KABARBURSA.COM - Sebagai penghasil rumput laut nomor dua di Indonesia, Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi besar untuk membangun industri terpadu guna mengoptimalkan hasil produksinya. Hal ini sejalan dengan program hilirisasi yang sedang digalakkan oleh pemerintah.
Utje Gustaaf Patty, kuncen Rumah Juang Jokowi (RJ2), menyatakan berbagai produk unggulan dapat diciptakan dari bahan dasar rumput laut.
“Rumput laut ini memiliki banyak manfaat. Mengandung vitamin A, B6, B12, C, zat besi, mangan, magnesium, zinc, dan banyak lagi. Sangat baik untuk dikonsumsi setiap hari,” kata Utje kepada wartawan di Jakarta, Rabu, 29 Mei 2024.
Dia menambahkan bahwa saat ini produk hasil olahan rumput laut yang sedang tren adalah yang terkait dengan kesehatan dan kecantikan.
“Contohnya, produk perawatan kulit yang dapat memutihkan dan melembapkan. Produk lainnya yaitu makanan bernutrisi,” jelasnya.
Melihat potensi ekonomi dari rumput laut, Utje menggarisbawahi pentingnya beberapa persiapan untuk menciptakan industri hilirisasi rumput laut di NTT. Persiapan tersebut meliputi perencanaan bisnis yang matang, penyediaan lahan dan bibit, serta dukungan sumber daya manusia yang berkualitas.
“Jika diperlukan adanya tenaga ahli atau konsultan, kenapa tidak,” ujar Ketua Umum Bara JP ini.
Namun, Utje juga mengakui bahwa saat ini kendala utama dalam mewujudkan hilirisasi industri rumput laut di NTT adalah tingginya biaya transportasi dan logistik.
“Diperlukan solusi untuk menekan biaya ini agar industri rumput laut dapat berkembang dengan baik,” tambahnya.
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak dan pemanfaatan teknologi yang tepat, NTT memiliki peluang besar untuk menjadi pusat industri rumput laut yang terpadu dan berkelanjutan. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan ekonomi daerah tetapi juga kesejahteraan masyarakat setempat.
Rumput Laut Ramah Lingkungan
Sementara itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengumumkan rencananya akan menambah dua pemodelan budi daya rumput laut ramah lingkungan pada tahun 2024 di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku, masing-masing dengan luas 50 hektare.
Sebelumnya, pemodelan budi daya rumput laut yang sama telah dilakukan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, dengan luas yang sama pula.
Menteri Wahyu KKPSakti Trenggono mengatakan penambahan dua pemodelan budi daya rumput laut ramah lingkungan ini akan dilaksanakan pada tahun 2024.
“Dengan kehadiran pemodelan budidaya rumput laut ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani rumput laut, membuka kesempatan kerja baru, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah,” kata Trenggono dalam konferensi pers di Hotel Merusaka Nusa Dua, Bali, Rabu, 22 Mei 2024.
Lanjutnya, KKP menargetkan produksi sebesar 2.187 ton rumput laut basah per tahun di setiap lokasi tersebut.
“Selain pengembangan pemodelan budidaya rumput laut, kami juga akan menerapkan strategi revitalisasi untuk meningkatkan budidaya rumput laut yang telah ada dengan menyediakan bibit dan pembibitan kultur jaringan,” jelasnya.
Trenggono menambahkan, bahwa adanya pemodelan budi daya rumput laut ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas budidaya rumput laut secara keseluruhan.
“Di Wakatobi, pemodelan budi daya rumput laut menggunakan batok kelapa dan tidak menggunakan botol plastik, sehingga tidak mencemari perairan,” ungkapnya.
Menteri KKP memberitahu bahwa pada tahun 2022, produksi budidaya rumput laut di Indonesia mencapai 9,23 juta ton dengan dominasi varietas Cottonii, Sargassum, Gracilaria, Halyminea, dan Gelidium amansii.
“Saat ini, inisiatif pemodelan budidaya rumput laut difokuskan pada varietas Eucheuma Cottonii untuk meningkatkan produksi rumput laut nasional,” jelas Menteri Wahyu Trenggono.
Potensi Rumput Laut dan Perikanan di NTT memang sangat menjanjikan. Namun, kedua potensi tersebut belum sepenuhnya dioptimalkan oleh Pemerintah Pusat, daerah, dan investor.
Dari total potensi rumput laut nasional yang mencapai 15 juta ton per tahun, baru sekitar 14 persen yang dieksplorasi. Hal ini merupakan tantangan dan peluang untuk meningkatkan kontribusi sektor ini terhadap perekonomian.
Potensi rumput laut dan perikanan tidak hanya berdampak lokal di NTT, tetapi juga dapat menjadi penopang ekonomi nasional. Dengan nilai tambah yang mencapai USD11,8 miliar atau setara dengan lebih dari Rp188 triliun secara nasional, potensi ini sangat menjanjikan untuk dikembangkan lebih lanjut.
Strategi inklusif closed loop menjadi salah satu saran untuk mengoptimalkan potensi hilirisasi rumput laut dan perikanan di NTT. Memanfaatkan potensi ini bukan hanya akan meningkatkan ekonomi lokal, tetapi juga berpotensi menjadi daya tarik bagi investor dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.
Selain rumput laut, sektor perikanan juga memiliki potensi besar di NTT. Dengan produksi rumput laut terbesar di Indonesia dan kontribusi signifikan terhadap total produksi nasional, NTT memegang peran penting dalam industri perikanan Indonesia Timur. Peningkatan produksi dan nilai tambah dari sektor ini dapat menjadi dorongan kuat bagi ekonomi regional dan nasional.
Pemerintah telah memberikan perhatian serius terhadap hilirisasi rumput laut dengan menggagas proyek percontohan di beberapa wilayah termasuk NTT. Hal ini menunjukkan keseriusan dalam mengembangkan potensi ini secara berkelanjutan dan berdampak positif bagi masyarakat dan perekonomian secara luas.