KABARBURSA.COM - PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) mengumumkan penandatanganan Perjanjian Operasi dan Pemeliharaan yang dilakukan oleh anak usahanya pada 5 November 2024.
Corporate Secretary MEDC Siendy K. Wisandana menyampaikan bahwa anak perusahaan MEDC, PT Medco Cahaya Geothermal (MCG) dan PT Medco Power Geothermal Services (MPGS), telah menandatangani perjanjian untuk menyediakan layanan Operasi dan Pemeliharaan pada pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Blawan Ijen Tahap 1 yang memiliki kapasitas 34MW. Pembangkit yang terletak di Jawa Timur ini dimiliki oleh MCG. Seperti dalam keterangan tertulis yang diterima pada Kamis 7 November 2024.
Perjanjian ini akan berlaku selama enam tahun, mulai dari tanggal pencapaian Commercial Operation Date (COD) Unit 1, yang diperkirakan akan terjadi pada Januari 2025, ujar Siendy.
Lebih lanjut, Siendy menegaskan bahwa kerjasama ini tidak akan memberikan dampak material terhadap operasi, kondisi keuangan, aspek hukum, maupun kelangsungan usaha MEDC.
Rencana Pembagian Dividen
PT Medco Energy International Tbk (MEDC) berencana membagikan dividen interim kepada para pemegang saham perseroan pada 1 November mendatang. Rencananya, dana dividen diambil dari laba tahun buku 2024 sebesar Rp403,54 miliar atau setara dengan Rp15,75 per lembar saham.
Sekretaris Perusahaan MEDC Siendy K Wisandana, dalam keterbukaan informasi, Rabu, 16 Oktober 2024, mengatakan bahwa besaran dividen diambil menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per 15 Oktober 2024, yaitu senilai Rp15.581/dolar AS. Hal itu sebagaimana tercantum dalam butir 2 tata cara pembagian dividen interim tengah.
Adapun dividen interim tersebut akan dibagikan kepada pemegang saham yang berdomisili di Indonesia, baik yang berkebangsaan Indonesia atau berkebangsaan asing. Hal tersebut telah disetujui oleh Direksi dan Dewan Komisaris MEDC pada 1 Oktober 2024.
Selain itu, pemegang saham harus tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) MEDC per 15 Oktober 2024. Sementara, Cum dan ex Dividen di pasar Reguler dan Negosiasi BEI ditetapkan pada 11 dan 14 Oktober 2024. Untuk cum dan ex dividen di Pasar Tunai dilaksanakan pada 15 dan 16 Oktober 2024.
Kondisi Dihantui Tekanan
Saham MEDC saat ini tengah dihantui tekanan. Investment Analyst Stockbit Sekuritas Hendriko Gani menaruh perhatian pada saham emiten produsen minyak dan gas (migas) dan penunjang migas. Sorotan ini muncul setelah harga minyak anjlok cukup dalam.
Harga minyak dunia merosot lebih dari 4 persen pada Selasa, 15 Oktober 2024, mencapai titik terendah dalam hampir dua pekan. Penurunan ini terjadi seiring melemahnya prospek permintaan dan laporan media yang menyebut Israel tidak akan menyerang fasilitas nuklir dan minyak Iran.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent jatuh USD3,21 atau 4,14 persen menjadi USD74,25 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) anjlok USD3,25 atau 4,4 persen ke level USD 70,58 per barel.
Kedua acuan harga minyak tersebut sebelumnya sempat turun hingga USD4, mencapai level terendah sejak awal Oktober, setelah pada perdagangan Senin, 14 Oktober 2024. Keduanya turun sekitar 2 persen.
Sepanjang minggu ini, harga minyak Brent dan WTI telah melemah sekitar USD5, hampir menghapus seluruh kenaikan kumulatif sebelumnya setelah investor khawatir Israel mungkin akan menyerang fasilitas minyak Iran sebagai respons atas serangan misil Teheran pada 1 Oktober lalu.
Hendriko menyatakan, penurunan harga minyak berpotensi memberikan sentimen negatif jangka pendek. “Khususnya bagi emiten produsen migas dan penunjang migas seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS), PT Elnusa Tbk (ELSA), dan PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD),” ungkapnya, Selasa, 16 Oktober 2024.
Di samping isu geopolitik, Hendriko menyoroti langkah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) kompak memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun 2024, dengan penurunan terbesar berasal dari China.
Lebih lanjut, dalam proyeksi terbaru OPEC, organisasi ini memperkirakan bahwa permintaan minyak akan meningkat hanya sebesar 1,9 juta barel per hari pada 2024 dan 1,6 juta barel per hari pada 2025, yang masing-masing lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 2 juta barel per hari dan 1,7 juta barel per hari.
Di sisi lain, IEA memproyeksikan pertumbuhan permintaan minyak akan berada di bawah 900.000 barel per hari pada 2024 dan 1 juta barel per hari pada 2025, yang menurun tajam dibandingkan dengan pertumbuhan 2 juta barel per hari yang tercatat pada periode setelah pandemi.
Analis dari Stockbit Sekuritas itu menilai, dalam jangka yang lebih panjang, selain konflik geopolitik, prospek harga minyak akan dipengaruhi seberapa berhasil paket stimulus yang dikucurkan pemerintah China.
“Stimulus ini bertujuan memulihkan ekonominya atau dengan kata lain meningkatkan permintaan minyak, dibandingkan potensi tambahan suplai dari rencana kenaikan produksi OPEC+,” pungkas Hendriko.(*)