KABARBURSA.COM - Di tengah ketidakpastian ekonomi global, penting bagi investor untuk mulai beralih pada instrumen investasi yang dapat melindungi nilai aset mereka dari risiko penurunan. Fluktuasi pasar yang tajam, inflasi yang tak menentu, serta tantangan geopolitik terus membayangi pergerakan ekonomi di berbagai belahan dunia. Dalam situasi seperti ini, aset safe haven kembali menjadi pilihan menarik bagi para investor yang mencari perlindungan dan stabilitas.
Safe haven adalah instrumen yang memiliki karakteristik khusus—dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan nilainya ketika perekonomian sedang dilanda ketidakstabilan. Instrumen ini menjadi semacam "pelabuhan aman" bagi investor yang ingin menghindari risiko besar saat pasar sedang mengalami guncangan. Aset safe haven dikenal memiliki fluktuasi nilai yang rendah dan risiko kerugian yang relatif kecil dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya.
Emas dan Safe Haven Lainnya
Salah satu instrumen safe haven paling populer adalah emas. Harga emas dunia terus menunjukkan tren penguatan di tengah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global. Hingga Senin, 23 September 2024, harga emas keluaran Logam Mulia Antam tercatat mencapai Rp1.455.000 per gram, berada pada level tertinggi sepanjang sejarah. Dalam sepekan terakhir, emas bergerak di kisaran Rp1.430.000 hingga Rp1.455.000 per gram, memperlihatkan kestabilan nilainya meski di tengah ketidakpastian global.
Emas telah lama dianggap sebagai simbol kekayaan dan perlindungan nilai. Ketika pasar saham goyah atau mata uang terdepresiasi, investor biasanya beralih ke emas sebagai bentuk lindung nilai. Hal ini terbukti efektif, terutama saat inflasi meningkat atau terjadi penurunan suku bunga yang dapat memicu pelemahan aset berisiko tinggi.
Selain emas, aset safe haven lainnya yang juga populer di kalangan investor adalah mata uang asing seperti Dolar AS (USD), Franc Swiss (CHF), dan Yen Jepang (JPY). Mata uang-mata uang ini dianggap stabil karena dukungan ekonomi dan politik yang kuat di negara asalnya. Di saat krisis global atau ketegangan geopolitik, mata uang ini cenderung menguat karena banyaknya permintaan.
Perlambatan Inflasi dan Akhir Periode Higher for Longer
Tren terbaru dalam perekonomian global memperlihatkan bahwa periode suku bunga tinggi atau higher for longer diproyeksi akan segera berakhir. Hal ini seiring dengan melandainya inflasi di beberapa negara utama dunia. Misalnya, inflasi tahunan di Amerika Serikat pada Agustus 2024 tercatat berada di level 2,5 persen, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 2,9 persen. Tren ini terus berlanjut selama lima bulan berturut-turut, dan mencatatkan level inflasi terendah sejak Februari 2021.
Di negara-negara lain seperti Meksiko dan Brasil, inflasi juga menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Meksiko mencatat inflasi tahunan sebesar 5 persen pada Agustus 2024, turun dari 5,6 persen pada bulan sebelumnya. Sementara itu, inflasi di Brasil juga turun menjadi 4,2 persen pada periode yang sama, di bawah perkiraan pasar.
Data ini semakin memperkuat ekspektasi bahwa periode suku bunga tinggi yang selama ini dipertahankan oleh bank sentral di berbagai negara untuk menahan laju inflasi akan segera berakhir. Penurunan inflasi ini memberikan ruang bagi bank sentral untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut, yang akan mendorong stabilitas ekonomi di banyak negara, termasuk Indonesia.
Surat Berharga Negara dan US Treasury
Selain emas dan mata uang asing, instrumen lain yang masuk dalam kategori safe haven adalah surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah. Di Indonesia, Surat Berharga Negara (SBN) seperti Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Sukuk Ritel (SR) menjadi pilihan populer karena didukung oleh kredibilitas pemerintah Indonesia. SBN menawarkan keamanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi korporasi atau instrumen investasi lain yang lebih berisiko.
Demikian juga di Amerika Serikat, obligasi pemerintah seperti US Treasury terus menjadi instrumen yang dicari oleh investor global. Dengan tingkat risiko gagal bayar yang sangat rendah, obligasi US Treasury dianggap sebagai salah satu aset paling aman di dunia. US Treasury menawarkan berbagai jenis obligasi dengan jangka waktu berbeda, seperti T-Bills, T-Notes, dan T-Bonds, yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan investor.
Sementara itu, di tengah inflasi yang terus menurun, pasar memproyeksikan bahwa The Fed akan melanjutkan pemangkasan suku bunga hingga mencapai 3,4 persen pada 2025 dan 2,9 persen pada 2026. Hal ini dapat memberikan sentimen positif bagi aset safe haven seperti obligasi pemerintah, yang akan semakin menarik di mata investor global.
Diversifikasi Portofolio dan Keuntungan Safe Haven
Keunggulan utama dari investasi safe haven adalah kemampuannya untuk melindungi nilai aset di tengah ketidakpastian ekonomi. Dalam kondisi ekonomi yang sulit, aset-aset ini mampu mempertahankan stabilitas nilai bahkan ketika aset-aset lainnya mengalami penurunan tajam. Misalnya, emas yang tidak hanya mampu menjaga nilai di tengah inflasi, tetapi juga sering mengalami kenaikan harga saat ketidakpastian ekonomi meningkat.
Investasi safe haven juga bisa menjadi alternatif sumber pendapatan pasif. Dengan memiliki instrumen seperti emas, mata uang asing, atau obligasi pemerintah dalam portofolio, investor bisa mendapatkan pendapatan tambahan tanpa harus terlalu terlibat aktif dalam pengelolaan aset tersebut.
Namun, perlu diingat bahwa meskipun safe haven menawarkan keamanan, imbal hasilnya cenderung lebih rendah dibandingkan dengan instrumen berisiko tinggi seperti saham atau properti. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk tetap melakukan diversifikasi portofolio guna meminimalisir risiko sekaligus memaksimalkan potensi keuntungan.
Dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu, safe haven merupakan pilihan cerdas bagi investor yang ingin mengamankan nilai aset mereka. Emas, mata uang asing, dan obligasi pemerintah adalah beberapa instrumen safe haven yang terbukti mampu memberikan perlindungan di tengah gejolak ekonomi global. Namun, penting bagi investor untuk terus memantau perkembangan ekonomi dunia dan memilih instrumen yang tepat sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Dengan inflasi yang terus melandai dan proyeksi penurunan suku bunga di masa depan, periode higher for longer tampaknya akan segera berakhir. Ini menjadi momen bagi investor untuk mempertimbangkan safe haven sebagai bagian dari strategi investasi jangka panjang mereka.(*)