KABARBURSA.COM - Seiring dengan perkembangan teknologi otomotif, sistem pengabutan bahan bakar pada kendaraan mengalami transformasi signifikan. Dua teknologi yang dominan dalam sejarah otomotif adalah karburator dan sistem injeksi bahan bakar.
Antara karburator dan injeksi, masing-masing memiliki karakteristik, kelebihan, dan kekurangan tersendiri. Sebelum mengetahui mana yang lebih hemat, ada baiknya mengetahui masing-masing komponen tersebut.
Karburator adalah perangkat mekanis yang mencampur udara dan bahan bakar dalam proporsi tertentu untuk disalurkan ke ruang bakar mesin motor.
Prinsip kerjanya cukup sederhana, yakni udara yang masuk melalui karburator menciptakan tekanan rendah yang menarik bahan bakar dari tangki melalui jet bahan bakar, mencampurnya dengan udara, dan kemudian mengalirkan campuran ini ke dalam silinder mesin motor.
Sementara sistem injeksi bahan bakar cara kerjanya mengandalkan perangkat elektronik untuk mengontrol perpindahan bahan bakar ke ruang bakar.
Dua jenis injeksi bahan bakar yang paling dikenal adalah injeksi multipoin (MPI) dan injeksi langsung (GDI). Sistem ini menggunakan sensor untuk mengukur berbagai parameter mesin dan mengatur jumlah bahan bakar yang disuntikkan ke dalam silinder secara presisi.
Plus Minus Injeksi VS Karburator
Karburator adalah perangkat mekanis yang sederhana tanpa memerlukan sistem elektronik yang kompleks. Perangkat ini lebih dulu ada dibandingkan dengan injeksi.
“Kalau karburator rusak atau soak, harus diganti secara utuh satu komponen. Setelah karburator diganti, kinerja motor sudah tidak lagi sama. Selain mahal, performa motor tidak akan seperti semula,” kata Achmad Jailani, Mekanik Bengkel CakNggel Jombang, kepada Kabar Bursa, Rabu, 19 Juni 2024.
Kekurangan lain dari karburator adalah presisinya dalam pencampuran bahan bakar sehingga emisi gas buang mesin motor cenderung lebih tinggi. Selain itu, kinerja karburator sangat bergantung dari kondisi lingkungan, suhu dan tekanan udara.
Meski karburator adalah teknologi lama dan telah ketinggalan zaman, Jailani menilai karburator lebih fleksibel ketika pemilik motor ingin mengotak-atik motornya untuk mendapat performa yang diinginkan. Selain itu, karburator juga relatif lebih mudah dibersihkan ketika kotor.
“Karburator lebih fleksibel kalau misal ada pemilik motor yang ingin meningkatkan torsi dan tenaga yang lebih besar. Proses mengubah dari standar ke performa yang diinginkan tinggal seting karburator dan melakukan pembesaran lubang, pengapian dan gas,” jelas spesialis motor asal Jawa Timur ini.
Sementara sistem injeksi, lanjut Jailani, relatif lebih baik dalam hal mencampur bahan bakar, udara sehingga lebih efisien menggunakan bahan bakar. Selain itu, emisi kendaraan yang keluar juga relatif lebih bersih dibandingkan dengan karburator. Selain itu, dalam pengoperasiannya tidak bergantung dengan kondisi lingkungan sehingga performanya lebih konsisten.
Sementara ketika menggunakan sistem injeksi, pemilik motor akan kesulitan ketika ingin mengubah performa kendaraan atau modifikasi, harus mengganti injektor dan ecu. Di sinilah kerumitan sistem injeksi, karena harus mengganti banyak komponen dan sulit untuk diakali sebagaimana karburator.
Meski demikian, sistem injeksi lebih unggul dalam hal pengabutan sehingga lebih efisien dalam hal bahan bakar. Selain itu, perawatan injeksi cukup mudah dilakukan dan ketika terjadi masalah, tidak semua komponen harus diganti.
“Injeksi relatif lebih awet jika pengguna kendaraan menggunakan bensin yang baik (beroktan tinggi) sesuai rekomendasi pabrikan. Artinya menggunakan bensin yang baik dapat membuat motor tidak perlu sering dibawa ke bengkel karena injeksinya masih baik. Tidak seperti karburator yang harus sering dibersihkan agar tidak menimbukan kerak dari kotoran,” jelasnya.
Mana yang Lebih Hemat?
Dalam hal efisiensi bahan bakar, sistem injeksi bahan bakar jelas lebih unggul dibandingkan dengan karburator. Pengaturan campuran bahan bakar yang lebih presisi pada sistem injeksi mengurangi pemborosan bahan bakar, sehingga konsumsi bahan bakar lebih hemat.
Penelitian menunjukkan bahwa kendaraan dengan sistem injeksi bahan bakar dapat menghemat bahan bakar hingga 20 persen dibandingkan dengan kendaraan berkarburator. “Berdasarkan pengalaman, kalau pakai injeksi itu per liter BBM bisa lebih dari 40 km. Kalau pakai karburator, per liter BBM maksimal 35 km,” ungkapnya.
Karburator lebih murah dan lebih mudah dalam hal perawatan dan perbaikan. Namun, efisiensi bahan bakar yang lebih rendah dan emisi yang lebih tinggi dari karburator bisa menambah biaya operasional dalam jangka panjang.
“Perawatan mesin injeksi itu lebih murah. Bahkan motor bisa sampai mencapai kilometer 100 ribu tidak perlu ganti injeksi. Kalau karburator, dengan kilometer segitu pasti banyak kerak karena pembakaran kurang sempurna,” tuturnya.
Sementara dalam hal pengantian komponen, karburator untuk motor Honda Astrea Grand biaya ganti karburatornya mendekati Rp1 jutaan, sedangkan untuk sistem injeksi motor biasa biayanya kurang lebih bisa sampai Rp700 ribuan. (cit/prm)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.