KABARBURSA.COM – Harga minyak dunia bergerak menguat pada awal pekan ini. Kenaikan ini terjadi seiring dengan sentimen pasar yang dipengaruhi ekspektasi pemangkasan suku bunga di Amerika Serikat dan meningkatnya perhatian pada risiko geopolitik yang berpotensi mengguncang pasokan global.
Pada perdagangan Senin, 8 Desember 2025, minyak mentah Brent bertahan dekat level tertinggi dua pekan di kisaran USD75 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) bergerak stabil di sekitar USD70 per barel.
Penguatan ini dinilai masih terbatas, namun menunjukkan bahwa pasar tetap responsif terhadap dinamika makroekonomi dan geopolitik dalam beberapa hari terakhir.
Ekspektasi bahwa Federal Reserve dapat menurunkan suku bunga lebih cepat terus menjadi faktor penopang harga. Pelaku pasar melihat kemungkinan tersebut sebagai sinyal positif bagi permintaan energi, mengingat kebijakan moneter yang lebih longgar umumnya mendorong aktivitas ekonomi.
Selain faktor moneter, pasar juga menyoroti risiko pasokan dari beberapa kawasan produsen utama. Ketegangan geopolitik yang melibatkan Rusia dan Venezuela menjadi perhatian tersendiri, terutama karena dapat memicu gangguan aliran minyak ke pasar internasional.
Dalam laporan pasar terbaru, ANZ analysts menyampaikan bahwa perkembangan negosiasi yang tengah berlangsung berpotensi menentukan arah pasar minyak dalam waktu dekat.
“Hasil dari proses negosiasi saat ini dapat membawa dampak besar terhadap pasar minyak,” tulis para analis ANZ dalam sebuah catatan yang dikutip dari Reuters, Senin, 8 Desember 2025.
Keterangan tersebut memperkuat pandangan bahwa ketidakpastian geopolitik masih menjadi elemen yang diperhitungkan pelaku pasar, sekalipun belum terdapat gangguan signifikan pada suplai.
Di sisi lain, laporan mengenai penurunan stok minyak mentah Amerika Serikat juga turut memberikan dukungan tambahan bagi harga. Turunnya persediaan menandakan konsumsi domestik tetap stabil, meskipun prospek ekonomi global belum sepenuhnya solid.
Pasar kini menunggu data ekonomi Amerika Serikat serta keputusan kebijakan Federal Reserve dalam beberapa hari mendatang. Perkembangan tersebut diperkirakan menjadi penggerak utama arah harga minyak dalam jangka pendek, di tengah ruang penguatan yang masih terbatas akibat kekhawatiran perlambatan ekonomi di sejumlah wilayah.(*)