Logo
>

Paling Terdampak Volatilitas Minyak Dunia, MEDC-ELSA bisa Bertahan?

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Paling Terdampak Volatilitas Minyak Dunia, MEDC-ELSA bisa Bertahan?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Gencatan senjata yang telah disepakati kedua belah pihak, Lebanon dan Israel, begitu mempengaruhi harga minyak dunia. Saat ini, harga West Texas Intermediate (WTI) per 29 November 2024 berkisaran antara USD67,99 per barel, sementara Brent Crude diperdagangkan di angka USD71,99 per barel.

    Sebelumnya, baik WTI maupun Brent mengalami penurunan harga. Namun, ekspektasi stabilitas pasokan global membawa keduanya stabil, bahkan kembali naik masing-masing 0,91 persen dan 0,81 persen.

    Tetapi, ketidakstabilan politik dan pasokan global menyebabkan kondisi nasional ikut terpengaruh. Beberapa emiten minyak dan gas bumi (migas) tampak terombang-ambing.

    Analis Stocknow.id Abdul Haq Al Faruqy, saat harga minya global turun sebenarnya bisa membawa efek positif bagi emiten lokal, meskipun durasinya pendek. Misalnya saja, pasca gencatan senjata disepakati oleh Lebanon dan Israel, harga minyak turun sekitar 3 persen.

    "Penurunan harga minyak ini sejalan dengan berkurangnya kekhawatiran investor terhadap pasokan minyak yang ada di negara Timur Tengah," ujar dia kepada Kabarbursa.com, Kamis, 28 November 2024.

    Abdul berpandangan, gencatan senjata tersebut merupakan katalis positif bagi ketidakpastian global yang belakangan ini ditakutkan para investor. Dengan kondisi ini, lanjut dia, ekonomi di Timur Tengah berpotensi stabil.

    Di sisi lain, Abdul menuturkan, komoditas minyak memang perlu disoroti pasca Donald Trump resmi terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Dia mengatakan, Trump ingin menaikkan supply atau persediaan minyak mentah yang ada di Amerika Serikat dan menjadikan Negara Paman Sam tersebut sebagai produsen minyak terbesar di dunia.

    "Hal ini juga akan memicu yang namanya over supply, sehingga untuk harga minyak di tahun 2025 akan mengalami penurunan setidaknya di bawah USD70 per barrel," jelasnya.

    Lebih jauh Abdul merekomendasikan dua emiten migas di Indonesia yang sangat sensitif terhadap pergerakan harga minyak dunia.

    "Saham-saham yang sangat sensitif terhadap pergerakan harga minyak itu adalah saham Medco Energi Internasional (MEDC) dan saham-saham di second line saham Elnusa (ELSA)," ujar dia.

    Rekomendasi Saham dan Proyeksi MEDC

    PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menghadapi tantangan signifikan dalam laporan keuangan 9M24.

    Dari laporan keuangannya, tampak laba bersih MEDC turun 41,7 persen YoY menjadi USD273 juta. Kinerja ini berada di bawah ekspektasi pasar, karena hanya memenuhi 68-70 persen dari estimasi tahun penuh.

    Penurunan laba terutama dipengaruhi oleh margin laba kotor yang lebih rendah dari perkiraan dan kontribusi laba dari entitas asosiasi yang melemah.

    Dari sisi operasional, pendapatan MEDC tumbuh sebesar 6,8 persen YoY menjadi USD1,8 miliar. Mengutip analisis Hendriko Gani dari Stockbit Sekuritas, hal ini sudah sesuai dengan estimasi.

    Pertumbuhan pendapatan didorong oleh peningkatan volume penjualan gas, meskipun harga jual rata-rata gas (ASP) lebih rendah dari ekspektasi. Selama 9M24, ASP minyak tercatat stabil di USD 80 per barel, sementara ASP gas berada di USD 7 per mmbtu, sedikit di bawah asumsi perusahaan.

    Di sisi lain, kontribusi dari anak usaha dan entitas asosiasi, termasuk Amman Mineral Internasional (AMMN), mengalami penurunan signifikan. Pendapatan dari AMMN turun hingga 56,8 persen QoQ, menyebabkan kontribusi laba bersih MEDC dari entitas asosiasi tergerus.

    Melihat lebih jauh melalui prinsip investasi Warren Buffett, MEDC memiliki keunggulan kompetitif dalam diversifikasi bisnis energi, termasuk minyak, gas, dan energi terbarukan. Namun, ketergantungan pada volatilitas harga komoditas global menjadi risiko signifikan.

    Dalam hal manajemen, MEDC menunjukkan upaya strategis dalam diversifikasi pendanaan melalui penerbitan surat utang, meskipun alokasi modal terhadap proyek dengan margin tinggi perlu ditingkatkan untuk menciptakan nilai pemegang saham jangka panjang.

    Dari sudut pandang valuasi, saham ini tampak menghadirkan peluang bagi investor toleran risiko, terutama jika harga saham terkoreksi lebih jauh.

    Dalam proyeksi 2025, potensi pemulihan harga minyak dan gas global dapat mendukung pertumbuhan laba bersih MEDC di kisaran 15-20 persen YoY dari basis rendah 2024. Namun, pertumbuhan ini sangat tergantung pada pemulihan kontribusi laba AMMN dan stabilitas harga komoditas energi.

    Untuk investor, strategi terbaik adalah mempertimbangkan posisi "Hold" bagi pemegang saham saat ini, sambil memantau kinerja operasional mendatang.

    Bagi calon investor, "Buy on Weakness" dapat menjadi pilihan jika harga saham terkoreksi mendekati level support utama, menciptakan margin of safety yang lebih baik.

    Dengan pendekatan strategis, MEDC dapat tetap menjadi aset bernilai di portofolio jangka panjang, meskipun risiko dari volatilitas sektor energi harus diperhatikan secara seksama.

    Rekomendasi Saham dan Proyeksi ELSA

    Valuasi saham ELSA cukup menarik. Hal ini terlihat dari Price-to-Earnings Ratio (PE) TTM sebesar 4,98, jauh lebih rendah dibandingkan median IHSG yang berada di 7,14. Hal ini mengindikasikan bahwa saham ELSA undervalued relatif terhadap pasar.

    Earnings Yield (20,08 persen) juga sangat tinggi, mencerminkan potensi pengembalian yang kuat terhadap harga saham saat ini. Price-to-Book Value (PBV) sebesar 0,68 menunjukkan bahwa harga saham berada di bawah nilai buku perusahaan, memberi margin of safety yang solid bagi investor.

    Dalam hal solvabilitas, perusahaan memiliki struktur keuangan yang sehat dengan Debt-to-Equity Ratio rendah (0,28) dan Altman Z-Score di 3,72. Artinya, tingkat risiko kebangkrutan sangat rendah.

    Return on Equity (ROE) sebesar 13,60 persenn dan Return on Capital Employed (ROCE) sebesar 14,51 persen menunjukkan manajemen yang efektif dalam menghasilkan laba dari modal yang digunakan.

    Dari sisi profitabilitas, Gross Profit Margin (10,15 persen) dan Operating Profit Margin (6,39 persen) cukup kompetitif, namun, Net Profit Margin (3,25 persen) terlihat agak rendah. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh pertumbuhan laba bersih yang terkontraksi sebesar 30,83 persen secara tahunan di kuartal terakhir.

    Dengan pertumbuhan Revenue Year-on-Year sebesar 6,81 persen pada kuartal terakhir dan strategi pengelolaan modal kerja yang kuat, perusahaan menunjukkan kemampuan untuk mempertahankan pendapatan stabil meskipun menghadapi tekanan eksternal.

    Melihat struktur keuangan yang sehat dan valuasi yang menarik, saham ini layak dipertimbangkan bagi investor jangka panjang.

    Menggunakan pendekatan Buffett, fokus pada kemampuan menghasilkan arus kas adalah kunci. Perusahaan mencatat Free Cash Flow (FCF) positif sebesar USD1.184 miliar dalam setahun terakhir, mencerminkan kemampuan untuk mendanai operasional dan ekspansi tanpa tergantung pada utang.

    Hal ini memberikan fleksibilitas yang signifikan bagi pertumbuhan di masa depan.

    Untuk tahun 2025, jika perusahaan dapat meningkatkan Average Selling Price (ASP) dan memperluas margin profitabilitas dengan efisiensi biaya, laba bersih bisa tumbuh signifikan.

    Proyeksi moderat dengan asumsi pertumbuhan pendapatan tahunan 5-7 persen dan perbaikan margin bisa membawa PE mendekati angka 5 dengan harga saham yang berpotensi naik hingga 20-25 persen dalam dua tahun ke depan, terutama jika pasar menyadari undervaluasi saat ini.

    Jadi, saham ini cocok untuk investor yang mencari kombinasi valuasi menarik, fundamental solid, dan potensi pertumbuhan jangka panjang. Risiko tetap ada, terutama dari tekanan margin dan volatilitas pasar. Tetapi, dengan rasio utang yang rendah, FCF positif, dan valuasi yang menarik, saham ini menawarkan peluang investasi yang layak.

    Strategi investasi yang disarankan adalah akumulasi bertahap, terutama jika harga saham turun mendekati nilai terendah 52 minggu.(*)

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.