KABARBURSA.COM - PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) mengumumkan aksi korporasi terkait pelepasan saham hasil buyback (treasuri) yang berlangsung pada 3 Februari 2025.
Corporate Secretary MAPI, Eva Andrianie, mengungkapkan bahwa perusahaan telah mengalihkan 60.386.600 lembar saham treasuri dengan harga Rp1.310 per saham. Total nilai transaksi mencapai Rp79,1 miliar, yang dilakukan melalui mekanisme block sale. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis 6 Februari 2025.
MAPI menjual saham treasuri tersebut kepada PT Golden Asia Heritage, yang berbasis di Kabupaten Bekasi. Adapun, BRI Danareksa bertindak sebagai eksekutor dalam transaksi ini.
Sebagai latar belakang, pada periode 1 Oktober hingga 30 Desember 2015, MAPI telah melakukan buyback sebesar 63.082.000 lembar saham. Jumlah tersebut telah disesuaikan setelah Perseroan melakukan stock split dengan rasio 1:10.
Kemudian, pada rentang 17 Januari hingga 31 Januari 2019, MAPI melepas kembali 2.695.400 lembar saham buyback. Dengan demikian, per 31 Januari 2019, jumlah saham treasuri yang masih tersisa mencapai 60.386.600 lembar.
Eva menegaskan, dengan tuntasnya pengalihan ini, total saham hasil buyback yang telah dialihkan oleh MAPI mencapai 63.082.000 lembar dengan nilai kumulatif Rp81,6 miliar.
Emiten Ritel Mulai Menguat
Pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia sebesar 25 basis poin diproyeksikan akan memperkuat sektor ritel, termasuk emiten besar seperti AMRT, MIDI, dan MAPI. Kondisi ini didorong oleh meningkatnya daya beli masyarakat seiring dengan penurunan biaya pinjaman yang lebih rendah, memicu sentimen positif di pasar.
Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) yang bergerak di sektor ritel primer, mencatatkan pergerakan harga sahamnya pada angka Rp3.180, naik 30 poin atau 0,95 persen dalam sepekan terakhir. Kinerja laba bersih emiten ini juga terus meningkat. Pada kuartal kedua 2024, AMRT mencatatkan laba sebesar Rp904 miliar, naik dari Rp837 miliar pada periode yang sama tahun 2023. Kinerja yang positif ini didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat pasca pelonggaran moneter.
Di sisi lain, Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) juga menunjukkan tren positif. Saham MIDI naik 12 poin atau 2,65 persen menjadi Rp464 dalam sepekan terakhir. Emiten ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp166 miliar pada kuartal kedua 2024, naik dari Rp142 miliar pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini mencerminkan kuatnya konsumsi domestik di sektor ritel, terutama di segmen syariah.
Sementara itu, Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), yang juga bergerak di sektor perdagangan ritel, mencatatkan kenaikan harga saham sebesar 125 poin atau 7,46 persen dalam sepekan terakhir, menjadi Rp1.800. Pada kuartal kedua 2024, MAPI membukukan laba bersih sebesar Rp485 miliar, naik dari Rp414 miliar di tahun sebelumnya. Pertumbuhan laba ini menunjukkan bagaimana peningkatan konsumsi dan aktivitas belanja masyarakat berdampak positif pada emiten-emiten ritel utama di Indonesia.
Pengaruh Pemangkasan Suku Bunga
Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen tak hanya disambut positif oleh sektor perbankan dan properti, tetapi juga diyakini akan mendongkrak pertumbuhan sektor ritel. Penurunan ini memberikan ruang bagi masyarakat untuk meningkatkan daya beli mereka, terutama di tengah konsumsi domestik yang terus menunjukkan tren positif.
Analis Pasar Modal yang juga Senior Investment Information Mirae Asset, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, mengatakan sektor ritel, baik cyclicals maupun non-cyclicals, akan mendapatkan keuntungan dari kebijakan pelonggaran moneter tersebut. “Semua sektor sebenarnya akan dipengaruhi atau mereka mendapatkan benefit dari reducing it’s borrowing cost (mengurangi biaya pinjaman),” ujarnya kepada KabarBursa.com, Jumat, 20 September 2024.
Selain itu, penurunan suku bunga ini diyakini akan memperkuat permintaan di segmen ritel teknologi, mengingat semakin tingginya ketergantungan konsumen pada produk-produk teknologi untuk mendukung aktivitas sehari-hari. “Tentunya ini akan memberikan katalis positif terhadap emiten-emiten ini,” kata Nafan, merujuk pada peningkatan permintaan di sektor properti dan ritel.
Peningkatan konsumsi domestik dipandang sebagai salah satu pilar utama yang dapat menggerakkan ekonomi di tengah pelonggaran moneter ini. Menurut Nafan, kebijakan ini tidak hanya mereduksi biaya pinjaman, tetapi juga menciptakan efek domino yang positif di berbagai sektor. “Permintaan di sektor properti baik itu KPR atau KPA akan meningkat signifikan karena dipengaruhi oleh strong domestic consumption yang berkaitan dengan daya beli masyarakat kita,” jelasnya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.