian total liabilitas dan total ekuitas JPFA juga mengalami peningkatan masing-masing menjadi Rp20,93 triliun dan Rp14,82 triliun.
Manajemen JPFA mengatakan peningkatan substansial pada kuartal I 2024 didorong oleh kenaikan volume penjualan. Selain itu pendapatan juga meningkat terutama karena adanya kenaikan harga jual DOC dan broiler.
Meski pada kuartal I 2024 ini JPFA berhasil meraih kinerja yang positif dari pendapatan maupun laba, namun pada periode yang sama di tahun 2023 JPFA justru mengalami kerugian.
Kerugian yang dialami JPFA pada kuartal I 2023, menurut Manajemen JPFA disebebkan adanya kombinasi dari tingginya biaya bahan baku dan lemahnya daya beli konsumen.
Prospek Kedua Emiten
"Keduanya berpotensi menjadi kandidat konstituen LQ45 2024 berdasarkan frekuensi transaksi, kinerja keuangan, dan kapitalisasi pasar yang disesuaikan dengan free float," kata Audi.
Audi memproyeksikan ADMR dan JPFA akan menggantikan posisi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar, frekuensi transaksi, kondisi keuangan, dan prospek bisnis.
Kiwoom Sekuritas Indonesia merekomendasikan beli JPFA dengan target harga Rp1.830 per saham. Audi juga merekomendasikan beli ADMR dengan target harga Rp1.755.
Harga saham ADMR pada perdagangan Jumat, 19 Juli 2024, ditutup di level Rp1.345, stagnan dibandingkan sehari sebelumnya. Namun, harga saham ADMR terakumulasi naik 25 poin atau 1,89 persen dalam sebulan terakhir.
Di sisi lain, indeks LQ45 masih mengalami tekanan sepanjang tahun 2024. Hal ini tercermin dari koreksi sebesar 5,26 persen secara year-to-date (ytd) per penutupan perdagangan Jumat, 19 Juli 2024.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mengamati bahwa tekanan pada indeks LQ45 terutama disebabkan oleh penurunan harga saham perbankan.
"Berakhirnya masa restrukturisasi kredit perbankan menyebabkan penurunan harga sahamnya. Namun secara umum, prospek indeks LQ45 pada semester kedua ini akan jauh lebih baik," ujar Nico.
Potensi penurunan tingkat suku bunga The Fed di paruh kedua tahun ini juga menjadi faktor yang dapat memberikan sentimen positif. Selain itu, pasar saham akan mendapatkan sentimen dari pemilihan kepala daerah (pilkada) dan pelantikan serta pemilihan kabinet.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menjelaskan bahwa pergerakan harga saham konstituen indeks LQ45 juga akan dipengaruhi oleh rilis data kinerja keuangan kuartal II 2024.
"Sejauh ini, saya proyeksikan kinerja konstituen LQ45 masih progresif. Biasanya ekspektasi investor terhadap kinerja suatu emiten akan tercermin pada pergerakan sahamnya," kata Nafan. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.