Logo
>

Pasar Emas Tersandung! Tekanan Datang dari The Fed

Harga emas dunia melemah akibat meredanya ketegangan geopolitik dan sinyal hawkish dari The Fed. Pasar mulai mencermati level teknikal emas pekan ini.

Ditulis oleh Dian Finka
Pasar Emas Tersandung! Tekanan Datang dari The Fed
Harga emas dunia ditutup melemah pada perdagangan Sabtu pagi waktu Asia. Foto: KabarBursa.com/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga emas dunia ditutup melemah pada perdagangan Sabtu pagi waktu Asia, tergelincir ke level USD 3.274,39 per troy ounce.

    Pelemahan ini mencerminkan meredanya ketegangan geopolitik serta sikap kehati-hatian bank sentral Amerika Serikat dalam menentukan arah suku bunga.

    Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai bahwa pelemahan emas masih akan berlanjut pada perdagangan Senin esok, bergerak fluktuatif namun cenderung melemah di rentang USD 3.232,64 – USD 3.305,64 per troy bounce.

    “Pasar emas saat ini sedang berada dalam fase konsolidasi. Sentimen geopolitik yang sebelumnya menjadi motor penggerak reli harga emas mulai kehilangan tenaga,” ujar Ibrahim kepada awak media di Jakarta, Minggu, 29 Juni 2025.

    Meredanya eskalasi militer antara Israel dan Iran turut mempengaruhi psikologi pasar. Gencatan senjata yang dimediasi Presiden AS Donald Trump sejauh ini masih bertahan, meski Israel tetap melanjutkan operasi militernya di wilayah Libanon selatan dan Jalur Gaza.

    “Walaupun ketegangan belum sepenuhnya padam, pasar mulai menghitung ulang risiko geopolitik. Investor yang sebelumnya memburu emas sebagai aset lindung nilai kini mulai mengambil sikap wait and see,” ujar Ibrahim.

    Ia menambahkan, fakta bahwa pengeboman masih terjadi namun tak memicu lonjakan harga emas menunjukkan bahwa pasar telah mendiskon risiko tersebut lebih awal.

    Selain faktor geopolitik, pasar emas juga dibebani oleh perkembangan terbaru dari bank sentral AS. Ketua The Federal Reserve, Jerome Powell, dalam testimoninya di hadapan Kongres mengindikasikan bahwa pemangkasan suku bunga tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.

    “Pernyataan Powell menunjukkan bahwa The Fed belum yakin inflasi benar-benar jinak. Bahkan ia memperingatkan bahwa dampak tarif bisa membuat inflasi bertahan lebih lama dari yang diperkirakan,” jelas Ibrahim.

    Komentar ini langsung mematahkan ekspektasi pelonggaran moneter dalam waktu dekat. Padahal sebelumnya, dua pejabat The Fed yakni Christopher Waller dan Michelle Bowman, sempat menyuarakan kemungkinan pemangkasan suku bunga di bulan Juli.

    Kini, menurut data dari CME FedWatch Tool, pasar hanya melihat peluang 18 persen pemotongan suku bunga di Juli, sementara peluang pemangkasan pada September mencapai 70 persen.

    “Emas sangat sensitif terhadap arah kebijakan suku bunga. Ketika suku bunga ditahan atau dinaikkan, daya tarik emas sebagai aset non-yielding langsung menurun,” tegas Ibrahim.

    Data terbaru dari Biro Analisis Ekonomi AS menunjukkan bahwa inflasi tahunan—yang diukur melalui Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (PCE)—naik menjadi 2,3 persen di bulan Mei, dari 2,2 persen di April (direvisi dari 2,1 persen).

    Angka ini sesuai ekspektasi pasar, namun tetap memberikan tekanan psikologis kepada The Fed untuk tidak buru-buru menurunkan suku bunga.

    “Selama inflasi belum menyentuh target 2 persen secara konsisten dan stabil, The Fed kemungkinan besar akan menahan suku bunga. Ini berarti tekanan bagi pasar emas tetap ada,” imbuhnya.

    Sementara itu, Presiden Donald Trump kembali melontarkan kritik tajam terhadap Jerome Powell, menyebut bahwa ia tengah mempertimbangkan “tiga atau empat orang” untuk menggantikannya.

    Laporan Wall Street Journal bahkan menyebutkan bahwa penggantian Powell bisa dilakukan paling cepat September. “Jika benar terjadi pergantian di pucuk pimpinan The Fed, ini akan menciptakan ketidakpastian baru bagi pasar keuangan, termasuk emas,” kata Ibrahim.

    Namun, ia menekankan bahwa pasar saat ini belum bereaksi signifikan atas isu tersebut, karena masih sebatas spekulasi politik. Dengan berbagai tekanan yang ada, Ibrahim menilai bahwa prospek emas dalam jangka pendek masih cenderung melemah.

    “Kombinasi antara redanya ketegangan geopolitik, ekspektasi suku bunga tinggi lebih lama, serta inflasi yang belum turun drastis membuat emas kehilangan katalis penguat. Koreksi harga sangat mungkin berlanjut,” ujar dia.

    Namun demikian, ia menambahkan bahwa fluktuasi tetap akan terjadi, seiring investor mencermati setiap data ekonomi dan perkembangan geopolitik yang bisa memicu respons pasar secara tiba-tiba.

    “Rentang harga USD 3.232 hingga USD 3.305 merupakan batas bawah dan atas yang perlu dicermati dalam waktu dekat. Jika salah satu level ini ditembus, arah tren emas akan semakin jelas,” tutup Ibrahim.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.