KABARBURSA.COM - Emiten pengelola rumah sakit Mayapada, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ), mengumumkan rencana pembangunan rumah sakit bertaraf internasional di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN). Proyek ini diharapkan dapat mulai beroperasi pada Agustus 2024.
Founder Mayapada Group, Dato Sri Tahir mengungkap akan mengucurkan dana investasi sekitar Rp500 miliar untuk pembangunan Mayapada Hospital Nusantara sekaligus dormitory yang direncanakan akan dibangun di Wilayah Perencanaan (WP) 1B IKN ini.
Sementara itu, mengutip pernyataan Corporate Secretary Mayapada Healthcare Group Arie Farisandi, pembangunan rumah sakit yang direncanakan akan beroperasi pada semester II 2024 ini seiring dengan peresmian IKN.
"Sehubungan dengan pembangunan rumah sakit di IKN, dana Rp500 miliar untuk membangun rumah sakit dengan kapasitas 200 tempat tidur yang direncanakan akan terbagi menjadi 6 kelas," kata Arie.
Adapun Mayapada Hospital Nusantara sendiri merupakan salah satu proyek yang dicetuskan Mayapada Group di IKN, induk usaha milik Dato Sri Tahir. Pengusaha yang lahir pada 26 Maret 1952 itu sempat meminta izin kepada ibunya sebelum membangun rumah sakit di IKN.
Selain rumah sakit Mayapada yang akan dibangun di IKN, Dato Tahir juga memiliki usaha unggul lainnya dan paling dikenal yaitu PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Bank ini memiliki hampir 200 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, dan pemegang sahamnya melibatkan investor dari Amerika Serikat serta Singapura.
Selain itu, Dato Sri Tahir juga sempat dipercaya sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Komite Tiongkok (KIKT), serta menjadi orang pertama di Asia yang menjabat anggota dewan pengawas di University of California Berkeley. Dia juga pernah terpilih sebagai Ketua Dewan Eksekutif Asosiasi Tenis Meja Indonesia (PB PTMSI) dan Asosiasi Tenis Meja Asia Tenggara (Seatta).
Kinerja Keuangan SRAJ
Sementara itu, berdasarkan data neraca keuangan perusahaan, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk menunjukkan kinerja membaik pada kuartal pertama tahun 2024. SRAJ membalikkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik dari tahun 2023. Hasilnya, laba SRAJ mampu tumbuh 0,6 persen menjadi Rp4,80 miliar dari sebelumnya rugi Rp13,81 miliar.
Hal ini sejalan dengan kenaikan pendapatan SRAJ kuartal I 2024 menjadi Rp746 miliar, dengan tumbuh dari kuartal yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp541 miliar. Hasilnya, laba kotor perusahaan meningkat menjadi Rp161 miliar dibandingkan periode yang sama Rp146 miliar.
Kemudian, aset yang dimiliki SRAJ pada kuartal pertama 2024 adalah Rp5,62 triliun, meningkat tipis dibanding tahun lalu Rp5,61 triliun. Adapun liabilitas dan ekuitas emiten ini sebesar Rp3,76 triliun.
Melihat kondisi tersebut, senior investment information Mirae Aset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengungkap bahwa pasar saham dari perusahaan yang terlibat dalam proyek di IKN seperti SRAJ, menunjukkan tingkat likuiditas yang relatif rendah.
Hal ini menjadi peringatan bagi para investor untuk berhati-hati dan melakukan evaluasi yang cermat sebelum membuat keputusan investasi.
“SRAJ kurang liquid. Jadi ya hati-hati. Overated ya, untuk SRAJ,” kata Nafan kepada Kabar Bursa, di Jakarta, Rabu 31 Juli 2024.
Namun demikian, proyek IKN diharapkan dapat menciptakan sumber pertumbuhan perekonomian baru di Kalimantan, yang selama ini terkonsentrasi di Pulau Jawa. Dengan adanya infrastruktur kesehatan yang modern dan terstandar internasional, diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di IKN.
"Tadi ini masih wacana saya bilang ya. Ini masih wacana. Dan kalau ini juga untuk periakan agar sahamnya ya itu saja dulu ya," tutur Nafan.
“Komitmen bagi perusahaan swasta untuk mendukung program pembangunan pemerintah. Ya, selain daripada misalnya perusahaan swasta ini kan mengejar profit oriented,” imbuhnya.
Kinerja Saham SRAJ
Berdasarkan papan panel saham di RTI Business per tanggal 31 Juli 2024, saham SRAJ mengalami penurunan hingga 1,30 persen. Sementara dalam enam bulan terakhir, saham SRAJ mampu tumbuh hingga 680,82 persen dengan harga rata-rata Rp238 hingga Rp2,850 per lembar saham.
Dalam enam bulan terakhir SRAJ mencatat volume transaksi hingga 635 miliar dengan volume saham yang diperdagangkan hingga Rp595,5 triliun. Adapun frekuensi perdagangan saham SRAJ dalam setahun menyentuh angka 115,957.
Sedangkan dikutip dari RTI Business, saham PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk mencatatkan volume transaksi sebesar Rp2,2 miliar atau 70,45 persen selama satu tahun. adapun saham yang diperdagangkan adalah Rp1,2 triliun dengan frekuensi perdagangan hingga 188,542. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.