Logo
>

Minyak Meroket 3 Persen, Pasar Bergeliat usai Tersungkur

Harga minyak dunia naik sekitar tiga persen didorong lonjakan permintaan dari Eropa dan China, ketegangan Timur Tengah, serta aksi beli murah usai penurunan tajam sebelumnya.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Minyak Meroket 3 Persen, Pasar Bergeliat usai Tersungkur
Harga minyak naik tiga persen setelah permintaan Eropa dan China menguat, ketegangan Timur Tengah, dan aksi beli murah di pasar. Foto: Dok. Pertamina

KABARBURSA.COM — Harga minyak dunia kembali menanjak sekitar 3 persen pada Rabu, 7 Mei 2025, setelah sehari sebelumnya jatuh ke titik terendah dalam 4 tahun terakhir. Kenaikan ini didorong oleh kombinasi sinyal permintaan lebih kuat di Eropa dan China, produksi AS yang menurun, ketegangan di Timur Tengah, dan aksi beli murah (bottom fishing) dari pelaku pasar yang mencari peluang.

Dilansir dari Reuters di Jakarta, Rabu, Kontrak Brent ditutup naik USD1,92, atau 3,2 persen, ke USD62,15 per barel, sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) melesat USD1,96, atau 3,4 persen, ke USD59,09 per barel. Keduanya berhasil keluar dari wilayah jenuh jual (oversold), sehari setelah mencatat harga penutupan terendah sejak Februari 2021, buntut keputusan OPEC+ untuk mempercepat kenaikan produksi.

“Pasar mungkin sedang menyaksikan aksi beli murah, dengan banyak pelaku yang mengambil untung dari posisi jual pendek — inilah salah satu pendorong utama rebound harga hari ini,” kata analis di Ritterbusch and Associates, sebuah firma penasihat energi.

Akhir pekan lalu, OPEC+, organisasi yang terdiri dari OPEC dan sekutunya seperti Rusia, sepakat mempercepat peningkatan produksi minyak untuk bulan kedua berturut-turut. Meski sempat bikin pasar panik, para pelaku kini mulai mengalihkan fokus ke perkembangan kesepakatan dagang yang sedang digodok.

“Setelah mengevaluasi langkah terbaru OPEC+, pelaku pasar kini menyoroti perkembangan perdagangan dan kemungkinan tercapainya kesepakatan,” ujar Tamas Varga, analis di PVM, sebuah perusahaan pialang dan konsultasi yang bernaung di bawah TP ICAP.

Di Timur Tengah, tensi geopolitik ikut menambah beban pasar. Israel dilaporkan menyerang sasaran milisi Houthi yang didukung Iran di Yaman, sebagai balasan atas serangan ke Bandara Ben Gurion. Namun, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa AS akan menghentikan pemboman terhadap Houthi, setelah kelompok itu setuju menghentikan gangguan di jalur pelayaran penting kawasan tersebut.

Pasar juga mendapat suntikan semangat dari meningkatnya belanja konsumen China selama libur Hari Buruh, serta kembalinya para pelaku pasar usai libur lima hari. Di sisi lain, pelemahan dolar AS ke posisi terendah satu pekan terhadap sekeranjang mata uang membuat minyak yang dihargai dalam dolar jadi lebih murah bagi pembeli berdenominasi mata uang lain.

Tak kalah penting, harga minyak yang merosot dalam beberapa pekan terakhir mendorong sejumlah perusahaan energi AS, seperti Diamondback Energy dan Coterra Energy, untuk memangkas jumlah rig pengeboran. Menurut analis, pengurangan ini pada akhirnya bisa mendongkrak harga dengan cara menekan produksi.

Menjelang rilis data mingguan persediaan minyak AS, para analis memperkirakan stok minyak mentah turun sekitar 800 ribu barel pekan lalu. Jika benar, ini akan jadi kali pertama persediaan turun dua pekan berturut-turut sejak Januari. Sebagai pembanding, pada periode yang sama tahun lalu stok turun 1,4 juta barel, sementara rata-rata penurunan lima tahun terakhir (2020–2024) hanya sekitar 100 ribu barel.

Saat Harga Minyak Dunia Naik, Perlukah Investor Indonesia Cemas?


Setiap kali harga minyak dunia merangkak naik, obrolan soal dampaknya bagi investor Indonesia langsung mencuat. Nada-nada peringatan biasanya mengisi ruang-ruang diskusi: “Waspada! Harga minyak naik bisa mengguncang pasar.” Namun, seberapa besar sebenarnya pengaruh itu terhadap pasar modal domestik?

Data terbaru menunjukkan wajah nyata industri energi Indonesia yang, boleh dibilang, jauh dari julukan negara eksportir minyak. Sepanjang 2024, produksi minyak nasional tercatat sekitar 16,86 juta ton. Angka ini turun 5,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Di sisi lain, volume impor justru melonjak. Total impor minyak Indonesia, baik mentah maupun produk olahan seperti bensin, solar, dan avtur, mencapai 53,74 juta ton. Angka ini naik 19 persen dari tahun sebelumnya. Kondisi ini mencerminkan fakta bahwa kebutuhan energi nasional semakin bertumpu pada pasokan luar negeri.

Artinya, setiap kali harga minyak global beranjak naik, yang paling terdampak langsung bukanlah para eksportir atau produsen migas domestik, melainkan pemerintah yang harus memikirkan ulang beban subsidi dan neraca perdagangan. Bagaimana dengan investor ritel di pasar modal? Tidak serta-merta ikut gemetar.

Sementara beberapa emiten energi seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) atau PT Elnusa Tbk (ELSA) mungkin terdorong naik seiring tren harga global, itu pun tak sesederhana mencomot angka di layar. Kontrak jangka panjang, fokus proyek, hingga efisiensi produksi di level domestik, semuanya ikut menentukan sejauh mana lonjakan harga minyak benar-benar menguntungkan mereka.

Lebih jauh, sebagian besar sektor di bursa, mulai dari perbankan, barang konsumsi, hingga tambang nonmigas, tidak secara langsung terseret arus naik-turunnya minyak dunia. Dampaknya lebih banyak terasa di tingkat makro, seperti inflasi, nilai tukar rupiah, dan beban anggaran negara. Jalur transmisi ini yang kerap luput dibaca.

Dengan demikian, setiap berita soal lonjakan harga minyak tidak selalu harus dibaca sebagai alarm bagi investor Indonesia. Ada konteks yang perlu diperiksa, ada detail yang perlu ditelusuri. Sebab, yang ramai di pasar global belum tentu langsung bergaung keras di lantai bursa Jakarta.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Moh. Alpin Pulungan

Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).