KABARBURSA.COM – Direktur Utama PT Medela Potentia Tbk atau dalam kode saham MDLA , Krestijanto Pandji, menilai dampak perang dagang global, khususnya kebijakan tarif dari Amerika Serikat, tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap operasional maupun kinerja distribusi perusahaan.
Menurut Krestijanto, sektor kesehatan secara umum dapat dibagi ke dalam tiga segmen utama, yakni manufaktur, distribusi, dan layanan kesehatan. Dari ketiga sektor tersebut, hanya manufaktur yang berpotensi terdampak akibat tarif ekspor-impor, namun kontribusinya terhadap bisnis MDLA dinilai sangat minim.
"Kalau kami lihat, medical device dan farmasi yang ekspor ke Amerika itu hampir tidak ada, jadi dampaknya sangat kecil. Sektor distribusi seperti kita ini kan aktivitasnya dalam negeri, jadi tidak ada pengurangan tarif. Begitu juga dengan layanan seperti rumah sakit dan apotek, semuanya lokal," kata Krestijanto di Jakarta, dikutip Rabu, 16 April 2025.
Ia memperkirakan dampak langsung dari kebijakan tarif global terhadap Medela Potentia hanya sekitar 1 hingga 2 persen saja. Meskipun demikian, Krestijanto menekankan bahwa potensi dampak tidak boleh diabaikan sepenuhnya, terutama terhadap daya beli masyarakat akibat tekanan ekonomi global.
"Yang lebih kami khawatirkan itu justru ke daya beli. Tapi terhadap tarif itu sendiri, langsungnya tidak begitu besar. Kalau ada efek pun sifatnya tidak langsung," ujar dia.
Krestijanto juga menjelaskan bahwa 90 persen obat-obatan yang beredar di Indonesia sudah diproduksi secara lokal, sehingga ketergantungan pada impor relatif rendah. Meski begitu, segmen alat kesehatan masih memiliki ketergantungan pada impor, terutama dari negara mitra seperti Tiongkok.
"Kami mendistribusikan alat kesehatan, dan saat ini memang medical device masih banyak diimpor. Karena itu, kami sedang mengundang perusahaan luar, terutama dari China, untuk berinvestasi di Indonesia dan memproduksi di dalam negeri," paparnya.
Sebagai bagian dari strategi tersebut, Medela Potentia memperkuat lini inovasi lewat produk bernama Booncare, yang kini masuk dalam 10 besar item prioritas Kementerian Kesehatan. Produk ini dikembangkan dengan teknologi sendiri dan diarahkan untuk mengurangi ketergantungan impor.
Ekspansi Regional dan Utilisasi Pabrik
Di luar Indonesia, MDLA telah memperluas operasionalnya ke Kamboja dan kini sedang menjajaki pasar Asia Tenggara lainnya, termasuk Filipina, Vietnam, dan Thailand.
"Kita sudah eksis di Indonesia dan Kamboja. Ke depan, kita lihat pasar Asia itu sangat potensial. Di Filipina kita sedang ada pembicaraan, mudah-mudahan bisa realisasi tahun depan. Konsep kita bukan akuisisi, tapi mencari mitra distribusi yang bisa diajak kerja sama," ujar Krestijanto.
Di sisi produksi, Medela Potentia menargetkan peningkatan utilisasi pabrik medical device dari 60–70 persen menjadi 80–90 persen dalam waktu dekat. Salah satu fokus utama adalah mengembangkan segmen post-operative dressing dan disinfectant, yang ditargetkan kontribusinya meningkat dari 10 persen menjadi 40 persen.
"Fokus kami tahun ini adalah memperkuat pasar Indonesia dan mengoptimalkan utilisasi pabrik. Banyak tantangan di dalam negeri, tapi kami yakin bisa berkembang lebih kuat," kata dia.
Kemarin, 15 April 2025 MDLA melantai di Bursa Efek Indonesia dengan mencatatkan 3,5 miliar saham atau setara 25 persen dari modal disetor penuh, dengan harga penawaran sebesar Rp188 per saham. Ia terdaftar sebagai perusahaan ke-13 yang melantai selama 2025 ini. Selain itu pantauan KabarBursa.com, usai diumumkan, saham MDLA mengalami kenaikan di level Rp190 per lembar.
MDLA berhasil menghimpun dana sebesar Rp658 miliar. Dana hasil penawaran umum perdana saham akan digunakan untuk memperkuat permodalan anak usaha, ekspansi fasilitas logistik dan manufaktur alat kesehatan, serta pengembangan digital platform yang mendukung kegiatan operasional perusahaan.
Sementara dilansir dari Stockbit, pada perdagangan hari ini harga sahamnya malah turun 1 poin atau 0,53 persen ke level 187 per lembarnya.
00000000
PT Medela Potentia Tbk dengan kode saham MDLA resmi mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia pada Selasa, 15 April 2025. Kemarin.
Momentum IPO ini melengkapi capaian kinerja keuangan perseroan yang impresif sepanjang 2024, dengan proyeksi pendapatan mencapai lebih dari Rp14 triliun dan pertumbuhan laba bersih sekitar Rp300 miliar, meningkat 11 sampai 12 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Direktur Utama PT Medela Potentia Tbk, Krestijanto Pandji, menyampaikan bahwa perusahaan menargetkan pertumbuhan serupa pada 2025, yakni pendapatan hingga Rp16 triliun lebih dan laba bersih sekitar Rp370 miliar. Strategi utama perusahaan untuk mencapai target tersebut mencakup peningkatan pelayanan distribusi, menjaga hubungan dengan para principal, serta pengembangan lini bisnis alat kesehatan.
"Tahun 2024 kami masih dalam proses audit, tapi pendapatan sudah lebih dari Rp14 triliun dan laba bersih kira-kira Rp300 miliar. Dibandingkan tahun 2023, ini tumbuh sekitar 11 sampai 12 persen. Target 2025 kami harapkan pendapatan bisa di atas Rp16 triliun dan laba sekitar Rp370 miliar," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Selasa, 15 April 2025.
Krestijanto menegaskan bahwa dana hasil IPO akan digunakan untuk empat fokus utama yakni penambahan modal kerja untuk anak usaha, pembelian gudang distribusi nasional, pengembangan pabrik alat kesehatan, dan pelunasan sebagian utang sebesar Rp125 miliar.
Salah satu prioritas adalah mengambil alih kepemilikan gudang nasional di Jababeka 2, yang saat ini masih berstatus sewa. Gudang tersebut akan dijadikan pusat distribusi nasional dan dilengkapi dengan sistem otomatisasi berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
"Gudang di Jababeka 2 saat ini disewa, dan kami akan ambil alih supaya proses distribusi bisa kami kendalikan lebih baik. Selain itu, kami akan mulai menerapkan automation dan AI untuk efisiensi operasional," tutur dia.
Fundamental Medela Solid
Kinerja keuangan Medela Potentia menunjukkan tren yang positif meskipun ada beberapa tantangan dalam beberapa tahun terakhir.
Pada periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024, perusahaan mencatatkan peningkatan penjualan sebesar 12,0 persen, yang mencapai Rp13,09 triliun, dibandingkan dengan Rp11,69 triliun pada tahun sebelumnya. Meskipun ada kenaikan dalam beban pokok penjualan yang juga meningkat sebesar 12,0 persen, laba bruto Medela Potentia tetap naik 11,4 persen menjadi Rp1,22 triliun.
Namun, meskipun penjualan dan laba bruto meningkat, perusahaan mengalami kenaikan beban penjualan sebesar 15,6 persen, yang menyebabkan laba usaha hanya tumbuh tipis, yakni sebesar 0,3 persen, menjadi Rp407,6 miliar.
Di sisi lain, laba sebelum pajak penghasilan meningkat sedikit, yakni 0,6 persen, menjadi Rp406,3 miliar. Namun, yang menarik, meskipun ada pertumbuhan pada laba usaha dan laba sebelum pajak, laba komprehensif justru menurun 4,1 persen menjadi Rp297,4 miliar.
Ketika melihat kinerja keuangan pada tahun-tahun sebelumnya, penjualan Medela Potentia pada 2022 hanya meningkat sedikit, sebesar 0,8 persen, menjadi Rp11,69 triliun, yang sebagian besar didorong oleh penjualan terkait COVID-19. Laba usaha dan laba sebelum pajak pada tahun 2022 juga mengalami penurunan, masing-masing turun sebesar 4,3 persen dan 3,9 persen, yang mungkin menunjukkan adanya tekanan biaya atau tantangan operasional.
Di sisi lain, total penghasilan komprehensif perusahaan juga mengalami penurunan sebesar 6,2 persen, yang mencerminkan tantangan di tingkat laba bersih perusahaan.
Pada sisi aset, Medela Potentia mencatatkan pertumbuhan yang signifikan pada 30 September 2024, dengan total aset meningkat 21,3 persen menjadi Rp5,6 triliun, terutama karena kenaikan piutang usaha dan persediaan. Kenaikan ini menunjukkan adanya pengelolaan aset yang cukup baik, meskipun perusahaan menghadapi tantangan di sektor laba komprehensif dan peningkatan beban.
Secara keseluruhan, meskipun ada pertumbuhan dalam penjualan dan aset, tantangan dalam pengelolaan biaya dan laba komprehensif masih menjadi perhatian bagi perusahaan, terutama dengan adanya kenaikan beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan penjualan. (*)