KABARBURSA.COM - Nilai tukar (kurs) rupiah pada sore ini, Kamis (4/1/2023), ditutup melemah ke level Rp15.490 per USD. Mata Uang Garuda mengalami pelemahan tipis sembilan poin dari posisi sebelumnya di Rp15.481 per USD.
Ibrahim Assuaibi, seorang pengamat pasar uang, menyatakan bahwa penguatan dolar AS didorong oleh risalah pertemuan kebijakan The Fed pada Desember yang menunjukkan keyakinan pejabat bahwa inflasi telah terkendali.
Dalam pertemuan tersebut, juga dibahas kekhawatiran terhadap risiko kebijakan moneter bank sentral yang mungkin terlalu membatasi pertumbuhan ekonomi. Meski begitu, tidak ada indikasi pasti mengenai kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya. Para pengambil kebijakan masih mempertimbangkan perlunya pembatasan suku bunga untuk beberapa waktu ke depan, demikian disampaikan Ibrahim dalam risetnya pada Kamis (4/1/2024).
Data terkini yang mencerminkan pelemahan ekonomi AS terus mendukung spekulasi penurunan suku bunga oleh The Fed tahun ini seiring dengan terkendalinya inflasi. Namun, ekspektasi meningkat terkait skenario soft-landing di negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini, menyebabkan kebingungan di kalangan pedagang mengenai seberapa cepat dan seberapa besar pelonggaran yang akan dilakukan oleh bank sentral AS.
Penilaian pasar saat ini menunjukkan sekitar 72 persen kemungkinan bahwa The Fed akan memulai penurunan suku bunga pada bulan Maret, dibandingkan dengan peluang 90 persen pada minggu lalu, menurut alat CME FedWatch.
Laporan nonfarm payrolls AS yang sangat dinanti akan dirilis pada hari Jumat, yang kemungkinan akan memberikan gambaran lebih jelas tentang sejauh mana The Fed dapat menurunkan suku bunga.
Dari perspektif domestik, banyak yang memprediksi bahwa utang pemerintah pada tahun 2024 akan melampaui angka Rp8.600 triliun. Proyeksi ini didasarkan pada jumlah utang yang jatuh tempo dan beban bunga utang yang sebagian akan diselesaikan dengan menerbitkan utang baru. Pemerintah telah mencatat utang sebesar Rp8.041 triliun per November 2023.
Meskipun demikian, pemerintah menunjukkan kenyamanan dengan sebagian besar utang (90 persen) berbentuk surat berharga negara (SBN) dengan tingkat bunga yang relatif tinggi di pasar. Ini menjadi perhatian karena peningkatan beban bunga utang dapat mengakibatkan penyempitan ruang fiskal.
Tidak semua utang digunakan untuk pengeluaran produktif. Pembayaran bunga dan pokok utang yang jatuh tempo melalui penerbitan utang baru menunjukkan bahwa utang digunakan untuk keperluan yang bersifat non-produktif.
Berdasarkan data tersebut, untuk perdagangan besok, diprediksi akan berlanjut dengan pelemahan di kisaran Rp15.470 - Rp15.550 per USD.