KABARBURSA.COM - Saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) tampak mulai kehilangan momentumnya. Setelah sempat menguat ke Rp4.600 pada perdagangan Selasa, 4 November 2025, harga INCO berbalik melemah 2,83 persen ke Rp4.470 per saham pada Rabu, 5 November 2025.
Pelemahan ini disertai penurunan volume dan tekanan jual halus dari investor besar, yang menjadi sinyal bahwa pasar mulai ragu terhadap kelanjutan reli jangka pendeknya.
Selama sesi perdagangan, harga bergerak di kisaran Rp4.460–Rp4.540 dengan nilai transaksi Rp16 miliar dari volume hanya 35,5 ribu lot. Keadaan ini menunjukkan turunnya partisipasi pasar dibanding periode aktif akhir Oktober.
Rata-rata harga harian (average) Rp4.498 menandakan tekanan jual yang konsisten sepanjang sesi, dengan arah harga yang lebih dekat ke sisi bawah rentang harian.
Dari sisi bandar value, pergerakan INCO memperlihatkan stagnasi yang mencurigakan. Nilai bandar kini berada di Rp6,763,98 miliar, sedikit di bawah MA10 (Rp6,794 miliar) dan MA20 (Rp6,800,74 miliar).
Selisih tipis ini secara teknikal menggambarkan kondisi “netral yang rapuh”. Bandar memang belum benar-benar keluar, tapi juga tidak memperkuat posisi beli. Bahkan jika dibandingkan dengan bandar value sebelumnya yaitu Rp6,767,23 miliar, tren pergerakannya nyaris datar. Artinya, ada fase menunggu di tengah tekanan harga.
Peluang Tembus Rp4.550 Semakin Kecil
Order book memperlihatkan kecenderungan defensif di sisi beli. Total bid hanya 28.969 lot, sementara sisi offer menumpuk 89.394 lot. Selisihnya hampir tiga kali lipat.
Antrean jual paling tebal muncul di rentang Rp4.470–Rp4.490, yang menekan potensi pantulan harga jangka pendek. Dengan tekanan jual dominan di area tersebut, peluang harga untuk menembus ke atas Rp4.550 semakin kecil tanpa dorongan volume baru.
Data historis mendukung sinyal ini. Dalam lima hari terakhir, INCO sempat naik dari Rp4.210 ke Rp4.750, namun kenaikan cepat itu kini diikuti tiga hari pelemahan berturut-turut. Pola ini menunjukkan fase distribusi ringan setelah reli singkat, yang merupakan sebuah ciri klasik profit taking pasca kenaikan jangka pendek.
Apalagi volume perdagangan juga menyusut dari 237 ribu lot (30 Oktober) menjadi hanya 35 ribu lot hari ini. Penurunan drastis seperti ini jarang terjadi tanpa alasan. Bisa jadi pelaku besar tengah mengurangi eksposur di harga atas sambil menunggu level teknikal yang lebih menarik di bawah Rp4.400.
Dari sisi konsensus analis, pandangan terhadap INCO masih positif tapi mulai berhati-hati. Dari 29 analis, sebanyak 23 merekomendasikan beli, 5 hold, dan hanya 1 sell, dengan target harga rata-rata Rp4.920.
Namun rentang estimasi yang sangat lebar, yaitu di Rp3.900 hingga Rp7.500, memperlihatkan ketidakpastian tinggi terhadap valuasi ke depan. Artinya, pasar sepakat bahwa prospek nikel dan ekspansi smelter tetap menjanjikan, tetapi momentum jangka pendek belum mendukung kenaikan agresif.
Dari sisi fundamental, estimasi laba bersih INCO tahun 2025 diproyeksikan tumbuh 57 persen YoY menjadi Rp1,43 triliun, dan naik dua kali lipat pada 2026 menjadi Rp2,75 triliun.
Secara makro, ini sejalan dengan ekspektasi naiknya produksi nikel dan efisiensi smelter. Namun bagi pelaku pasar, narasi pertumbuhan laba ini sudah “dihargai” lebih dulu oleh reli sepanjang Oktober, sehingga ruang upside jangka pendek kini terbatas.
Area Rp4.440–Rp4.470 Jadi Support kunci
Secara teknikal, area Rp4.440–Rp4.470 menjadi support kunci yang akan diuji. Jika tembus, potensi koreksi lanjutan ke Rp4.350–Rp4.300 terbuka. Sebaliknya, rebound baru akan valid bila harga mampu menembus kembali Rp4.550 disertai volume tinggi.
Dengan bandar yang cenderung menahan diri, peluang INCO dalam jangka pendek tampak lebih condong ke fase konsolidasi dengan bias korektif, bukan akumulasi agresif.
Dalam konteks keseluruhan, INCO saat ini berada di zona ambang antara keyakinan fundamental dan kehati-hatian teknikal. Investor institusional masih percaya pada prospek jangka menengah, tapi aksi harga hari ini memperlihatkan bahwa smart money mulai merapikan posisi.
Jika pola ini berlanjut, INCO berpotensi masuk fase sideways melemah sebelum menemukan dasar baru yang lebih kuat.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.