Logo
>

Orderbook LABA Jomplang Usai Imigrasi Deportasi Dirut

Tekanan distribusi makin kentara setelah kasus deportasi petinggi perusahaan, dengan zona 200–204 menjadi area jual dominan yang menunjukkan pasar tengah merapikan eksposurnya.

Ditulis oleh Yunila Wati
Orderbook LABA Jomplang Usai Imigrasi Deportasi Dirut
Baterai produksi PT Green Power Group Tbk. Foto: Dok LABA.

KABARBURSA.COM – Kasus deportasi yang dialami Direktur utama PT Green Power Group Tbk, berkode emiten LABA, An Shaohong, menjadi pukulan telah bagi pergerakan saham. Menutup pekan dengan kenaikan mingguan sebesar 15,43 persen, namun sisi orderbook memperlihatkan banyak investor yang melepas saham di harga besar.

Harga LABA memang tidak runtuh. Sepekan terakhir, 1-5 Desember 2025, harga sempat memantul dari level terendah di 163 dan bertahan di kisaran 200-204. Tetapi, struktur transaksi memperlihatkan bahwa LABA Tengah diguyur secara sistematis, sehingga harganya tidak jatuh.

Jika melihat dari data Orderbook Stockbit, ada penebalan di sisi offer pada area 202-204, dengan total 273.989 lot. Angka ini menandakan ada penumpukan di antrean jual yang jumlahnya hampir lima kali lipat dari total bid.

Yang paling menonjol adalah antrean raksasa di harga 205 yaitu sebanyak 15.463 lot dan di harga 202 dengan 17.854 lot. Begitu pula di area 206-201, ada blok penjualan besar yang tampak seperti pagar distribusi. Di sini, pelaku besar tengah mengalihkan barang dalam volume besar sambil menjaga agar harga tidak turun terlalu cepat.

Pergerakan teknikal mendukung gambaran itu. Setelah anjlok tajam dari level 360 pada awal November, LABA sempat menyentuh titik ekstrem 163 sebelum memantul kembali. Namun pantulan ini bukan rally yang ditopang akumulasi. 

Candlestick harian pada grafik juga terlihat pendek dan cenderung sideways. Di sini, pasar menahan harga sambil mengurangi posisi. Akan tetapi, pasca peristiwa deportasi yang seharusnya mengancam stabilitas sentimen, perdagangan justru terlihat terkontrol, tidak terjadi panic selling. Itu menandakan distribusi dilakukan secara rapi dan disiplin oleh pihak yang memegang stok besar.

Broker Buang Rp802.9 Miliar: Risiko Meningkat

Gambarannya semakin jelas ketika menengok broker flow. UOB Kay Hian (AI) menguasai pembelian dengan nilai Rp1,5 triliun, tetapi dalam waktu yang sama Stockbit Sekuritas (XL) menjual dalam jumlah sangat besar, yaitu Rp802,9 miliar. Penjualan disusul BNI Sekuritas (NI), Ajaib Sekuritas (XC), dan Mandiri Sekuritas (CC). 

Total penjualan oleh kelompok broker distribusi bahkan jauh lebih besar daripada total pembelian ritel. Jika AI membeli hingga 77.000 lot, mayoritas penjual justru melepasnya pada harga rata-rata 200–202. Angka ini konsisten dengan penumpukan offer di area yang sama. Artinya, harga 200 sengaja dijaga sebagai zona distribusi, bukan zona akumulasi.

Data ini juga mengungkap pola yang tidak kasat mata bagi sebagian investor, bahwa meski harga LABA naik, risikonya justru meningkat. Kenaikan terbentuk bukan karena minat beli yang sehat, melainkan karena penjual besar memilih menyebar barang secara bertahap. Penjual tidak menjatuhkan harga agar nilai inventory tetap terjaga. 

Lonjakan volume harian mencapai 19,79 juta saham, dibanding rata-rata 42 juta, juga menunjukkan aktivitas perpindahan barang yang terjadi dalam intensitas tinggi, tetapi bukan dengan dorongan volatilitas ekstrem.

Dengan kata lain, pasar tidak sedang menghukum LABA secara brutal pasca deportasi direkturnya, tetapi pasar sedang menghitung ulang risiko reputasi dan governance. Sementara, pelaku besar menggunakan momen stabilitas harga untuk mengurangi eksposur.

Secara teknikal, pantulan dari 163 memang memberi ruang perbaikan jangka pendek. Tetapi selama tekanan offer tetap menumpuk di 202–210 dan broker distribusi masih dominan, momentum pemulihan harga LABA sangat terbatas. 

Tanpa akumulasi institusi yang jelas, harga berisiko kembali tertekan ketika distribusi mencapai fase akhir.

Kesimpulannya, LABA tampak stabil di permukaan tetapi goyah di pondasi. Sentimen fundamental terguncang oleh isu deportasi, sementara struktur transaksinya menunjukkan pasar tidak lagi memperlakukan saham ini sebagai aset bertumbuh, melainkan komoditas yang harus dilepas dengan terukur. 

Untuk trader, risiko terbesar bukan pada volatilitas harga, tetapi pada arus jual terdistribusi yang konsisten dan sulit dideteksi oleh pergerakan harga semata.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79