Logo
>

Mineral Tanah Jarang dan Ancaman Perang Dagang AS-China

China memperketat ekspor mineral tanah jarang, memicu ancaman Trump. Rare earth krusial untuk sejumlah hal.

Ditulis oleh Syahrianto
Mineral Tanah Jarang dan Ancaman Perang Dagang AS-China
Ilustrasi: Mineral tanah jarang. Monasit. Madagaskar. Musée des Confluences, Lyon. (Foto: Wikimedia Commons/Ismoon)

KABARBURSA.COM – Salah satu titik paling sensitif dalam perang dagang Amerika Serikat (AS)-China adalah mineral tanah jarang.

China memperketat pembatasan ekspor mineral tanah jarang pada Kamis, 9 Oktober 2025, yang memicu ancaman balasan ekonomi dari Presiden AS Donald Trump, termasuk kemungkinan membatalkan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping saat kunjungan mendatang ke Asia.

Perseteruan soal mineral tanah jarang sebenarnya sudah berlangsung lama. China selama bertahun-tahun membangun kontrol hampir total atas mineral ini sebagai bagian dari kebijakan industri nasionalnya. 

Pembatasan terbaru juga dipandang sebagai respons terhadap tarif timbal balik yang diumumkan Trump pada April lalu. 

Setelah kesepakatan gencatan dagang di Jenewa, pejabat AS sebelumnya berharap China akan melonggarkan kontrol ekspor mineral tersebut.

Berikut hal-hal penting yang perlu diketahui tentang mineral tanah jarang.

Apa itu Mineral Tanah Jarang dan Apa Gunanya?

Mineral tanah jarang mencakup 17 unsur logam di tabel periodik, termasuk scandium, yttrium, dan lanthanida.

Nama “tanah jarang” sedikit menyesatkan karena material ini tersebar luas di kerak bumi. 

Mineral ini lebih melimpah dibanding emas, namun sulit dan mahal untuk diekstraksi dan diolah, serta menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan.

Mineral tanah jarang hadir dalam teknologi sehari-hari, dari smartphone, turbin angin, lampu LED, hingga televisi layar datar. 

Mereka juga krusial untuk baterai kendaraan listrik, pemindai MRI, dan pengobatan kanker.

Selain itu, mineral tanah jarang penting bagi militer AS. Mereka digunakan pada jet tempur F-35, kapal selam, laser, satelit, rudal Tomahawk, dan berbagai sistem pertahanan lain, menurut catatan riset CSIS 2025.

Dari Mana Mineral Tanah Jarang Berasal?

Sekitar 61 persen produksi mineral tanah jarang yang ditambang berasal dari China, menurut International Energy Agency, dan negara itu menguasai 92 persen output global pada tahap pengolahan.

Mineral tanah jarang dibagi menjadi dua tipe berdasarkan berat atom: heavy dan light. Heavy rare earths lebih langka, dan Amerika Serikat belum memiliki kemampuan untuk memisahkan mineral ini setelah ditambang.

“Sejauh awal tahun ini, heavy rare earths yang kami tambang di California tetap dikirim ke China untuk pemisahan,” ujar Gracelin Baskaran, direktur Critical Minerals Security Program di Center for Strategic and International Studies, kepada CNN.

Namun, pengumuman tarif tinggi dari pemerintahan Trump pada April lalu mengganggu proses ini. 

“China menunjukkan kesediaannya untuk ‘menjadi senjata’ terhadap ketergantungan Amerika pada mereka untuk pemisahan mineral tanah jarang,” tambah Baskaran. 

AS hanya memiliki satu tambang mineral tanah jarang yang beroperasi di California.

Mengapa Mineral Tanah Jarang Penting dalam Perang Dagang?

Beijing memanfaatkan mineral tanah jarang sebagai leverage utama dalam perang dagang. Pembatasan terbaru dilakukan menjelang pertemuan Xi dan Trump di KTT APEC di Korea Selatan akhir bulan ini.

Dalam langkah terbaru, China menambahkan lima elemen tanah jarang, holmium, erbium, thulium, europium, ytterbium, beserta magnet dan material terkait, ke daftar kontrol ekspor, yang membuat total jumlah mineral yang dibatasi menjadi 12. 

China juga akan mewajibkan izin ekspor untuk teknologi manufaktur mineral tanah jarang.

Ini bukan pertama kali pembatasan China memicu kemarahan Trump tahun ini. Pada Juni lalu, Trump menilai China melanggar gencatan dagang karena tetap menerapkan kontrol ekspor pada tujuh mineral tanah jarang dan produk terkait.

Kontrol ekspor ini berpotensi berdampak besar, karena AS sangat bergantung pada China. Antara 2020-2023, sekitar 70 persen impor senyawa dan logam tanah jarang AS berasal dari China, menurut laporan US Geological Survey.

Namun, pembatasan terbaru China dipandang sebagai eskalasi dramatis dalam perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.

“Bergantung pada apa yang China katakan tentang ‘perintah’ yang baru mereka keluarkan, saya akan dipaksa, sebagai Presiden Amerika Serikat, untuk membalas secara finansial,” tulis Trump di Truth Social pada Jumat lalu.

“Untuk setiap elemen yang mereka monopolikan, kami memiliki dua,” tambahnya. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.