KABARBURSA.COM - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, mengupayakan percepatan penyediaan daging dan susu nasional guna mendukung program makan bergizi gratis di pemerintahan baru Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Namun banyak masyarakat yang bertanya, apakah upaya percepatan tersebut salah satunya melalui impor?
Menjawab hal ini, Mentan dalam keterangannya, Kamis, 4 Juni 2024, mengaku sedang melibatkan pelaku usaha di bidang peternakan, khususnya sapi, kambing dan domba. Para pelaku usaha ini sangat dibutuhkan untuk menyediaan daging dan susu. Adapun yang dipersiapkan meliputi regulasi/legalitas (perizinan), sumber benih dan bibit, kemudahan lahan, insentif pembayaran, sarana prasarana logistik, dan pendampingan.
"Rencana besar kita adalah makan bergizi. Saatnya kita bergandengan tangan, bersinergi, berkolaborasi, untuk dapat menggunakan momentun emas dengan memenuhi program presiden terpilih," kata Amran, kemarin.
Dengan mempermudah legalitas, lanjut dia, pelaku usaha bisa berproduksi dan menguntungkan. Regulasi-regulasi mana yang dibutuhkan agar segera disampaikan untuk ditindaklanjuti. Dengan begitu, penting pula untuk dibuat sebuah kawasan terintegrasi untuk menciptakan sistem produksi yang efisien, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
Sementara, Tenaga Ahli Menteri (TAM) Bidang Hilirisasi Produk Peternakan Kementerian Pertanian (Kementan) Ali Agus, menekankan pentingnya peran pemerintah dalam memfasilitasi pelayanan optimal bagi pelaku usaha di sektor peternakan. Ia menyebut para pelaku usaha sebagai pahlawan pangan yang menyediakan sumber protein hewani seperti susu dan daging. Dirinya juga menegaskan bahwa tugas pemerintah adalah menerjemahkan arahan Menteri Pertanian ke dalam bentuk pelayanan yang nyata dan prima.
Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Nasrullah, menyatakan harapannya agar Indonesia dapat mencapai swasembada daging dan susu melalui kolaborasi dan sinergi yang kuat dengan para pelaku usaha. Untuk mendukung hal ini, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementan telah disiapkan guna melatih petugas yang akan melaksanakan program tersebut. Selain itu, Kementan juga bekerja sama dengan perguruan tinggi yang memiliki fakultas peternakan untuk memberikan pendampingan bagi para peternak.
Cegah Impor dengan Cetak Peternak
Sementara, terkait impor daging dan susu, Amran menegaskan pihaknya justru sedang mengupayakan untuk mencetak peternak kambing di seluruh Indonesia. Tujuannya untuk menghentikan impor kambing yang nilainya mencapai Rp37 triliun per tahun.
Amran, yang 29 Juni lalu berada di Sleman, DI Yogyakarta menekankan, impor hanya akan meningkatkan kesejahteraan peternak negara lain, sementara Indonesia memiliki jumlah peternak sebanyak 278 juta.
"Kami cetak peternak, stop impor. Sebesar Rp37 triliun digunakan untuk membesarkan peternakan Indonesia. Sekarang tinggal katakan saja apa yang dibutuhkan peternak supaya peternakan berkembang pesat di Indonesia, seperti di Sleman ini," kata Amran saat meninjau CV Sahabat Ternak dan Bhumi Naraya Farm di Kelurahan Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Juni kemarin.
Menurutnya, tidak ada cara atau trik khusus beternak kambing, persoalannya hanya ada pada keinginan, mau atau tidak. Tapi yang perlu diingat, peternakan itu sangat menguntungkan masyarakat.
"Semudah membalikkan telapak tangan. Pertanyaannya, mau atau tidak," ujar dia.
Sebelumnya diberitakan oleh KabarBursa, dari data BPS, populasi kambing di Indonesia saat ini sebanyak 18,5 juta ekor dengan komposisi kambing pedaging sebanyak 15,2 juta ekor dan kambing perah sebanyak 3,3 juta ekor. Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi provinsi dengan populasi kambing terbesar. Keduanya menyumbang sekitar 20 persen dari total populasi kambing di Indonesia.
Saat ini, pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa permintaan susu kambing cukup tinggi, khususnya dari masyarakat yang tinggal di perkotaan. Hal ini karena susu kambing memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan baik untuk pencegahan dan pengobatan diabetes.
Kambing dan domba juga memiliki peran penting dalam kuliner Indonesia, seperti sate kambing dan soto kambing, yang merupakan bagian dari budidaya dan tradisi kuliner.
Secara keseluruhan, dorongan Kementerian Pertanian untuk mengembangkan peternakan kambing perah sebagai alternatif pengurangan impor susu menunjukkan langkah strategis dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Program ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor susu, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan peternak lokal dan memperluas peluang ekonomi di sektor peternakan.
Dengan pendekatan ini, diharapkan Indonesia dapat mengoptimalkan sumber daya alamnya dengan lebih baik serta menciptakan sistem pertanian yang lebih berkelanjutan dan mandiri dalam jangka panjang.(*)