KABARBURSA.COM - Bitcoin halving segera tiba. Momen yang terjadi empat tahun sekali ini diperkirakan jatuh pada Sabtu, 20 April 2024.
Menurut Ariston Tjendra, pengamat pasar uang, momen empat tahunan itu memang selalu dinantikan oleh para pelaku mata uang virtual alias kripto. Dalam konteks ini, tingkat transaksi Bitcoin lah yang diperkirakan meningkat.
"Momen halving Bitcoin memang selalu ditunggu pelaku kripto. Halving menjadi pemicu orang beli Bitcoin," kata dia kepada Kabar Bursa, Jumat, 19 April 2024.
Namun data menunjukkan bahwa harga Bitcoin terpantau turun pada Kamis, 18 April 2024. Penurunan terjadi lebih dari 3,84 persen menjadi USD61.309.
Dalam tujuh hari terakhir, aset kripto terbesar di dunia ini telah anjlok lebih dari 13,05 persen. Selama sebulan lamanya, nilainya merosot lebih dari 10,31 persen.
Namun demikian, Ariston menyampaikan bahwa momen Bitcoin halving memberikan dampak terhadap kenaikan harga mata uang digital tersebut. Ini terbukti sejak momen halving pertama pada 28 November 2012 yakni dengan kenaikan lebih dari 9.800 persen.
"Dari histori harga Bitcoin sebelumnya, harga Bitcoin selalu naik pasca-halving dilakukan," ungkapnya.
Meskipun pasokan Bitcoin yang tersedia akan berkurang karena Bitcoin memiliki jumlah terbatas yaitu hanya 21 juta, ini berpotensi meningkatkan volatilitas mata uang virtual tersebut.
"Kenaikan yang terjadi ini bukan berarti harganya tidak turun kemudian ya," jelas Ariston.
Oleh karenanya, ia menambahkan bahwa sentimen jual yang besar dalam momen kenaikan harga pascamomen halving, dapat menggerakkan kembali harga Bitcoin menurun pascapenambangan tersebut.
Untuk diketahui, Bitcoin memiliki dukungan kuat di dekat angka USD60.000 atau sekitar Rp970 juta. Harga Bitcoin mungkin akan rebound setelah menyentuh level tersebut. Namun, jika gagal menguji support tersebut dan berada di bawahnya, maka kemungkinan Bitcoin mencapai USD58.000 (Rp938 juta).
Meski demikian, pada sisi positifnya, jika harga Bitcoin naik, maka akan menemukan resistensi di level USD73.662 (Rp1,19 miliar) dan USD77.080 (Rp1,24 miliar), yang mungkin menghambat harga untuk naik lebih lanjut.