Logo
>

Menteri Kelautan dan Jejaknya di TBIG, Bagaimana Kinerja Emiten Menara Ini?

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Menteri Kelautan dan Jejaknya di TBIG, Bagaimana Kinerja Emiten Menara Ini?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Sakti Wahyu Trenggono bukan nama asing dalam dunia bisnis Indonesia, terutama di sektor telekomunikasi. Sebelum menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) baik di era kabinet Indonesia Maju maupun di era Kabinet Merah Putih, ia memiliki rekam jejak panjang di sektor bisnis, salah satunya sebagai komisaris PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Wahyu menjabat sebagai komisaris di TBIG sejak 2009 hingga 2019, sebuah periode di mana perusahaan ini berkembang pesat sebagai salah satu pemain utama dalam penyediaan infrastruktur menara telekomunikasi di Indonesia.

    Sebagai mantan komisaris, peran Wahyu dalam pengambilan keputusan strategis tentunya berpengaruh pada pengembangan TBIG selama bertahun-tahun. Namun, bagaimana kinerja perusahaan tersebut setelah ia tidak lagi menjabat di sana? Berikut adalah tinjauan tentang bagaimana TBIG bertahan dan berkembang di industri menara telekomunikasi yang semakin kompetitif.

    Kinerja Keuangan dan Pertumbuhan TBIG

    Dilansir dari data Stockbit, TBIG memperlihatkan tren keuangan yang fluktuatif. Pada kuartal pertama 2024, perusahaan mencatatkan laba bersih sebesar Rp350 miliar, meningkat dari Rp332 miliar di kuartal yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini menunjukkan perbaikan kinerja perusahaan dibandingkan periode yang sama pada 2023. Namun, jika dibandingkan dengan kinerja 2022 yang mencatatkan laba bersih Rp415 miliar pada kuartal pertama, angka ini masih menunjukkan penurunan yang signifikan. Ini bisa menandakan bahwa meskipun ada perbaikan, TBIG masih menghadapi tantangan dalam memaksimalkan pendapatannya di tengah persaingan industri yang ketat.

    Pada kuartal kedua 2024, laba bersih TBIG tercatat Rp381 miliar, naik dari Rp357 miliar di 2023. Meski ada pertumbuhan, angka ini masih lebih rendah dibandingkan pencapaian 2022 yang sebesar Rp411 miliar. Secara keseluruhan, TBIG diproyeksikan memiliki laba bersih annualized (tahunan) sebesar Rp1,46 triliun pada 2024. Ini lebih rendah dari pencapaian tahunan 2023 sebesar Rp1,56 triliun dan 2022 yang mencapai Rp1,63 triliun. Penurunan laba tahunan ini menunjukkan bahwa TBIG perlu mengevaluasi kembali strategi pertumbuhannya untuk mempertahankan atau meningkatkan profitabilitasnya.

    Profitabilitas

    Meskipun ada penurunan laba bersih, TBIG tetap berhasil mempertahankan tingkat profitabilitas yang cukup baik. Margin laba kotor (gross profit margin) untuk kuartal terakhir berada di angka 71,68 persen, yang mencerminkan efisiensi produksi yang tinggi. Dari pendapatan total, sekitar 71,68 persen berhasil dipertahankan sebagai laba kotor, mengurangi dampak biaya langsung. Margin laba operasional (operating profit margin) mencapai 63,04 persen, dan margin laba bersih (net profit margin) berada di angka 22,28 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa meskipun TBIG berhasil menjaga profitabilitas operasionalnya, margin bersihnya tetap bisa ditingkatkan untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.

    Ke depan, mempertahankan efisiensi ini akan menjadi kunci keberhasilan TBIG di tengah tantangan biaya dan persaingan. Perusahaan perlu terus memperkuat operasionalnya agar tetap kompetitif, terutama dalam menghadapi tekanan dari operator menara lainnya yang terus berkembang di pasar.

    Pertumbuhan Pendapatan dan Tantangan

    Pertumbuhan pendapatan tahunan kuartal menunjukkan kenaikan sebesar 2,86 persen dari tahun sebelumnya. Angka ini memberikan sinyal positif bahwa TBIG masih mampu mempertahankan pendapatannya di tengah persaingan pasar. Namun, ada sedikit kabar kurang baik dari sisi pertumbuhan laba kotor, yang tercatat turun 7,14 persen. Penurunan ini mungkin terjadi karena meningkatnya biaya operasional atau penurunan efisiensi produksi.

    Namun, peningkatan laba bersih sebesar 6,77 persen menunjukkan bahwa TBIG berhasil mengelola beban lain di luar produksi sehingga masih bisa mencatatkan laba bersih yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, penurunan di beberapa area pertumbuhan ini perlu menjadi perhatian manajemen untuk memastikan stabilitas dan kesinambungan kinerja perusahaan.

    Kebijakan Dividen

    Kebijakan dividen TBIG memperlihatkan komitmen perusahaan untuk tetap memberikan keuntungan kepada pemegang saham. TBIG mempertahankan pembayaran dividen sebesar 30,20 per saham, dengan rasio pembayaran dividen (payout ratio) di angka 46,81 persen. Ini menandakan bahwa hampir setengah dari laba bersih perusahaan dibagikan sebagai dividen. Sementara dividend yield-nya tercatat sebesar 1,59 persen, mencerminkan keuntungan investasi yang stabil bagi para pemegang saham.

    Tanggal ex-dividen terakhir tercatat pada 10 Juni 2024. Dengan kebijakan ini, TBIG tampaknya berusaha mempertahankan kepercayaan pemegang saham dengan tetap memberikan dividen yang konsisten, meskipun di tengah situasi keuangan yang fluktuatif.

    Performa Harga Saham

    Dari sisi harga saham, TBIG mencatatkan fluktuasi yang cukup beragam. Dalam periode satu minggu terakhir, harga saham naik sebesar 0,27 persen, memberikan sedikit angin segar di tengah kondisi pasar yang bergejolak. Namun, tren dalam tiga bulan terakhir menunjukkan penurunan sebesar 5,28 persen, yang mungkin mencerminkan kekhawatiran investor terhadap kinerja jangka pendek perusahaan.

    Sebaliknya, dalam satu bulan terakhir, harga saham TBIG naik sebesar 1,62 persen, menandakan adanya perbaikan sentimen pasar yang positif terhadap prospek perusahaan. Dalam jangka panjang, performa saham TBIG selama lima tahun menunjukkan kenaikan 47,84 persen. Ini mengindikasikan potensi jangka panjang yang cukup solid, meskipun dalam tiga tahun terakhir sahamnya mengalami penurunan 35,88 persen. Harga saham tertinggi dalam 52 minggu terakhir adalah Rp2,200, sementara harga terendahnya Rp1,600.

    Jejak Sakti Wahyu Trenggono sebagai komisaris TBIG selama satu dekade memberikan kontribusi signifikan dalam membangun fondasi perusahaan. Di masa itu, TBIG berhasil memperkuat posisinya sebagai salah satu penyedia infrastruktur menara telekomunikasi terkemuka di Indonesia. Namun, meskipun sudah tidak lagi menjabat, pengaruh dari strategi dan kebijakan yang pernah diterapkan Wahyu tampaknya masih terasa hingga kini.

    TBIG, sebagai salah satu pemain utama di sektor ini, menunjukkan performa yang solid, meski menghadapi tantangan dalam mempertahankan pertumbuhan laba bersih dan efisiensi operasional. Dengan komitmen untuk terus memberikan dividen dan menjaga profitabilitas, perusahaan ini masih menjadi pilihan menarik bagi para investor. Namun, di tengah fluktuasi harga saham dan tekanan persaingan, TBIG perlu terus berinovasi dan memperkuat strategi bisnisnya agar tetap kompetitif.

    Sebagai perusahaan yang pernah dipimpin oleh sosok berpengalaman seperti Wahyu Trenggono, TBIG harus siap menghadapi masa depan dengan visi yang lebih besar dan kemampuan adaptasi yang lebih cepat dalam menghadapi perubahan dinamika pasar telekomunikasi di Indonesia.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).