KABARBURSA.COM - Ekonom memperkirakan bahwa current account Indonesia atau transaksi berjalan akan menghadapi tekanan dan mengalami defisit yang signifikan pada kuartal II 2024, terpicu oleh aktivitas haji selama periode tiga bulan kedua tahun ini.
Ekonom dari Bahana Sekuritas Drewya Cinantyan, Indonesia termasuk salah satu negara dengan kuota haji tertinggi di dunia. Biasanya, permintaan mata uang asing meningkat menjelang ibadah haji.
"Diperkirakan ekonomi akan menghadapi aliran keluar sebesar total USD1,6 miliar (dengan kuota tahun 2024: 240.000 orang) hanya dari musim haji, belum termasuk faktor-faktor lainnya," ujarnya dalam hasil risetnya, Rabu 22 Mei 2024.
{
"width": "100 persen",
"height": "480",
"symbol": "ECONOMICS:IDCA",
"interval": "D",
"timezone": "Etc/UTC",
"theme": "light",
"style": "1",
"locale": "en",
"hide_top_toolbar": true,
"allow_symbol_change": false,
"save_image": false,
"calendar": false,
"hide_volume": true,
"support_host": "https://www.tradingview.com"
}
Dia menjelaskan bahwa defisit transaksi berjalan yang lebih besar dari yang diperkirakan akan memengaruhi prospek rupiah. Pada kuartal I 2024, neraca transaksi berjalan Indonesia mengalami defisit sebesar US$2,2 miliar atau setara dengan 0,6 persen dari produk domestik bruto (PDB).
"Defisit ini merupakan yang tertinggi sejak kuartal II 2023. Saat itu, transaksi berjalan mengalami defisit US$2,4 miliar, yang dipengaruhi oleh impor migas yang tinggi, terutama minyak," tambahnya.
Angka ini jauh lebih besar dari proyeksi tahunan sebesar 0,4 persen dari PDB dan lebih tinggi dari ekspektasi konsensus mengenai defisit USD1,9 miliar.
"Pada awal tahun, PT Pertamina meningkatkan cadangan minyak untuk memenuhi permintaan yang lebih tinggi selama musim mudik pada April, yang tercermin dari surplus barang yang lebih rendah sebesar US$9,8 miliar, terendah sejak kuartal II 2021," katanya.
Perlu dicatat bahwa transaksi berjalan juga mencatat pendapatan primer yang mengalami defisit lebih besar, akibat peningkatan pembayaran bunga/kupon kepada investor non-residen, yang sejalan dengan tingkat suku bunga global yang masih tinggi.
Arus Keluar Asing
Pada kuartal I 2024, neraca transaksi keuangan mencatat defisit sebesar US$2,3 miliar atau 0,7 persen dari PDB, yang disebabkan oleh aliran dana asing keluar dari negara tersebut.
Bank Indonesia melaporkan arus keluar dari surat berharga negara (SBN), obligasi syariah (Sukuk), dan obligasi global masing-masing sebesar US$1,5 miliar, US$200 juta, dan US$300 juta.
Meskipun begitu, sektor swasta melaporkan arus masuk bersih sebesar US$500 juta, meningkat dari arus keluar sebelumnya. Investasi langsung juga tumbuh menjadi surplus sebesar US$4,3 miliar dari defisit pada kuartal sebelumnya.
"Kami melihat tren positif dalam investasi ke depan, dengan adanya kepastian dan kebijakan yang diharapkan pada masa jabatan presiden berikutnya," katanya.
"Namun, peningkatan utang dapat mendorong arus keluar lebih lanjut, sehingga mengundang pertanyaan apakah total investasi dapat mengimbangi arus keluar asing yang meningkat."