KABARBURSA.COM - Nilai pasar saham India melampaui USD5 triliun atau sekitar Rp82.219 triliun untuk pertama kalinya. Ini merupakan efek dorongan terbaru datang dari komitmen koalisi baru Perdana Menteri Narendra Modi untuk kesinambungan kebijakan di ekonomi besar yang tumbuh paling cepat di dunia.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, pasar saham negara ini telah bergabung dengan AS, China, Jepang, dan Hong Kong setelah melewati ambang batas tersebut minggu lalu. India membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk menambahkan USD1 triliun terbaru ke kapitalisasi perusahaan yang terdaftar di bursa sahamnya.
Saham-saham India telah mencapai puncak baru sejak Partai Bharatiya Janata yang berkuasa memperoleh dukungan yang cukup dari sekutu-sekutu kunci untuk membentuk pemerintahan koalisi, memastikan kembalinya Modi ke tampuk kekuasaan untuk ketiga kalinya berturut-turut.
Kemenangan tersebut, bersama dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan peningkatan terbaru dari prospek peringkat India oleh S&P Global Ratings, menggabungkan untuk memperkuat daya tarik India bagi investor global.
"Pembentukan pemerintahan baru dengan sebagian besar menteri kunci mempertahankan portofolio mereka secara umum menegaskan kesinambungan kebijakan," menurut ahli strategi Goldman Sachs Sunil Koul.
"India tetap menjadi pasar dengan makroekonomi yang sangat stabil dan pertumbuhan pendapatan diharapkan terus berlanjut, mendorong saham-saham lebih tinggi," kata Koul dalam wawancara dengan Bloomberg Television minggu lalu.
Menurut data Bloomberg, ciri khas dari kenaikan dalam beberapa tahun terakhir adalah sejauh mana jutaan anak muda India beralih ke investasi ekuitas. Dana lokal, termasuk bank dan perusahaan asuransi, telah membeli lebih dari USD26 miliar saham tahun ini, sementara investor asing menjual sekitar USD3,4 miliar.
"Investor institusional asing yang dulunya dominan sekarang bukan lagi satu-satunya penggerak pasar," menurut Bino Pathiparampil, kepala riset di Elara Capital yang berbasis di Mumbai.
Namun demikian, minat luar negeri mulai kembali setelah hasil pemilihan umum. "Tampaknya ada banyak uang yang siap diinvestasikan ke India dari dana regional asing dan dana yang didedikasikan untuk India," kata Chetan Seth, seorang ahli strategi di Nomura Holdings Inc.
"Investor asing belum bisa mendapatkan cukup dari India sebagian besar karena kekhawatiran seputar valuasi dan masih underweight," lanjutnya.
Indeks patokan India NSE Nifty 50 ditutup pada rekor tertinggi baru pada Jumat, 14 Juni 2024. dan menuju tahun kesembilan berturut-turut kenaikan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saham-saham perusahaan kecil dan menengah juga telah meningkat dan mengungguli rekan-rekan mereka yang lebih besar dalam beberapa tahun terakhir sehingga menyumbang sekitar 40 persen dari total valuasi pasar. Pasar ditutup pada hari Senin, 17 Juni 2024 untuk hari libur umum.
Beralih dari Indonesia
Ketika para investor asing melepas saham dan surat utang dari pasar Indonesia, dana para pemodal global itu beralih memburu saham dan obligasi di negara Asia lain seperti India, Malaysia, Taiwan serta Korea Selatan.
Mengacu data Bloomberg, pada 13 Juni lalu, pemodal asing memborong obligasi negara pemerintah India senilai USD114,8 juta, sekitar Rp1,87 triliun dengan kurs dolar AS saat ini.
Asing juga berburu saham dari bursa India dengan nilai pembelian bersih mencapai USD331,6 juta pada tanggal yang sama. Ini menjadi reli pembelian oleh asing di saham-saham India dalam lima hari berturut-turut.
Pemodal asing juga memborong saham di bursa Malaysia pada 13 Juni lalu senilai USD41,9 juta. Serta berburu saham di Taiwan dengan nilai fantastis mencapai USD711,5 juta.
Saham dan surat utang Korea Selatan juga menjadi favorit para pemodal dunia di mana pada 14 Juni, investor asing memborong USD158,8 juta obligasi Negeri Ginseng. Sedangkan di pasar saham, para pengelola dana global juga memborong USD408 juta pada tanggal yang sama.
Imbas terhadap Rupiah
Tekanan jual di pasar saham dan surat utang akhirnya semakin menyeret nilai rupiah hingga menyentuh level terlemah baru sejak awal April 2020 di Rp16.412/US$, menutup pekan lalu.
IHSG menjebol level psikologis lemah baru di 6.734,83 pada Jumat. Sedangkan imbal hasil SBN juga melesat tinggi tertekan aksi jual di mana SBN acuan 10 tahun saat ini sudah menyentuh 7,200 persen, naik 16 bps dalam sehari. SBN tenor 5Y naik 13,4 bps menyentuh 7,042 persen. Tenor lebih pendek 2Y juga naik 4,6 bps ke 6,633 persen. Lalu, tenor panjang 30Y melesat 7,2 bps ke 7,126 persen. (*)