KABARBURSA.COM - Ahli strategi dari Morgan Stanley, Michael Wilson, mengatakan bahwa, pukulan ganda dari ketidakpastian ekonomi dan periode yang lemah untuk perkiraan pendapatan perusahaan kemungkinan akan membatasi kenaikan pasar saham.
Michael, yang merupakan salah satu suara bearish paling menonjol di pasar saham Amerika Serikat (AS) hingga tahun lalu, mengatakan Indeks S&P 500 akan diperdagangkan pada kisaran 5.000 hingga 5.400 poin karena data ekonomi makro tidak memberikan sinyal yang jelas dalam jangka pendek. Batas atas dari kisaran tersebut mengimplikasikan kenaikan hanya 1 persen dari level saat ini, sementara batas bawahnya berarti penurunan sebesar 6,4 persen.
Selain itu, menurut Michael, penurunan laba oleh para analis diperkirakan akan melebihi jumlah kenaikan seiring dengan pelemahan musiman.
"Yang merupakan salah satu alasan mengapa kuartal ketiga biasanya merupakan kuartal yang paling menantang bagi pasar saham," tulis Wilson dalam sebuah catatan, dilansir Selasa, 13 Agustus 2024.
Harga saham di bursa AS telah terguncang pada bulan lalu oleh kekhawatiran bahwa Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) terlalu lambat dalam memangkas suku bunga pada waktunya untuk mencegah resesi.
Meskipun indeks S&P 500 telah menutup sebagian besar penurunan dari minggu lalu, indeks ini masih berada hampir 6 persen di bawah rekor tertinggi pada pertengahan Juli. Perhatian sekarang beralih ke laporan harga konsumen utama pada hari Rabu.
Kekhawatiran pertumbuhan menghilangkan kilau dari musim laporan keuangan kuartal kedua yang optimistis. Perusahaan-perusahaan S&P 500 berada di jalur yang tepat untuk membukukan lonjakan laba sebesar 13 persen, kenaikan terkuat sejak 2021.
Namun, pangsa perusahaan yang mengalahkan estimasi penjualan adalah yang terkecil sejak 2019, memicu kekhawatiran tentang ketahanan margin laba.
Dalam catatan tersebut, Wilson mengatakan bahwa sementara pasar obligasi telah bergerak untuk memperhitungkan The Fed yang "behind the curve", valuasi ekuitas masih belum sepenuhnya mencerminkan risiko tersebut.
Ahli strategi dari Morgan Stanley ini menegaskan kembali preferensinya terhadap saham-saham defensif dengan prospek pendapatan yang kuat dan neraca keuangan yang kuat.
Rekan-rekannya di JPMorgan Chase & Co, di antara suara-suara pesimis yang tersisa di saham tahun ini, juga mengatakan bahwa mereka memperkirakan prospek yang beragam untuk saham-saham selama bulan-bulan musim panas.
"The Fed akan mulai memangkas, namun hal ini mungkin tidak akan mendorong kenaikan yang berkelanjutan, karena pemangkasan tersebut dapat dilihat sebagai tindakan yang reaktif dan di belakang kurva," tulis tim yang dipimpin oleh Mislav Matejka dalam sebuah catatan.
Pekan Sibuk
Kalender ekonomi global pekan ini, Senin, 12 Agustus 2024 hingga Jumat, 16 Agustus 2024 dipenuhi dengan data Pivotal.
Data Pivotal merupakan informasi kunci yang sangat penting dalam pengambilan keputusan. Data ini biasanya memiliki pengaruh besar terhadap hasil atau keputusan yang diambil, baik dalam konteks bisnis, penelitian, maupun teknologi.
Data Pivotal sering digunakan dalam analisis untuk menentukan arah strategis atau dalam proses optimisasi, di mana data tersebut menjadi pusat dari berbagai analisis atau keputusan yang diambil yang hasilnya akan mempengaruhi arah pasar keuangan di seluruh dunia.
Salah satu fokus utama para investor global adalah pengumuman data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan dilansir pekan ini, yaitu inflasi Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) juga inflasi Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI).
Dua data itu akan menjadi data pivotal setelah sepanjang pekan lalu pasar menghadapi gejolak nan tajam pasca rilis data pengangguran AS yang lebih tinggi ketimbang prediksi, memicu kekhawatiran akan terjadinya resesi di perekonomian terbesar dunia itu.
Konsensus pasar yang dihimpun oleh BloombergInternational sampai Senin, 12 Agustus 2024 pagi, memperkirakan inflasi PPI Juli sebesar 0,2 persen month-on-month (mom) dan 2,3 persen year-on-year (yoy). Sementara inflasi inti PPI di angka 0,2 persen mom dan 2,7 persen yoy.
Sementara inflasi CPI pada Juli diprediksi 0,2 persen mom setelah bulan lalu tak terduga terjadi deflasi. Sedangkan secara tahunan, inflasi CPI Amerika diprediksi sebesar 3 persen, tidak berubah. Sedang inflasi inti CPI diprediksi 0,2 persen mom, naik dari bulan sebelumnya 0,1 persen sedang secara tahunan diperkirakan 3,2 persen, turun dari 3,3 persen pada Juni.
“Data inflasi Juli akan memberikan sinyal yang campur aduk, menyuntikkan volatilitas lebih banyak ke pasar yang masih belum stabil,” kata Estelle Ou, ekonom dari BloombergEconomics dalam catatannya, Senin, 12 Agustus 2024. (*)