Logo
>

MFIN Tergeser dari Indeks PEFINDO i-Grade, Bagaimana Arah Saham ke Depan?

MFIN resmi didepak dari Indeks PEFINDO i-Grade dan digantikan ADHI, saham anjlok lebih 80 persen setahun terakhir, fundamental tertekan dengan arus kas negatif.

Ditulis oleh Yunila Wati
MFIN Tergeser dari Indeks PEFINDO i-Grade, Bagaimana Arah Saham ke Depan?
Terdepak dari indeks, fundamental MFIN dipertanyakan. Foto: Dok Mandala Multifinance.

KABARBURSA.COM - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi mencoret saham PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) dari jajaran Indeks PEFINDO i-Grade dan menggantikannya dengan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI). 

Keputusan ini diambil melalui evaluasi insidental BEI yang berlaku efektif mulai 2 Oktober hingga 30 Desember 2025. 

Indeks PEFINDO i-Grade sendiri berisikan 30 saham dengan kualitas investasi atau investment grade, yang dipilih berdasarkan kriteria kelayakan fundamental, kesehatan keuangan, dan prospek emiten.

Hilangnya MFIN dari indeks ini menimbulkan tanda tanya di kalangan pelaku pasar. Secara teknis, BEI menilai MFIN tidak lagi layak berada di dalam indeks yang dihuni oleh emiten-emiten berfundamental kuat. 

Saat ini, anggota indeks mencakup saham-saham besar dan defensif seperti BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, TLKM, SMGR, TPIA, ISAT, MYOR, INKP, hingga BRIS. Kali ini, penghuninya ditambah dengan nama baru, yaitu ADHI, yang menggantikan posisi MFIN. 

Masuknya ADHI, BUMN konstruksi yang tengah didorong berbagai proyek infrastruktur, sekaligus menegaskan arah evaluasi yang lebih mengutamakan keberlanjutan bisnis jangka panjang.

Kinerja Saham Stagnan dan Suspended

Jika menilik kinerja pasar, saham MFIN memang tampak goyah. Harga sahamnya stagnan di Rp890 dalam beberapa waktu terakhir, bahkan sudah terjun bebas dibandingkan posisi puncak tahunannya di atas Rp5.000. 

Sepanjang setahun terakhir, MFIN anjlok lebih dari 82 persen, sementara sejak awal tahun (YtD) sudah kehilangan hampir 79 persen kapitalisasi. Kondisi ini jelas menunjukkan hilangnya kepercayaan investor, meskipun secara valuasi MFIN masih mencatat PER TTM 8,46 kali, yang sedikit lebih rendah dari median IHSG di 8,99 kali. 

Dari sisi valuasi harga terhadap nilai buku (PBV), MFIN berada di 1,17 kali. Angka itu sebenarnya masih wajar, namun tidak cukup kuat untuk menopang posisinya di indeks bergengsi.

Secara fundamental, perusahaan mencatatkan laba bersih Rp526 miliar (TTM) dengan EPS Rp105,15 dan imbal hasil dividen tinggi sekitar 6,9 persen. Namun, di balik itu, terdapat catatan negatif berupa arus kas operasi yang negatif Rp207 miliar serta free cash flow minus Rp259 miliar. 

Kondisi arus kas yang tidak sehat inilah yang kemungkinan menjadi salah satu faktor utama MFIN dinilai tidak stabil secara jangka panjang. Sedangkan dari sisi leverage, utang terhadap ekuitas berada di level 1,48 kali. Masih dalam batas wajar, tetapi relatif tinggi bagi perusahaan pembiayaan.

Kinerja historis juga memperlihatkan tren laba yang menurun. Pada semester pertama 2025, pendapatan tercatat Rp223 miliar (Q1 + Q2), turun dari Rp213 miliar di periode sama 2024. Net income justru terkoreksi -8,99 persen YoY pada kuartal kedua. 

Ketidakmampuan MFIN menjaga konsistensi pertumbuhan, ditambah tekanan eksternal dari persaingan ketat industri multifinance, bisa menjadi alasan kuat bagi BEI untuk menyingkirkan saham ini dari indeks.

Teknikal Harian Beri Sinyal Sangat Jual

Dari sisi teknikal, MFIN juga memberikan sinyal lemah. Indikator teknikal merangkum status “Sangat Jual”, dengan 10 indikator menunjuk jual dan hanya 1 beli. RSI berada di 36,5, menandakan saham berada di dekat area jenuh jual, namun momentum perbaikan belum terlihat. 

Moving Average (MA) jangka menengah hingga panjang, mulai dari MA20 hingga MA200, seluruhnya memberi sinyal jual. Dengan support terdekat di kisaran Rp794–Rp847 dan resistance tipis di Rp894–Rp947, ruang penguatan MFIN terlihat terbatas, kecuali ada sentimen fundamental baru yang bisa mengubah arah.

Mengacu pada data valuasi dan kinerja, harga wajar MFIN secara konservatif berada di kisaran Rp950–Rp1.000 dengan asumsi PER 9 kali dan EPS TTM Rp105. Artinya, pada harga sekarang Rp890, saham memang relatif undervalued, tetapi risiko fundamental dan arus kas yang negatif membuat pasar enggan memberi premi lebih.

Bagaimana Sebaiknya Investor Bersikap?

Bagi investor, situasi ini menempatkan MFIN dalam posisi dilematis. Bagi yang masih memegang saham, peluang teknikal untuk rebound jangka pendek memang terbuka tipis, mengingat saham sudah oversold. 

Namun, untuk jangka menengah-panjang, absennya MFIN dari indeks PEFINDO i-Grade memberi sinyal bahwa kualitas fundamentalnya sedang dipertanyakan. 

Investor konservatif sebaiknya menunggu kepastian perbaikan kinerja dan arus kas sebelum menambah posisi. Sementara bagi trader, MFIN hanya cocok dimainkan dengan strategi spekulatif jangka pendek, dengan disiplin ketat pada level stop-loss.

Dengan demikian, pencoretan MFIN dari indeks bukan hanya sekadar rotasi rutin, tetapi juga peringatan bagi investor bahwa saham ini membutuhkan restrukturisasi bisnis dan penguatan fundamental agar kembali dilirik sebagai emiten berkualitas investment grade.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79