Logo
>

Nikkei Ambruk, KOSPI da SSE Lesu, Investor Harus Panik?

Indeks Nikkei jatuh 788 poin akibat penguatan yen. Pasar Asia diliputi ketidakpastian kebijakan moneter dan data ekonomi yang saling bertolak belakang.

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
Nikkei Ambruk, KOSPI da SSE Lesu, Investor Harus Panik?
Ilustrasi papan pantau saham di Bursa Efek Indonesia. Foto: doc KabarBursa.com.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Perputaran sentimen global kembali menekan Tokyo pada awal pekan ini. Indeks Nikkei 225 merosot 788 poin, mengikuti pelemahan sektor eksportir akibat penguatan yen.

    Di sisi lain, indeks di Tiongkok dan Hong Kong justru menutup sesi dengan kenaikan tipis, sementara KOSPI tertahan oleh lemahnya aktivitas pabrik di Korea Selatan.

    Nikkei 225 menutup sesi di 49.464,97, turun −788,94 poin (−1,57 persen). Penurunan ini sebagian besar ditengarai oleh penguatan yen, yang menambah beban bagi eksportir Jepang, serta spekulasi bahwa Bank of Japan (BOJ) bisa meninjau kembali sikap kebijakan moneternya.

    Menariknya, data resmi menunjukkan bahwa belanja modal (capex) korporasi Jepang pada kuartal III 2025 naik 2,9 persen secara tahunan, menandakan bahwa permintaan domestik tetap relatif tangguh meski tekanan eksternal besar, termasuk tarif AS.

    Hal ini menjadi latar bagi spekulasi bahwa bank sentral mungkin mempertimbangkan langkah kebijakan, membuat pasar sangat waspada terhadap pernyataan BOJ selanjutnya.

    “Saya akan sangat mencermati pidatonya hari ini, karena Ueda memiliki kesempatan besar untuk memberikan panduan bagi pasar keuangan terkait arah kebijakan BOJ dalam waktu dekat,” kata Carol Kong, Currency Strategist di Commonwealth Bank of Australia, dilansir dari Reuters, Senin, 1 Desember 2025.

    Sikap ini membuat saham eksportir, khususnya di sektor otomotif dan teknologi, kembali menjadi sorotan negatif.

    Korea Selatan — KOSPI Menahan: PMI Manufaktur Menurun, Ekspor Stabil

    Di Seoul, KOSPI ditutup pada 3.896,18, sedikit melemah −30,41 poin (−0,77 persen). Pelemahan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap melemahnya sektor manufaktur, yang menurut survei terbaru dari S&P Global, menunjukkan aktivitas yang menyusut untuk bulan kedua berturut-turut: PMI November tercatat di 49,4 atau di bawah ambang netral 50.

    “Baik volume produksi maupun pesanan baru kembali turun untuk bulan kedua berturut-turut, dengan sejumlah kesaksian yang menunjukkan bahwa pelemahan ekonomi domestik diperparah oleh dampak tarif dan fluktuasi harga,” kata Usamah Bhatti, ekonom dari S&P Global.

    Meski demikian, sektor ekspor tetap menjadi sandaran: laporan hari ini menunjukkan bahwa ekspor Korea pada November kembali mencatat pertumbuhan, terutama didorong oleh penjualan chip dan otomotif.

    Hal ini memberi sedikit bantalan bagi pasar, tetapi ketidakpastian di sektor manufaktur membuat investor tetap hati-hati.

    SSE Composite Terkoreksi Tipis, Investor Menunggu Kebijakan Baru

    Indeks SSE Composite di Shanghai sedikit menguat menutup sesi di 3.894,82 (+6,22 poin / +0,16 persen). Kenaikan minimal ini mencerminkan bahwa meskipun ada tekanan eksternal, pasar Tiongkok memilih menunggu sinyal kebijakan baru dari otoritas, terutama mengingat lemahnya konsumsi domestik dan tekanan pada sektor properti yang masih membayangi.

    Dalam kondisi seperti ini, banyak investor institusional tampak bersikap “wait and see”, membatasi eksposur pada aset berisiko sambil memantau perkembangan kebijakan fiskal atau moneter lebih lanjut.

    Hang Seng Menguat Tipis Didorong Arus Modal Jangka Pendek

    Sementara itu, indeks Hang Seng di Hong Kong menguat ke 25.959,43 (+100,54 poin / +0,39 persen). Kenaikan ini sebagian digerakkan oleh arus modal jangka pendek yang kembali masuk, seiring meningkatnya ekspektasi bahwa bank sentral utama — terutama Federal Reserve (The Fed) — dapat melakukan pemotongan suku bunga dalam waktu dekat.

    Meski demikian, banyak investor tetap waspada terhadap potensi volatilitas — terutama mengingat ketidakpastian kebijakan global dan perkembangan ekonomi di Tiongkok.

    Volatilitas Tinggi, Pasar Menunggu Arah Kebijakan

    Pergerakan pasar hari ini menunjukkan bahwa investor kawasan Asia berada dalam mode kehati-hatian. Kombinasi dari penguatan yen, ekspektasi kebijakan moneter global, serta data ekonomi regional yang bercampur membuat para pelaku pasar menahan diri.

    Dalam jangka pendek, pasar kemungkinan akan terus cenderung stabil–berhati-hati, sambil memantau beberapa momen penting: pidato pimpinan BOJ, keputusan The Fed, dan laporan ekonomi berikutnya (ekspor, PMI, inflasi). Hingga saat itu, volatilitas tinggi tetap menjadi keniscayaan — dan investor diperkirakan akan mengedepankan aset dengan profil defensif.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Citra Dara Vresti Trisna

    Citra Dara Vresti Trisna adalah Asisten Redaktur KabarBursa.com yang memiliki spesialisasi dalam analisis saham dan dinamika pasar modal. Dengan ketelitian analitis dan pemahaman mendalam terhadap tren keuangan, ia berperan penting dalam memastikan setiap publikasi redaksi memiliki akurasi data, konteks riset, dan relevansi tinggi bagi investor serta pembaca profesional. Gaya kerjanya terukur, berstandar tinggi, dan berorientasi pada kualitas jurnalistik berbasis fakta.