Logo
>

Modal Asing Kabur dari Pasar Saham RI, Ada Apa Sih?

Ditulis oleh Syahrianto
Modal Asing Kabur dari Pasar Saham RI, Ada Apa Sih?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) mencatat arus modal asing keluar (capital outflow) dari pasar keuangan Indonesia sebesar Rp780 miliar dalam sepekan, terhitung sejak 19 hingga 20 Juni 2024. Data ini berdasarkan transaksi non residen yang tercatat jual neto Rp0,78 triliun atau Rp780 miliar.

    Aliran modal asing keluar ini didorong oleh aksi jual neto di pasar saham senilai Rp1,42 triliun. Di sisi lain, terdapat aliran modal asing masuk di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masing-masing sebesar Rp450 miliar dan Rp190 miliar.

    Menurut Asisten Gubernur BI, Erwin Haryono, pergerakan modal asing ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kondisi geopolitik yang masih tegang dan potensi resesi di Amerika Serikat (AS) menjadi faktor utama yang mendorong investor asing untuk keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, kenaikan suku bunga di negara maju, seperti AS, membuat investasi di negara berkembang menjadi kurang menarik, pelemahan harga komoditas global, seperti batu bara dan minyak sawit, juga berdampak pada keluarnya modal asing dari sektor terkait di Indonesia.

    Meskipun terjadi arus modal keluar, Erwin Haryono menegaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih kuat dan daya tarik investasi masih tinggi. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang stabil, inflasi yang terkendali, dan neraca perdagangan yang surplus.

    Untuk menjaga stabilitas dan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia, BI terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait. BI juga mengoptimalkan strategi bauran kebijakan, termasuk BI melakukan intervensi di pasar valas untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, menyesuaikan kebijakan moneternya, termasuk suku bunga, untuk menjaga stabilitas inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi, dan menerapkan kebijakan makroprudensial untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.

    Selain itu, BI juga terus melakukan komunikasi dengan para pelaku pasar untuk meningkatkan kepercayaan terhadap ekonomi Indonesia.

    Hingga 20 Juni 2024, berdasarkan data setelmen, non residen atau investor asing tercatat jual neto Rp42,10 triliun di pasar SBN, jual neto Rp9,35 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp117,77 triliun di SRBI.

    Pelemahan Kurs Rupiah

    Sementara itu pada perdagangan Jumat, 21 Juni 2024, nilai tukar rupiah ditutup melemah 20 poin atau 0,12 persen ke level Rp16.450 per USD. Pelemahan ini dipengaruhi oleh sentimen negatif dari global, seperti kenaikan suku bunga di Amerika Serikat dan pelemahan harga komoditas.

    Pelemahan terjadi setelah Bank Indonesia (BI) melalui hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Kamis, 20 Juni 2024, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate pada level 6,25 persen. Meski sesuai ekspektasi mayoritas ekonom, namun reaksi pasar menunjukkan kekecewaan terhadap pengumuman tersebut.

    Investor asing juga menunjukkan kekecewaan yang sama, terlihat dari pergerakan rupiah di pasar offshore di mana kontrak forward NDF rupiah mencatatkan rekor terlemah baru di semua jangka waktu. NDF rupiah untuk jangka waktu 1 bulan bahkan ditutup pada Rp16.507 per USD semalam di pasar New York.

    Menurut analis, pernyataan Gubernur BI Perry Warjiyo yang menyatakan potensi penguatan rupiah di masa mendatang menuju di bawah Rp16.000 per USD didukung oleh fundamental ekonomi Indonesia yang kuat, dianggap terlalu meremehkan risiko fiskal dan pelebaran defisit transaksi berjalan yang dapat mengancam nilai tukar rupiah ke depan.

    “Sebagai akibatnya, rupiah spot terdepresiasi 0,4 persen dan di pasar forward melemah 0,6 persen menjadi Rp16.507 per USD. Investor asing menilai bahwa BI mengabaikan risiko fiskal dan pelebaran defisit transaksi berjalan yang berpotensi melemahkan rupiah,” ujar tim riset Mega Capital Sekuritas.

    Pasar hari ini diprediksi akan menunjukkan reaksi terhadap keputusan BI tersebut. “Kami memperkirakan yield 10Y INDON dan INDOGB akan naik menuju rentang masing-masing 7,15-7,25 persen dan 5,10-5,20 persen. Kami juga memperkirakan yield untuk FR0100, FR0098, dan FR0097 akan naik ke rentang 7,15-7,20 persen, sedangkan FR0101 akan mencapai 7,00-7,05 persen, dan FR0086 sekitar 6,75-6,80 persen. Tekanan depresiasi akan mendominasi pergerakan nilai tukar rupiah hari ini dengan target di kisaran Rp16.450-Rp16.550 per USD,” kata Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Prayadi.

    Dalam pernyataannya pada konferensi pers, Perry bilang, BI rate di 6,25 persen masih memadai di mana investor asing sejauh ini masih melakukan pembelian instrumen Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp39,96 triliun pada 22 Mei-19 Juni lalu sehingga total kepemilikan asing di instrumen jangka pendek berbunga tinggi itu kini mencapai Rp179,86 triliun.

    Perry juga menyatakan keyakinannya bahwa rupiah akan menguat di masa mendatang di bawah Rp16.000 per USD didukung oleh fundamental ekonomi RI yaitu inflasi yang rendah, pertumbuhan ekonomi relatif baik, pertumbuhan kredit bank yang double digit serta imbal hasil investasi yang menarik di atas 7 persen. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.