Logo
>

Mengintip Kinerja Tiga Emiten yang Sahamnya Banyak Beredar

Ditulis oleh Yunila Wati
Mengintip Kinerja Tiga Emiten yang Sahamnya Banyak Beredar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Menurut catatan Bursa Efek Indonesia, ada beberapa saham yang banyak beredar. Istilah saham beredar mengacu pada saham perusahaan yang saat ini dimiliki oleh semua pemegang sahamnya.

    Saham beredar mencakup blok saham yang dimiliki oleh investor institusional dan saham terbatas yang dimiliki oleh pejabat dan orang dalam perusahaan. Jumlah saham beredar perusahaan tidak statis dan dapat berfluktuasi secara liar dari waktu ke waktu. Saham beredar digunakan untuk menghitung metrik utama bagi perusahaan.

    Lalu, saham apa saja yang banyak beredar dan bagaimana kinerjanya?

    PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)

    GoTo Gojek Tokopedia adalah perusahaan ekosistem digital berbasis teknologi yang beroperasi di Indonesia, yang dibentuk sebagai penggabungan antara Gojek dan Tokopedia. Berbasis di Jakarta, GoTo telah menjadi ekosistem terbarukan mewujudkan ketahanan identitas korporasi. Adapun jumlah saham yang beredar sebanyak 1,2 triliun lembar, di mana kepemilikan masyarakat sebanyak 79 persen.

    Menurut Warren Buffett saham GOTO tidak layak untuk dikoleksi karena mencatatkan EPS yang negatif, ROE yang sangat rendah, serta valuasi yang tidak menarik. Buffett lebih memilih perusahaan dengan keuntungan berkelanjutan dan model bisnis yang dapat dipertahankan, yang tidak tercermin dalam kinerja GOTO saat ini.

    Analisisnya seperti ini: EPS (TTM) saham GOTO adalah -71.53, menunjukkan bahwa perusahaan saat ini mengalami kerugian. EPS negatif adalah indikasi bahwa perusahaan tidak menguntungkan pada periode 12 bulan terakhir (TTM).

    Buffett sangat menghargai Return on Equity (ROE) yang kuat, karena ini menunjukkan efisiensi manajemen dalam menghasilkan laba dari ekuitas pemegang saham. Dalam kasus GOTO, ROE (TTM) adalah -238.84 persen, yang sangat negatif. ROE negatif berarti perusahaan kehilangan uang dari modal yang diinvestasikan oleh pemegang saham, yang tentu merupakan indikator yang buruk dalam perspektif Buffett.

    GOTO menunjukkan penurunan kinerja laba secara keseluruhan. Sebagai contoh, Net Income TTM tercatat sebesar -85,934 miliar, dan Net Profit Margin (Quarter) berada pada -50.23 persen, yang menunjukkan perusahaan tidak mampu menghasilkan laba dari penjualan mereka saat ini. Pertumbuhan pendapatan yang negatif juga menjadi perhatian.

    Selain itu, GOTO memiliki Debt to Equity Ratio (0.13), yang rendah, menunjukkan bahwa perusahaan tidak memiliki banyak utang dibandingkan dengan ekuitasnya. Ini sebenarnya sesuai dengan prinsip Buffett, di mana dia menghindari perusahaan dengan leverage yang terlalu tinggi. Namun, rasio ini tidak cukup mengkompensasi kerugian besar dalam EPS dan ROE.

    P/E Ratio (TTM) -0.85, menunjukkan bahwa GOTO tidak menguntungkan, karena P/E negatif menandakan perusahaan mencatatkan kerugian. Price to Book (P/B) 2.04, mengindikasikan bahwa saham tersebut dihargai lebih mahal dibandingkan dengan nilai aset bersihnya.

    Dalam hal ini, GOTO mencatat EPS yang negatif, ROE yang sangat rendah, serta valuasi yang tidak menarik menurut standar Buffett.

    PT Smartfren Telecom Tbk (FREN)

    Adalah operator penyedia jasa telekomunikasi berbasis teknologi 4G LTE Advanced yang merupakan pengembangan lanjutan dari 4G. Produk perusahaan ini adalah Smartfren, yang dahulu bernama Fren. Jumlah saham yang beredar adalah sebanyak 477 miliar lembar dengan kepemilikan masyarakat sebanyak 37 persen.

    Untuk mengevaluasi apakah saham ini menarik untuk dikoleksi berdasarkan filosofi investasi Warren Buffett, ada beberapa kriteria utama yang sesuai dengan metodologinya:

    1. Pendapatan yang Konsisten dan Berkembang

    • EPS Saat Ini (TTM): -0,08
    • Laba Bersih (TTM): -39 B
    • Pertumbuhan Pendapatan (YoY): 0,24 persen

    Perusahaan saat ini tidak menghasilkan laba, dengan EPS dan laba bersih yang negatif. Warren Buffett lebih menyukai bisnis yang memiliki catatan konsistensi dalam hal profitabilitas dan pertumbuhan laba. Fakta bahwa pendapatan saat ini negatif merupakan sinyal peringatan yang signifikan.

    2. Return on Equity (ROE) dan Return on Invested Capital (ROIC) yang Tinggi

    • Return on Equity (ROE) (TTM): -0,18 persen
    • Return on Invested Capital (ROIC) (TTM): -0,32 persen

    Baik ROE maupun ROIC negatif, menunjukkan bahwa perusahaan tidak efisien dalam menggunakan ekuitas dan modalnya untuk menghasilkan keuntungan. Buffett biasanya mencari bisnis dengan ROE yang tinggi dan berkembang, yang menunjukkan manajemen yang efektif dan profitabilitas yang kuat.

    3. Rasio Utang yang Rendah dan Kesehatan Keuangan yang Kuat

    • Rasio Utang terhadap Ekuitas: 0,86
    • Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas: 0,76
    • Penutupan Bunga (TTM): 0,35

    Perusahaan memiliki rasio utang terhadap ekuitas yang wajar yaitu 0,86, tetapi rasio penutupan bunga yang rendah (0,35) menunjukkan bahwa perusahaan mungkin kesulitan menutupi kewajiban utangnya dari pendapatan operasionalnya. Buffett umumnya menghindari perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi dan lebih memilih yang dapat dengan nyaman menutupi pembayaran bunga.

    4. Arus Kas Bebas (FCF) yang Kuat dan Konsisten

    • Arus Kas Bebas (TTM): 1.355 B
    • Arus Kas Bebas Per Saham (TTM): 2,84
    • Belanja Modal (TTM): (910 B)

    Perusahaan memang menghasilkan arus kas bebas, yang merupakan tanda positif. Namun, penting untuk mempertimbangkan apakah arus kas bebas ini berkelanjutan mengingat profitabilitas perusahaan yang negatif dan utang yang meningkat.

    5. Keunggulan Kompetitif yang Berkelanjutan (Moat)

    • Kapitalisasi Pasar: 14.778 B
    • Piotroski F-Score: 4,00 (rata-rata)

    Perusahaan tampaknya tidak memiliki keunggulan kompetitif yang kuat (atau "moat"). Buffett lebih menyukai perusahaan dengan merek yang kuat, produk yang unik, atau faktor lain yang memberikan keunggulan bertahan lama dibandingkan pesaing. Piotroski F-Score yang rata-rata menunjukkan kesehatan keuangan yang hanya moderat.

    6. Penilaian yang Wajar

    • Price to Earnings (P/E TTM): -374,25 (negatif)
    • Price to Book (P/B): 0,66
    • Price to Free Cash Flow (TTM): 10,91

    Metrik penilaian saham menunjukkan sinyal campuran. Rasio P/E negatif menunjukkan perusahaan tidak menguntungkan, tetapi rasio P/B sebesar 0,66 menunjukkan bahwa saham diperdagangkan di bawah nilai bukunya, yang dapat mengindikasikan bahwa saham tersebut undervalued. Namun, Buffett lebih suka perusahaan dengan profitabilitas yang stabil dan rasio P/E yang wajar, jadi ini saja tidak cukup untuk membenarkan investasi.

    Berdasarkan filosofi investasi Warren Buffett, saham ini tidak terlihat menarik untuk dikoleksi saat ini. Perusahaan saat ini tidak menguntungkan, memiliki ROE dan ROIC yang rendah, serta membawa risiko karena utangnya. Meskipun saham mungkin diperdagangkan di bawah nilai bukunya, Buffett kemungkinan akan menghindarinya karena kurangnya profitabilitas yang konsisten, pertumbuhan, dan keunggulan kompetitif.

    PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

    Atau Bumi Resources adalah salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia. Perusahaan ini bertindak sebagai induk untuk sejumlah anak usaha. Pada daftar Forbes Global 2000 tahun 2012, Bumi Resources menempati peringkat ke-1898. Jumlah saham yang beredar adalah 371 miliar lembar dengan kepemilikan masyarakat sebanyak 27 persen.

    Untuk menganalisis saham BUMI menggunakan metodologi Warren Buffett, fokus terletak pada fundamental kuat, manajemen yang baik, dan harga saham yang undervalued. Berikut adalah analisis berdasarkan data yang diberikan:

    1. Valuasi (Valuation)

    • Current PE Ratio (TTM): 112.53, sangat tinggi menunjukkan bahwa harga saham BUMI relatif mahal dibandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan. Buffett cenderung menghindari saham dengan PE Ratio tinggi, terutama jika tidak ada justifikasi dari sisi pertumbuhan laba yang kuat.
    • Earnings Yield (TTM): 0.89 persen, mengindikasikan potensi pengembalian yang kecil dari laba bersih perusahaan, yang bukan merupakan karakteristik saham yang menarik bagi Buffett, karena ia menginginkan hasil yang lebih tinggi dari investasi.
    • Current Price to Book Value: 1.41, tidak terlalu mahal, tetapi Buffett biasanya mencari perusahaan dengan nilai buku yang lebih rendah, karena dia suka membeli perusahaan dengan harga di bawah nilai aset bersihnya.
    • Price to Free Cashflow (TTM): -114.59. BUMI memiliki arus kas bebas yang negatif, yang menunjukkan masalah dalam kemampuan perusahaan menghasilkan kas setelah memenuhi kebutuhan modalnya.
    • EV/EBITDA (TTM): 95.00, menunjukkan valuasi yang mahal, yang tidak sesuai dengan prinsip Buffett untuk membeli perusahaan dengan valuasi murah.

    2. Profitabilitas (Profitability)

    • Net Profit Margin (Quarter): 6.59 persen, tidak mencerminkan bisnis yang sangat menguntungkan, salah satu faktor yang diprioritaskan Buffett.
    • Return on Equity (ROE, TTM): 1.25 persen, menunjukkan bahwa manajemen belum efektif dalam menghasilkan pengembalian dari modal pemegang saham.

    3. Solvabilitas (Solvency)

    • Debt to Equity Ratio (Quarter) 0.36, merupakan angka yang relatif sehat, karena Buffett umumnya menghindari perusahaan dengan beban utang yang tinggi. Debt to Equity yang moderat ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak terlalu bergantung pada utang.
    • Interest Coverage Ratio (TTM) 0.19. Dengan rasio ini, perusahaan hampir tidak bisa menutupi biaya bunga dengan laba operasi, yang merupakan sinyal negatif.

    4. Pertumbuhan (Growth)

    • Revenue Growth (YoY, Quarter) -25.46 persen. Penurunan pendapatan ini merupakan sinyal negatif karena bisa menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi tantangan dalam mempertahankan posisinya di pasar.
    • Net Income (YoY, Quarter) -2.08 persen. Laba bersih yang menurun, meskipun hanya sedikit, bukanlah karakteristik yang diinginkan Buffett.

    5. Kinerja Manajemen (Management Effectiveness)

    • Return on Assets (ROA, TTM) 0.48 persen, menunjukkan bahwa perusahaan tidak efisien dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba, yang biasanya menjadi perhatian bagi Buffett.
    • Return on Capital Employed (ROCE, TTM) 0.10 persen, menunjukkan manajemen yang kurang efektif dalam mengelola modal yang digunakan dalam operasional.

    Berdasarkan analisis di atas, saham BUMI mungkin tidak sesuai dengan kriteria investasi Warren Buffett. Buffett biasanya menghindari saham dengan PE Ratio yang sangat tinggi, pertumbuhan pendapatan dan laba yang negatif, serta arus kas bebas yang negatif. Selain itu, rasio solvabilitas yang rendah dan profitabilitas yang lemah juga menjadi tanda bahwa saham ini tidak memiliki fundamental yang kuat untuk jangka panjang, yang merupakan fokus utama Buffett dalam berinvestasi.

    Namun, ada beberapa poin positif seperti rasio utang terhadap ekuitas yang moderat dan rasio Price to Book Value yang tidak terlalu mahal. Meski begitu, masalah utama di sini adalah kinerja operasional yang lemah, terutama dalam hal profitabilitas dan arus kas, yang akan membuat Buffett enggan berinvestasi di saham ini.(*)

     

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79