KABARBURSA.COM — Di tengah meningkatnya adopsi kendaraan listrik secara global, saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk dinilai menyimpan peluang jangka panjang yang menjanjikan.
Analis pasar modal dari Traderindo, Wahyu Laksono menyebut perusahaan yang dikenal dengan kode emiten NCKL ini memiliki posisi strategis di industri nikel nasional, dengan rantai bisnis yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Nikel sendiri merupakan salah satu bahan utama dalam produksi baterai kendaraan listrik, khususnya tipe NMC (nikel-mangan-kobalt), yang masih banyak digunakan oleh produsen EV besar dunia.
“NCKL punya posisi kuat karena mereka tidak hanya menambang tapi juga mengolah nikel jadi produk bernilai tinggi seperti MHP dan nikel sulfat. Ini relevan langsung dengan tren EV,” kata Wahyu kepada Kabarbursa.com, Selasa, 22 Juli 2025.
Secara kinerja keuangan, NCKL menunjukkan pertumbuhan yang solid. Pendapatan perusahaan dalam 12 bulan terakhir tercatat mencapai Rp28,05 triliun, dengan laba bersih Rp7,03 triliun. EBITDA berada di level Rp9,50 triliun dan gross profit sebesar Rp8,93 triliun. Kinerja kuartal I 2025 juga mencatatkan kenaikan laba menjadi Rp1,65 triliun, lebih tinggi dari Rp1 triliun di periode sama tahun sebelumnya.
Dengan harga saham saat ini di level Rp675, valuasi NCKL dinilai cukup menarik. Berdasarkan estimasi analis, nilai wajar saham ini berada di kisaran Rp1.070 hingga Rp1.500 per saham. Rasio P/E diperkirakan antara 5,9 hingga 6,4 kali, sedangkan rasio P/B berada di angka 1,27 kali. Estimasi ini menunjukkan bahwa saham NCKL diperdagangkan jauh di bawah nilai wajarnya, bahkan sekitar 59,6 persen lebih rendah dari estimasi fair value versi Simply Wall St.
Namun demikian, harga saham NCKL dalam satu tahun terakhir tercatat menurun sebesar 27,4 persen. Dalam 90 hari terakhir, harga saham sempat diperdagangkan di rentang Rp610 hingga Rp780. Kondisi ini menunjukkan adanya tekanan pasar, meskipun dalam tujuh hari terakhir terlihat adanya kenaikan harga.
“Kalau melihat valuasinya dan fundamentalnya, harga sekarang tergolong murah. Tapi tetap harus waspadai faktor global seperti harga nikel yang bisa fluktuatif,” ujar Wahyu.
Dari sisi neraca, posisi keuangan NCKL tergolong sehat. Perusahaan memiliki kas sebesar Rp7.700 miliar, dengan total aset mencapai Rp55,24 triliun. Total kewajiban tercatat sebesar Rp15,83 triliun, dengan utang sebesar Rp10,57 triliun dan net debt sekitar Rp2,87 triliun. Sementara itu, ekuitas perusahaan berada di level Rp32,64 triliun.
Keunggulan lain yang dimiliki NCKL adalah struktur biaya produksi yang rendah. Menurut laporan sejumlah analis, perusahaan ini termasuk salah satu dengan biaya kas terendah di industri nikel. Hal ini memberikan keunggulan kompetitif terutama di tengah volatilitas harga nikel dunia.
Strategi hilirisasi NCKL yang meliputi produksi feronikel, MHP, hingga NiSO4 membuat perusahaan tidak hanya bergantung pada penjualan bijih mentah, tetapi mampu menangkap nilai tambah yang lebih tinggi. Ditambah dengan dukungan pemerintah terhadap hilirisasi tambang dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik nasional, prospek pertumbuhan NCKL dalam jangka panjang dinilai positif.
Meski demikian, terdapat beberapa risiko yang perlu dicermati investor. Perkembangan teknologi baterai EV yang mulai mengarah pada baterai LFP (lithium fero phosphate) bisa mengurangi permintaan nikel di masa mendatang. Selain itu, fluktuasi harga komoditas global dan potensi perubahan regulasi pertambangan di dalam negeri juga dapat mempengaruhi prospek bisnis NCKL.
“Kalau orientasi investasinya jangka pendek, saham ini bisa volatile. Tapi kalau untuk 1 sampai 5 tahun ke depan, potensinya besar, apalagi kalau tren EV makin masif,” ucap Wahyu.
Ia menambahkan bahwa dengan valuasi saat ini, NCKL sangat layak masuk dalam radar investor yang mengincar pertumbuhan jangka menengah hingga panjang. Strategi hilirisasi yang dijalankan perusahaan, ditambah dengan tren global transisi energi, menjadi katalis utama pertumbuhan bisnis ke depan.
Sebagai langkah mitigasi risiko, Wahyu mengingatkan pentingnya diversifikasi portofolio dan melakukan analisis lanjutan atas laporan keuangan serta perkembangan industri terkait.
“Investor perlu pahami latar belakang investasinya. Jangan hanya tergiur valuasi murah tanpa riset,” tutupnya.
Dengan kombinasi antara fundamental yang kuat, strategi bisnis yang jelas, dan dukungan makroekonomi serta kebijakan pemerintah, saham NCKL dinilai sebagai salah satu opsi investasi menarik dalam ekosistem energi baru dan terbarukan Indonesia.
KabarBursa.com baru saja menyelesaikan ekspedisi jurnalistiknya ke Pulau Obi, salah satu gugusan di Maluku Utara, kini menjelma menjadi episentrum industri nikel nasional.
Di pulau ini berdiri kawasan industri terpadu milik PT Trimegah Bangun Persada Tbk, atau NCKL, yang menjadi ujung tombak hilirisasi nikel untuk kebutuhan kendaraan listrik dunia.
Perjalanan ini dirangkum dalam tiga bagian tulisan bertajuk Ekspedisi Obi: Di Balik Purnama Bersaput Awan Tipis, yang menggambarkan perubahan besar yang sedang terjadi di pulau kecil ini. Bagian pertama mengangkat dinamika sosial masyarakat Obi, bagian kedua menelusuri langsung kawasan industri NCKL, dan bagian ketiga membahas komitmen keberlanjutan dan upaya pelestarian lingkungan yang dijalankan perusahaan.
Di balik deru mesin berat dan deretan fasilitas pengolahan nikel, terlihat transformasi besar yang sedang berlangsung. NCKL tidak hanya menambang bijih nikel laterit, tetapi juga mengolahnya menjadi produk bernilai tambah seperti ferronickel, Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), dan nikel sulfat. Produk-produk ini memainkan peran penting dalam industri baterai kendaraan listrik, terutama jenis NMC (nikel-mangan-kobalt) yang masih digunakan secara luas.
Kompleks industri NCKL menunjukkan bagaimana hilirisasi berjalan dalam praktik nyata. Fasilitas smelter dan pabrik pengolahan tersebar rapi di kawasan yang dirancang secara terintegrasi. Di sinilah nikel diolah lebih jauh, bukan sekadar diekspor sebagai bahan mentah. MHP dan nikel sulfat menjadi penanda bahwa Indonesia sedang naik kelas sebagai produsen bahan baku strategis untuk energi bersih.
NCKL juga dikenal memiliki efisiensi biaya yang tinggi.
Beberapa laporan analis menyebut perusahaan ini memiliki salah satu struktur biaya kas terendah di sektor nikel. Hal ini memberikan keunggulan kompetitif yang sangat penting, terutama ketika harga nikel global mengalami fluktuasi.
Selain aspek bisnis, pengelolaan lingkungan dan tanggung jawab sosial juga menjadi bagian dari operasi NCKL. Perusahaan menyediakan fasilitas hunian, layanan kesehatan, serta pelatihan vokasi bagi pekerja dan masyarakat sekitar. Program rehabilitasi lahan pascatambang juga telah dijalankan di beberapa titik.
Pulau Obi kini menjadi gambaran masa depan hilirisasi mineral Indonesia—di mana sumber daya alam tak lagi hanya digali, tetapi juga diolah menjadi bagian dari rantai pasok global energi bersih. Dengan posisi strategis di sektor nikel dan dukungan kebijakan pemerintah terhadap kendaraan listrik, NCKL berada di jalur yang tepat untuk tumbuh bersama transformasi besar ini.
Tiga bagian liputan mendalam Ekspedisi Obi: Di Balik Purnama Bersaput Awan Tipis bagian 1 hingga 3.
Dengan seluruh lanskap industri dan sosial yang sedang berubah cepat, Pulau Obi kini tak lagi sekadar pulau di Timur Indonesia, melainkan simbol penting dari ambisi hilirisasi dan transisi energi nasional. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.