KABARBURSA.COM - Di awal 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan pinjaman yang diberikan kepada masyarakat melalui layanan fintech atau financial technology peer-to-peer (P2P) lending masih terus berlanjut.
Meskipun begitu, pertumbuhan jumlah pinjaman yang masih belum dilunasi (outstanding) melalui platform fintech P2P pada Maret 2024 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
"Pada sektor fintech peer to peer (P2P) lending, pertumbuhan jumlah pembiayaan yang masih belum dilunasi (outstanding) pada bulan Maret 2024 mencapai 21,85 persen year-on-year, dengan nilai sebesar Rp62,17 triliun," kata Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner OJK
Dibandingkan dengan Februari 2024, pertumbuhan jumlah pinjaman yang masih belum dilunasi dari fintech P2P lending cenderung mengalami perlambatan.
Pada Februari 2024, jumlah pinjaman yang masih belum dilunasi dari fintech P2P lending mencapai Rp61,10 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 21,98 persen secara yoy.
Selanjutnya, Mahendra juga menyampaikan bahwa total nilai pinjaman yang disalurkan ke sektor produktif pada bulan Maret 2024 mencapai Rp7,65 triliun.
Dengan demikian, pada periode yang sama, pinjaman produktif dari fintech lending mencakup 33,61 persen dari total jumlah pinjaman yang masih belum dilunasi.
Pada Februari 2024, pinjaman produktif tercatat sebesar Rp9,09 triliun dengan porsi sampai 43,52 persen. Artinya, oustanding pinjaman fintech lending pada Maret 2024 lebih banyak didorong dari segmen konsumtif.
Di sisi lain, pinjaman bermasalah secara agregat yang dicatatkan fintech p2p lending melalui indikator tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90) relatif terjaga di level 2,94 per Maret 2024.
Rasio pinjaman bermasalah itu turun tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di posisi 2,95 persen.