Logo
>

Mengintip Kesiapan Buyback Saham Bank Panin (PNBN)

Aksi korporasi ini akan berlangsung selama tiga bulan, dimulai pada 24 Maret 2025 dan berakhir pada 23 Juni 2025.

Ditulis oleh Yunila Wati
Mengintip Kesiapan Buyback Saham Bank Panin (PNBN)
Salah satu gedung Bank Panin. Foto: Dok PNBN

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bank Panin (PNBN) mengambil langkah strategis untuk menjaga stabilitas harga sahamnya di pasar dengan menyiapkan dana sebesar Rp500 miliar guna melakukan pembelian kembali (buyback) saham. 

    Aksi korporasi ini akan berlangsung selama tiga bulan, dimulai pada 24 Maret 2025 dan berakhir pada 23 Juni 2025. Dalam periode tersebut, perseroan berencana membeli kembali antara 286 juta hingga 416 juta saham yang beredar, dengan harga pelaksanaan buyback berkisar antara Rp1.200 hingga Rp1.750 per saham.

    Keputusan ini diambil setelah harga saham PNBN mengalami koreksi yang cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Pada 30 Desember 2024, harga saham perseroan tercatat sebesar Rp1.860 per lembar, namun pada 21 Maret 2025 nilainya turun menjadi Rp1.370. 

    Penurunan sebesar 26,3 persen ini dinilai tidak mencerminkan kinerja fundamental perseroan, sehingga manajemen mengambil langkah proaktif untuk menjaga nilai pemegang saham serta meningkatkan kepercayaan investor.

    Melalui buyback ini, saham yang dibeli akan disimpan sebagai saham treasury, yang diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap harga saham di pasar. Dengan berkurangnya jumlah saham yang beredar, permintaan terhadap saham PNBN berpotensi meningkat, sehingga harga saham bisa lebih stabil dan mencerminkan nilai yang lebih wajar.

    Meski aksi ini akan berdampak pada struktur keuangan perseroan, manajemen memastikan bahwa dampaknya tetap dalam batas yang aman. Jika seluruh dana buyback sebesar Rp500 miliar digunakan, maka jumlah aset dan ekuitas perseroan akan mengalami penurunan dengan rasio kecukupan modal (CAR) turun sebesar 0,38 persen dari 35,13 persen pada akhir Desember 2024 menjadi 34,75 persen. 

    Namun, angka ini masih berada pada level yang sehat dan tidak mengganggu stabilitas keuangan perusahaan.

    Manajemen Bank Panin juga menegaskan bahwa buyback ini tidak akan mengganggu kegiatan operasional maupun strategi pertumbuhan bisnis ke depan. Dengan posisi keuangan yang kuat, perseroan memiliki likuiditas yang cukup untuk mendukung operasional, ekspansi bisnis, serta pelaksanaan buyback tanpa mengorbankan aspek keuangan lainnya.

    Aksi buyback ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi investor dan pemegang saham, terutama dalam menjaga kepercayaan pasar serta menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dalam jangka panjang.

    Catat Pertumbuhan Aset 9,89 Persen di 2024

    Rencana buyback saham PT Bank Panin Tbk (Panin Bank) menarik untuk diperhatikan. Bagi investor yang penasaran, ada baiknya untuk melihat dulu kemampuan keuangan PNBN dalam mendukung aksi tersebut.

    Dalam laporan keuangannya, Bank Panin mencatatkan pertumbuhan aset yang solid sepanjang tahun 2024. Total aset bank meningkat sebesar 9,89 persen secara tahunan (yoy) hingga mencapai Rp243,96 triliun. 

    Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 4,92 persen menjadi Rp152,37 triliun serta peningkatan modal yang tumbuh 5,27 persen hingga mencapai Rp52,32 triliun. Dengan kinerja tersebut, capital adequacy ratio (CAR) Panin Bank turut mengalami peningkatan menjadi 34,54 persen, mencerminkan posisi permodalan yang semakin kuat.

    Presiden Direktur Panin Bank Herwidayatmo, menjelaskan bahwa strategi pertumbuhan aset perseroan pada tahun 2024 difokuskan pada investasi yang aman dan stabil. Instrumen investasi seperti Surat Utang Negara (SUN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) menjadi pilihan utama, dengan pertumbuhan signifikan hingga 59,67 persen mencapai Rp62,29 triliun. Pendekatan ini menjadi bagian dari strategi mitigasi risiko, terutama dalam menghadapi dinamika pasar keuangan.

    Di sisi penyaluran kredit, Panin Bank mencatat pertumbuhan yang lebih terbatas, yaitu sebesar 0,27 persen menjadi Rp148,90 triliun. Meski pertumbuhannya relatif kecil, perseroan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit guna menjaga kualitas portofolio yang sehat.

    Kinerja keuangan Panin Bank juga menunjukkan pencapaian positif dengan laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp2,87 triliun pada tahun 2024. Salah satu faktor yang mendukung pencapaian ini adalah pengelolaan biaya cadangan yang lebih efisien. 

    Sepanjang tahun 2024, Panin Bank mencatatkan biaya cadangan sebesar Rp1,68 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang mencapai Rp2,77 triliun. Kebijakan ini mencerminkan keberhasilan bank dalam mengelola risiko kredit serta meningkatkan kualitas portofolio pinjamannya.

    Sejalan dengan strategi mitigasi risiko, Panin Bank berhasil menekan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL). Rasio NPL gross turun dari 3,09 persen pada tahun sebelumnya menjadi 3,05 persen pada akhir 2024, sementara NPL net berada di level 0,90 persen. 

    Penurunan ini merupakan hasil dari penerapan prosedur penilaian risiko yang ketat serta langkah-langkah pemulihan kredit yang direstrukturisasi agar kembali ke kondisi normal.

    Selain itu, Panin Bank terus menjaga posisi likuiditas yang kuat. Peningkatan DPK menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam mempertahankan likuiditas, ditambah dengan strategi pendanaan jangka panjang melalui penerbitan obligasi. 

    Pada tahun 2024, Panin Bank berhasil menerbitkan dua seri Obligasi Berkelanjutan serta satu seri Obligasi Subordinasi Berkelanjutan dengan total nilai nominal mencapai Rp4,01 triliun. Langkah ini menjadi bagian dari strategi bank dalam memastikan ketersediaan dana jangka panjang yang stabil guna mendukung pertumbuhan bisnis ke depan.

    Dengan kombinasi strategi investasi yang hati-hati, pengelolaan kredit yang prudent, serta penguatan likuiditas melalui penerbitan obligasi, Panin Bank menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga stabilitas keuangan serta memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dan nasabah.

    Siap Lakukan Buyback

    Berdasarkan analisis kinerja keuangan Bank Panin (PNBN) pada tahun 2024, perseroan menunjukkan posisi yang cukup solid untuk melaksanakan aksi buyback saham senilai Rp500 miliar. Berikut adalah beberapa faktor utama yang mendukung kesiapan Panin Bank dalam menggelar aksi korporasi tersebut:

    1. Likuiditas dan Permodalan yang Kuat

    Bank Panin mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 9,89 persen menjadi Rp243,96 triliun, dengan dana pihak ketiga (DPK) yang naik 4,92 persen menjadi Rp152,37 triliun. Selain itu, modal bank juga tumbuh 5,27 persen hingga mencapai Rp52,32 triliun. Dengan capital adequacy ratio (CAR) yang berada di level 34,54 persen, bahkan setelah aksi buyback akan tetap di sekitar 34,75 persen, menunjukkan bahwa permodalan bank masih dalam kondisi sangat kuat.

    2. Strategi Investasi yang Terkendali

    Pertumbuhan aset Panin Bank lebih berfokus pada instrumen investasi yang aman seperti Surat Utang Negara (SUN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), yang meningkat signifikan sebesar 59,67 persen menjadi Rp62,29 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa bank telah menyeimbangkan strategi investasi yang konservatif dengan likuiditas yang cukup untuk mendukung operasional dan aksi korporasi seperti buyback saham.

    3. Profitabilitas dan Efisiensi Cadangan

    Bank Panin membukukan laba bersih setelah pajak (NPAT) sebesar Rp2,87 triliun pada tahun 2024. Sementara itu, biaya cadangan untuk mengantisipasi risiko kredit berhasil ditekan menjadi Rp1,68 triliun dari Rp2,77 triliun di tahun sebelumnya. Efisiensi ini memperkuat posisi keuangan bank dan menunjukkan bahwa perseroan memiliki ruang yang cukup untuk mengalokasikan sebagian dananya untuk buyback saham tanpa mengganggu operasional atau ekspansi bisnis.

    4. Kualitas Kredit yang Terkelola dengan Baik

    Meskipun pertumbuhan kredit relatif terbatas sebesar 0,27 persen menjadi Rp148,90 triliun, Panin Bank berhasil menekan rasio kredit bermasalah (NPL). NPL gross turun dari 3,09 persen menjadi 3,05 persen, sementara NPL net berada di level 0,90 persen. Perbaikan ini mencerminkan bahwa manajemen risiko kredit berjalan dengan baik, sehingga bank memiliki fleksibilitas lebih dalam mengalokasikan sumber dayanya.

    5. Pendanaan Jangka Panjang yang Kuat

    Keberhasilan Panin Bank dalam menerbitkan dua seri Obligasi Berkelanjutan dan satu seri Obligasi Subordinasi Berkelanjutan senilai Rp4,01 triliun menandakan strategi pendanaan jangka panjang yang efektif. Dengan tersedianya pendanaan dari obligasi, likuiditas bank tetap terjaga meskipun sebagian dana digunakan untuk buyback saham.

    Melihat seluruh indikator keuangan, Panin Bank berada dalam posisi yang cukup kuat untuk melaksanakan aksi buyback saham senilai Rp500 miliar. Dengan CAR yang tetap tinggi setelah buyback, likuiditas yang terjaga, laba bersih yang solid, serta efisiensi dalam pengelolaan risiko kredit, aksi buyback ini tidak akan mengganggu pertumbuhan bisnis maupun stabilitas keuangan bank. 

    Sebaliknya, buyback dapat menjadi strategi yang baik untuk mendukung harga saham di pasar, memberikan nilai tambah bagi pemegang saham, dan meningkatkan kepercayaan investor.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79