Logo
>

NRCA Melemah 0,92 Persen: Efek Bos Besar Jual 2 Juta Saham?

Saham tersebut merupakan kepemilikan langsung yang sebelumnya berstatus investasi pribadi

Ditulis oleh Pramirvan Datu
NRCA Melemah 0,92 Persen: Efek Bos Besar Jual 2 Juta Saham?
Hall Bursa Efek Indonesia. Foto: KabarBursa.com/Yoga

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Johannes Suriadjaja, Presiden Direktur PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) sekaligus Komisaris Utama PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), resmi melepas seluruh sisa kepemilikannya di NRCA sebanyak 2 juta lembar saham.

    Dalam surat resmi NRCA kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bertanggal 16 September 2025, dijelaskan bahwa penjualan dilakukan bertahap pada 10–12 September. Rinciannya: 750.000 saham dilepas pada harga Rp1.084,47, disusul 650.000 saham di Rp1.067,31, dan terakhir 600.000 saham di Rp1.055,92. Saham tersebut merupakan kepemilikan langsung yang sebelumnya berstatus investasi pribadi. NRCA sendiri adalah anak usaha SSIA, di mana induk menguasai 63,94 persen kepemilikan.

    Hingga sesi pertama perdagangan hari ini, saham NRCA ditutup di level 1.075 atau terkoreksi 0,92 persen. Kendati begitu, sepanjang sepekan terakhir harga tercatat naik 13,16 persen, bahkan melesat 42,38 persen dalam sebulan.

    Sementara itu, perhatian publik di lantai bursa tertuju pada Grup Djarum yang agresif menambah porsi saham di SSIA melalui PT Dwimuria Investama Andalan. Data KSEI mencatat kepemilikan Dwimuria kini mencapai 10,20 persen, meningkat tajam hanya dalam sebulan sejak masuk perdana pada 4 Juli.

    Aksi ini dilakukan dengan memborong 1,8 juta saham lewat broker PT Verdhana Sekuritas Indonesia, Mandiri Sekuritas, dan BCA Sekuritas. Dengan posisi terbaru ini, Dwimuria menjelma sebagai pemegang saham terbesar di luar publik, melampaui Henan Putihrai Asset Management (6,70 persen) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk milik taipan Prajogo Pangestu (6,05 persen).

    Namun, akumulasi besar tersebut belum mampu mengerek harga SSIA. Pada 7 Agustus 2025 saham ini bergerak di kisaran 2.470–2.640 sebelum berakhir di 2.520, melemah dari penutupan sebelumnya 2.600. Hingga kini, SSIA bertahan di level 2.500. Pasar membaca stagnasi ini sebagai strategi investor besar membangun posisi jangka panjang, bukan spekulasi jangka pendek.

    Berbeda dengan SSIA, saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) justru mencatat reli impresif. Dibuka di 625, sempat menyentuh 650, dan ditutup manis di 645, naik 4,03 persen atau 25 poin. Aktivitas perdagangan bergairah dengan volume 296 ribu lot dan nilai transaksi Rp18,9 miliar. Investor asing pun mencatat net buy Rp1,6 miliar.

    Sepanjang sesi, harga TOWR bergerak di rentang 615–650 dengan rata-rata di 637, menandakan dominasi pembeli. Sebagai raksasa menara telekomunikasi, TOWR kerap dianggap aset inti portofolio Grup Djarum di sektor infrastruktur digital, menopang arus kas stabil sekaligus prospek pertumbuhan dari ekspansi 5G dan permintaan data yang terus meningkat.

    Kontrasnya kinerja SSIA yang stagnan dengan reli TOWR memperlihatkan arah diversifikasi Djarum. Pasar membaca strategi ini sebagai upaya menggabungkan kekuatan infrastruktur digital dengan aset riil berupa properti industri.

    Jika TOWR terus reli positif dan SSIA mulai terdorong oleh akumulasi agresif, kombinasi keduanya berpotensi menjadi mesin ganda yang memperkuat nilai portofolio Grup Djarum dalam jangka panjang.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.