Logo
>

Nissan Pecat 9.000 Karyawan, tak Tahan Hadapi Inflasi AS?

Ditulis oleh Yunila Wati
Nissan Pecat 9.000 Karyawan, tak Tahan Hadapi Inflasi AS?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nissan, salah satu produsen mobil terbesar di Jepang, mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 9.000 pekerjanya di seluruh dunia.

    Nissan menjelaskan, langkah PHK diambil sebagai upaya besar perusahaan untuk memangkas biaya dan menanggapi penurunan penjualan, terutama di pasar China dan Amerika Serikat. Selain itu, Nissan juga berencana mengurangi produksi global sebesar 20 persen.

    Sayangnya, Nissan tidak mengungkapkan secara spesifik lokasi dari pemangkasan pekerjaan. Namun, pengurangan ini menunjukkan adanya pergeseran besar dalam strategi bisnis perusahaan. Begitu disampaikan CEO Nissan Makoto Uchida, dikutip dari BBC, Jumat, 8 November 2024.

    Uchida juga menegaskan, perusahaan saat ini sedang melakukan restrukturisasi dan penghematan biaya, bukan pertanda Nissan akan colaps.

    "Perusahaann berencana untuk menjadi lebih ramping dan tangguh dalam menghadapi tantangan yang ada. Tidak hanya PHK, gaji saya juga akan dipotong 50 persen lainnya, begitu pula dengan eksekutif senior. Ini bagian dari penghematan," ujar Uchida.0

    Selain pemangkasan tenaga kerja dan pengurangan produksi, Nissan juga menurunkan proyeksi laba operasionalnya untuk tahun 2024 sebesar 70 persen. Ini adalah kali kedua pada tahun ini Nissan merevisi turun perkiraan keuangannya. Penurunan proyeksi laba ini mencerminkan dampak negatif dari penurunan penjualan, biaya produksi yang lebih tinggi, dan ketatnya persaingan di pasar utama mereka.

    Namun, Nissan tetap berkomitmen untuk tetap beroperasi dan bahkan berinvestasi dalam kendaraan listrik (EV).

    Pada November tahun lalu, Nissan mengumumkan rencana investasi senilai EUR2 miliar (USD2,6 miliar) untuk membangun tiga model mobil listrik di pabrik Sunderland. Model-model baru ini, termasuk Qashqai dan Juke listrik, bersama dengan generasi berikutnya dari Leaf, diharapkan dapat menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk beradaptasi dengan permintaan pasar yang berkembang untuk mobil ramah lingkungan.

    Kompetisi Ketat dan Penurunan Penjualan

    Keputusan Nissan untuk mem-PHK ribuan pekerja dan mengurangi produksi global tidak lepas dari penurunan penjualan yang signifikan, terutama di dua pasar utama yaitu China dan Amerika Serikat.

    Kompetisi dengan China di bidang otomotif memang sangat ketat. China, yang kini menjadi pasar terbesar bagi kendaraan listrik (EV), menghadapi persaingan yang semakin sengit. Perusahaan lokal seperti BYD berhasil mendominasi pasar kendaraan listrik, sementara produsen mobil asing, termasuk Nissan, terlambat merespons tren kendaraan listrik di negara tersebut.

    Meskipun Nissan memiliki rencana untuk memproduksi model mobil listrik baru di pabrik Sunderland, perusahaan ini menghadapi tantangan besar untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan lokal yang lebih gesit dan mampu menurunkan harga dengan lebih agresif.

    "Nissan, seperti banyak produsen mobil Jepang lainnya, sangat lambat dalam merespons pasar kendaraan listrik di China dan ini tercermin dalam hasil mereka," kata Mark Rainford, seorang komentator industri otomotif yang berbasis di China.

    Penurunan harga yang terjadi di pasar China juga semakin memperburuk profitabilitas Nissan, karena banyak produsen asing kesulitan bersaing dengan harga yang lebih rendah yang ditawarkan oleh produsen lokal.

    Alasan lainnya adalah masalah di pasar Amerika Serikat. Kondisi ekonomi yang sulit di AS turut mempengaruhi penjualan Nissan. Inflasi yang tinggi dan suku bunga yang meningkat telah mengurangi daya beli konsumen yang berdampak langsung pada penjualan mobil baru.

    Menurunnya permintaan membuat produsen mobil terpaksa memangkas harga, yang pada gilirannya menekan margin keuntungan mereka. Seperti banyak produsen mobil lainnya, Nissan kesulitan untuk mempertahankan volume penjualan yang stabil, sehingga memaksa mereka untuk menyesuaikan strategi produksi dan mengurangi tenaga kerja.

    Pemangkasan ribuan pekerjaan dan pengurangan produksi yang dilakukan oleh Nissan tidak hanya mencerminkan tantangan internal perusahaan, tetapi juga menggambarkan ketidakpastian yang dihadapi oleh industri otomotif secara keseluruhan.

    Seperti yang terlihat pada Nissan, banyak produsen mobil, terutama yang berbasis di Jepang, yang tertinggal dalam transisi menuju kendaraan listrik. Selain itu, kompetisi yang semakin ketat dari produsen lokal di pasar utama seperti China dan AS semakin memperburuk tekanan pada margin keuntungan.

    Namun, keputusan Nissan untuk mengurangi tenaga kerja dan produksi dapat dianggap sebagai langkah yang perlu untuk bertahan dalam industri yang sedang mengalami perubahan besar. Seiring dengan meningkatnya fokus pada mobil listrik dan pergeseran preferensi konsumen, perusahaan seperti Nissan harus beradaptasi dengan cepat untuk tetap relevan di pasar global yang sangat kompetitif.

    Nissan kini berada di persimpangan jalan yang penting dalam sejarahnya. Dengan pemangkasan ribuan pekerja dan pengurangan produksi, perusahaan berusaha untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi akibat penurunan penjualan di pasar China dan AS, serta tantangan dari kompetisi yang semakin ketat di pasar kendaraan listrik.

    Meskipun langkah-langkah penghematan biaya ini mungkin diperlukan untuk memperbaiki kondisi keuangan jangka pendek, Nissan juga harus menghadapi tantangan besar dalam merestrukturisasi bisnisnya untuk bisa bersaing di era kendaraan listrik yang semakin berkembang.

    Sementara itu, ke depannya, Nissan akan sangat bergantung pada keberhasilan transformasi ke mobil listrik dan kemampuannya untuk berinovasi lebih cepat daripada pesaingnya, terutama di pasar China yang sangat kompetitif.

    Keputusan strategis yang diambil perusahaan dalam beberapa tahun mendatang akan menentukan apakah mereka dapat mengatasi tantangan ini dan kembali ke jalur pertumbuhan.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79