Logo
>

Mulai Oktober, Arab Pangkas Minyak Mentah ke Asia

Ditulis oleh KabarBursa.com
Mulai Oktober, Arab Pangkas Minyak Mentah ke Asia

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Arab Saudi kembali memangkas harga minyak mentah andalannya untuk pasar utama di Asia pada bulan Oktober, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan penurunan permintaan global.

    Saudi Aramco, perusahaan energi milik negara, mengumumkan penurunan harga jual resmi untuk minyak mentah Arab Light sebesar 70 sen per barel, menjadi USD1,30 di atas tolok ukur regional.

    Sebelumnya, perusahaan diprediksi akan memotong harga hingga 85 sen per barel, berdasarkan survei yang dilakukan terhadap pelaku pasar dan pengelola kilang.

    Harga minyak dunia mengalami penurunan tajam awal pekan ini, didorong oleh kekhawatiran akan lemahnya permintaan, sehingga menghapus kenaikan harga yang terjadi sepanjang tahun. Meskipun aliansi OPEC+ pada Kamis sepakat untuk menunda rencana peningkatan produksi selama dua bulan ke depan, harga minyak berjangka masih gagal pulih.

    OPEC+ Tunda Kenaikan Produksi

    Harga minyak mentah Indonesia juga tercatat turun menjadi USD78,51 per barel pada Agustus lalu. Di sisi lain, OPEC+ memutuskan untuk menunda rencana kenaikan produksi sebesar 180.000 barel per hari yang sebelumnya dijadwalkan untuk bulan Oktober dan November, menurut laporan para delegasi.

    Penundaan ini bisa membuat Arab Saudi mengurangi ekspor minyaknya hingga di bawah 6 juta barel per hari, seperti yang telah terjadi selama tiga bulan terakhir.

    Kekhawatiran utama saat ini adalah melambatnya konsumsi minyak di China, yang berpotensi menyebabkan kelebihan pasokan di pasar global.

    Arab Saudi, sebagai pemimpin de facto OPEC, terlihat enggan menambah produksi minyak mentah di tengah situasi ini. Selain itu, melemahnya margin kilang di Asia juga membatasi kemampuan Aramco untuk menaikkan harga.

    Para analis memperkirakan stok minyak global akan terus meningkat hingga akhir tahun ini dan kemungkinan berlanjut hingga 2025.

    Citigroup Inc memperingatkan bahwa harga Brent bisa jatuh di bawah USD70 per barel jika OPEC+ melanjutkan rencana pelonggaran produksi.

    Selain pemotongan harga untuk pasar Asia, Aramco juga menurunkan harga minyak mentahnya untuk Eropa Barat Laut sebesar 80 sen per barel di semua kelas. Di Amerika Utara, harga minyak mentah juga dipangkas sebesar 10 sen per barel.

    Di Amerika Serikat, investor masih fokus pada lambatnya permintaan bahan bakar. Selama musim panas, permintaan bahan bakar motor berada di bawah ekspektasi, dan margin penyulingan merosot ke level terendah sejak 2021, meskipun persediaan minyak mentah di AS turun ke posisi terendah dalam satu tahun terakhir.

    Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November, sebagai patokan internasional, mencatat kenaikan sebesar 18 sen atau 0,25 persen, menjadi USD72,88 per barel pada pukul 13.30 WIB. Kenaikan ini terjadi setelah penurunan tajam sebesar 1,4 persen pada sesi sebelumnya, yang merupakan level penutupan terendah sejak 27 Juni 2023.

    Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober mengalami kenaikan sebesar 19 sen atau 0,27 persen, menjadi USD69,39 per barel. Ini setelah penurunan 1,6 persen pada Rabu lalu, yang juga mencatat penutupan terendah sejak 11 Desember.

    Sentimen pasar menunjukkan perbaikan setelah data dari American Petroleum Institute (API) melaporkan penurunan stok minyak mentah AS sebesar 7,431 juta barel minggu lalu, jauh melebihi ekspektasi penurunan sebesar 1 juta barel. Data ini memberikan dorongan positif bagi harga minyak dan menumbuhkan harapan akan penurunan stok yang signifikan jika data resmi dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan tren serupa.

    Selain itu, pasar merespons kabar bahwa OPEC+ sedang mempertimbangkan penundaan rencana peningkatan produksi yang dijadwalkan pada Oktober. Penurunan harga minyak dan potensi berakhirnya ketegangan yang menghentikan ekspor dari Libya menjadi faktor utama dalam pertimbangan ini.

    OPEC+ sebelumnya merencanakan peningkatan produksi sebesar 180.000 barel per hari sebagai bagian dari strategi untuk mengurangi pemotongan produksi yang sedang berlaku sebesar 2,2 juta barel per hari.

    Namun, kekhawatiran terhadap permintaan global masih membatasi potensi kenaikan harga minyak. Data dari China menunjukkan penurunan aktivitas manufaktur ke level terendah dalam enam bulan terakhir, menandakan permintaan minyak yang lesu di pasar terbesar dunia. Meskipun demikian, beberapa analis memperkirakan spekulan jangka pendek mungkin enggan mengambil posisi bearish baru pada minyak WTI dalam waktu dekat.

    Pasar kini menantikan rilis data ekonomi makro AS yang diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang kondisi ekonomi dan dampaknya terhadap pasar minyak global.

    Harga minyak mentah sempat mengalami penurunan signifikan lebih dari USD1 per barel akibat fluktuasi pasar yang tinggi. Kekhawatiran terhadap prospek permintaan minyak dalam beberapa bulan ke depan memicu penurunan ini, sementara sinyal dari produsen minyak terkait kemungkinan peningkatan pasokan bervariasi.

    Mengutip Reuters, minyak mentah Brent mencatat penurunan sebesar USD1,05 atau 1,42 persen, berakhir pada harga USD72,70 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun sebesar USD1,14 atau 1,62 persen, menjadi USD69,20 per barel.

    Selama sesi perdagangan, harga minyak mentah Brent dan WTI mengalami volatilitas, dengan pergerakan harga yang berfluktuasi hingga USD1, baik naik maupun turun. Fluktuasi ini dipengaruhi oleh kabar bahwa OPEC+ sedang mempertimbangkan penundaan rencana peningkatan produksi, dengan ekspektasi bahwa produksi minyak dari Libya akan meningkat dalam waktu dekat.

    Penurunan harga yang signifikan ini telah menyebabkan minyak Brent merosot hingga 11 persen, atau sekitar USD9, mencapai level terendah USD72,63 pada hari Rabu. Penurunan ini dipicu oleh data ekonomi yang kurang menggembirakan dari AS dan China, yang semakin memperkuat kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global dan menurunnya permintaan minyak internasional.

    “Ini jelas mencerminkan kekhawatiran akan pelambatan di sektor manufaktur,” ungkap Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group. Menurut Flynn, kekhawatiran ini adalah faktor utama yang memengaruhi pasar minyak saat ini.

    Di sisi lain, pasar juga mengantisipasi bahwa sengketa yang telah menghentikan ekspor minyak dari Libya mungkin akan segera berakhir. Jika ini terjadi, pasokan minyak dari Libya akan kembali mengalir ke pasar, memberikan tekanan tambahan pada harga.

    Beberapa pasokan diperkirakan akan kembali ke pasar ketika delapan anggota OPEC dan afiliasinya, yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan untuk meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari pada Oktober. Rencana ini kemungkinan akan tetap berjalan meskipun ada kekhawatiran terkait permintaan, menurut sumber industri. (*)

     

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi