Logo
>

Pasar EV Global Masih Loyo, Bagaimana dengan RI?

Ditulis oleh Syahrianto
Pasar EV Global Masih Loyo, Bagaimana dengan RI?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) secara global masih mengalami kelesuan di sejumlah negara pada kuartal I 2024. Penyebabnya pangsa pasar EV global tumbuh lambat pada 2023.

    BloombergNEF dalam laporannya berjudul Electric Vehicle Outlook 2024, negara seperti Italia, Jepang, dan Jerman pada kuartal I 2024 mencatatkan pertumbuhan penjualan yang negatif. Penjualan EV di Italia anjlok 24 persen, Jepang drop 9 persen, sedangkan Jerman turun 3 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

    Di sisi lain, penjualan EV di Spanyol, Amerika Serikat (AS), Britania Raya, Prancis, China, dan India masih menunjukkan pertumbuhan sehat. Namun, sesuai proyeksi BloombergNEF, pertumbuhan penjualan EV bakal melambat pada 2024.

    "Dalam kaitan itu, penjualan global EV untuk penumpang memang terus tumbuh dalam beberapa tahun ke depan, tetapi tingkat pertumbuhannya terlihat lebih lambat dari sebelumnya," tulis tim peneliti BloombergNEF.

    Lebih lanjut, penjualan EV akan meningkat dari 13,9 juta pada 2023 menjadi lebih dari 30 juta pada 2027 dalam skenario transisi ekonomi BloombergNEF. Namun, dalam empat tahun ke depan, penjualan mobil listrik diproyeksikan tumbuh rata-rata hanya sebesar 21 persen per tahun, dibandingkan dengan rata-rata 61 persen antara 2020 dan 2023.

    Pangsa Pasar Global

    Pangsa EV global dalam penjualan kendaraan penumpang diproyeksikan baru melonjak menjadi 33 persen pada 2027, dari 17,8 persen pada 2023. Hanya China (60 persen) dan Eropa (41 persen) yang berada di atas rata-rata global tersebut saat itu, tetapi beberapa pasar mobil Eropa bergerak lebih cepat, dengan negara-negara Nordik di angka 90 persen dan Jerman, Inggris, dan Prancis semuanya jauh di atas 40 persen.

    Di AS, kegelisahan pasar EV yang dipicu oleh pemilihan presiden yang akan datang membantu memperlambat adopsi tahun ini, dan pada 2027 hanya 29 persen mobil yang dijual di negara tersebut yang bertenaga listrik. Jepang jauh tertinggal dari negara-negara maju lainnya.

    Namun, teknologi dasar untuk EV terus menjadi lebih baik dan lebih murah, dengan banyak model kendaraan listrik baru yang lebih murah yang akan diluncurkan dalam beberapa tahun ke depan.

    Beberapa tingkat pertumbuhan tercepat terjadi di negara-negara berkembang, dengan penjualan kendaraan listrik yang akan meningkat lima kali lipat di Brasil pada 2027 dan tiga kali lipat di India. Armada (fleet) mobil listrik tumbuh cepat, meningkat menjadi lebih dari 132 juta pada 2027, dari 41 juta kendaraan listrik penumpang di jalan pada akhir 2023.

    Prospek EV Menjanjikan

    Prospek jangka panjang BloombergNEF untuk EV tetap cerah, meskipun ada tantangan jangka pendek. Peningkatan ekonomi kendaraan listrik mendukung pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan dalam adopsi EV.

    EV diproyeksikan mencapai 45 persen dari penjualan kendaraan penumpang secara global pada 2030 dan 73 persen pada 2040 dalam skenario transisi ekonomi BloombergNEF. Meskipun ada kemajuan besar, Asia Tenggara, India, dan Brasil masih berada di bawah adopsi rata-rata global saat itu.

    Dorongan regulasi yang lebih kuat diperlukan di pasar-pasar ini untuk membantu menjembatani kesenjangan dengan pasar kendaraan listrik yang lebih maju. Namun, pada 2040 ketiga wilayah tersebut mewakili 15 persen dari pasar kendaraan listrik global, naik dari hanya 2 persen pada tahun 2023 dan 4 persen pada 2030.

    Meskipun adopsi kendaraan listrik pesat, kurang dari 50 persen armada kendaraan penumpang secara global akan bertenaga listrik pada 2040.

    Pasar EV Indonesia

    Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales atau yang dikirim dari pabrik ke dealer mobil listrik nasional mencapai 7.745 unit hingga April 2024. Angka itu naik 151,46 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023 yang sebesar 3.080 unit. Dari total penjualan tersebut, tiga besar mobil terlaris merupakan brand asal China yang ditawarkan dengan harga ringan di kantong.

    Penjualan kendaraan listrik alias battery electric vehicle (BEV) melonjak hingga ratusan persen pada empat bulan pertama 2024. Menjamurnya model mobil listrik dengan harga yang mulai menyaingi mobil konvensional di segmen yang sama menjadi daya tarik konsumen.

    Senior Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memprediksi mobil listrik asal China masih akan mendominasi di Indonesia. Merek asal negeri tirai bambu banyak diburu oleh konsumen karena harganya yang jauh lebih miring dibandingkan produk negara lain.

    Selain itu, mobil listrik asal Korea juga banyak diminati. "Meski dari segi harga lebih mahal dibandingkan mobil listrik asal China, namun produsen Korea lebih unggul secara kualitas. Harga per unitnya juga masuk dalam range market di Indonesia," ujar Tauhid.

    Buktinya, mobil listrik paling laris adalah Wuling BinguoEV yang hadir di Indonesia dalam tiga varian, yakni Long Range AC, Long Range AC/DC, dan Premium Range. Harganya sekitar Rp317 juta hingga Rp372 juta on the road Jakarta.

    Kemudian, Chery Omoda E5 yang terjual hingga seribuan unit. Mobil ini hanya tersedia dalam satu varian dengan harga Rp498,8 juta. Serta, Wuling Air ev, yaitu mobil listrik pertama Wuling Motors di Indonesia. Wuling Air ev hadir dalam tiga  varian, yaitu Lite, Standard Range, dan Long Range dengan rentang harga Rp243 juta hingga Rp299,5 juta.

    Produsen dari dua negara tersebut makin gencar menawarkan mobil pelahap setrum di Indonesia. Wuling, salah satu produsen asal China akan menjajakan mobil listrik anyar, Cloud EV. Direktur Penjualan dan Pemasaran SGMW Motors Indonesia Dian Asmahani, menyebut, target pasar Cloud EV mencakup keluarga-keluarga muda yang menginginkan kenyamanan berkendara dengan ruang kendaraan lega dan dapat mengangkut seluruh anggota keluarga serta lebih banyak barang bawaan. Kendaraan berukuran panjang 4.295 mm, lebar 1.850 mm, dan tinggi 1.652 mm itu dipasarkan dengan harga mulai dari Rp398 juta.

    Pertumbuhan Butuh Waktu

    Kendati penjualan mobil listrik mengalami peningkatan tajam, namun masih membutuhkan waktu untuk menyaingi mobil konvensional. Tauhid mengatakan penjualan kendaraan listrik di Indonesia masih sekitar 8 persen dari total jumlah penjualan kendaraan secara nasional.

    "Tren mobil listrik akan bagus, namun untuk mencapai market di atas 10 persen saja masih membutuhkan banyak waktu," ujarnya.

    Menurutnya, pasar mobil listrik masih didominasi kota besar seperti Jabodetabek yang membutuhkan kendaraan kedua agar bisa melaju di tengah aturan ganjil-genap. Selain itu, sebagian besar model mobil listrik yang ditawarkan oleh pabrikan juga diperuntukkan bagi perkotaan dengan infrastruktur cukup baik.

    "Biaya pemeliharaan yang murah juga menjadi salah satu pertimbangan konsumen untuk membeli mobil listrik," imbuhnya.

    Sementara itu, laporan terbaru International Energy Agency (IEA) menyebut penjualan mobil listrik global berpeluang tumbuh pada 2024. Syaratnya, harga terjangkau dan ketersediaan fasilitas pengisian ulang baterai atau stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).

    Laporan Global EV Outlook IEA yang disiarkan di situs resmi IEA, Selasa, 23 April 2024 menunjukkan lebih dari satu dari lima mobil terjual di seluruh dunia akan berupa mobil listrik tahun ini. Penjualan mobil listrik diperkirakan mencapai 17 juta unit hingga akhir tahun.

    Penjualan mobil listrik secara global pada kuartal I-2024 tercatat tumbuh 25 persen menjadi lebih dari 3 juta unit, dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang berjumlah di atas 2,5 juta unit. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.