Logo
>

Pasar Keuangan Prediksi Suku Bunga The Fed Dipangkas

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Pasar Keuangan Prediksi Suku Bunga The Fed Dipangkas

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar keuangan memprediksi bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) akan memangkas Fed Fund Rate.

    CME FedWatch Tool, mengutip penelitan NH Korindo Sekuritas Indonesia (NHKSI), menyebut banyak pasar keuangan yang memperkirakan Fed Fund Rate akan dipangkas sebesar 25 basis poin saat mengakhiri pertemuan kebijakan September.

    "Dengan kemungkinan yang semakin berkurang sebesar 25.5 persen untuk pemotongan super-sized sebesar 50 basis poin, dari peluang 55 persen yang ada sebelumnya," terang NHKSI dalam keterangannya kepada Kabar Bursa, Senin, 19 Agustus 2024.

    Masih dalam pernyataan yang sama, disebutkan pula jika Fed Chairman, Jerome Powell dijadwalkan bakal menyampaikan pidato utama pada simposium ekonomi tahunan bank sentral di Jackson Hole, Wyoming.

    Pasar akan sangat terfokus pada apa yang ia isyaratkan mengenai waktu dan laju penurunan suku bunga setidaknya sampai akhir tahun.

    NHKSI juga menyebut, The Fed akan mempublikasikan Fomc Meeting Minutes (bulan Juli) pada hari Rabu.

    "The Fed membiarkan pintu terbuka untuk penurunan suku bunga bulan September di mana Chairman Powell mengakui  adanya kemajuan pada penanganan inflasi," ungkap NHKSI.

    Lebih lanjut menurut NHKSI, beberapa pejabat The Fed juga dijadwalkan untuk tampil selama minggu ini termasuk Gubernur Fed, Christopher Waller, Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, dan Wakil Ketua Fed untuk Pengawasan, Michael Barr.

    Sebelumnya, Chief Economist Citibank Indonesia, Helmi Arman memprediksi, The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya menjelang akhir tahun 2024. Adapun hal itu dia ungkap mengacu pada tren ekonomi Amerika Serikat (AS).

    “Dalam pandangan kami, siklus penurunan suku bunga AS ini sudah semakin dekat,” kata Helmi di Jakarta, Jumat 16 Agustus 2024.

    Helmi menuturkan, berdasarkan tren data AS dalam beberapa minggu terakhir, sektor manufaktur di negara tersebut semakin menunjukan pelemahan kinerja. Dia menilai, tekanan inflasi AS saat ini mengalami penurunan meski masih berada di atas level 2 persen.

    Kendati begitu belum mencapai 2 persen, kata Helmi, akselerasi tingkat pengangguran di AS dianggap sebagai leading indicator untuk tekanan inflasi ke depannya. Dengan demikian, kata dia, Citi Indonesia melihat adanya peluang soft landing di AS semakin menurun.

    “Pandangan kami, perekonomian Amerika Serikat semakin mengarah ke resesi,” jelasnya.

    Karenanya, Helmi menilai, suku bunga The Fed akan bergerak turun dengan cepat di awal siklus penurunannya. Helmi memprediksi, penurunan suku bunga The Fed akan menyusut dalam beberapa periode di sisa akhir tahun 2024.

    “Kami perkirakan di bulan September besok ini 50 basis point turun suku bunga The Fed, dan diikuti 50 basis point lagi di bulan Oktober. Dan setelah itu diikuti dengan penurunan sebesar 25 basis point pada setiap pertemuan,” ungkapnya.

    Dengan begitu, Citi Indonesia memprediksi penurunan suku bunga The Fed di sisa akhir tahun 2024 mencapai 3,25 persen. Hal itu diperkuat dengan kondisi pasar keuangan global yang telah terefleksikan.

    Adapun hal tersebut dapat dilihat dari kurva imbal-hasil AS yang mengalami penurunan dalam beberapa minggu terakhir. Begitu pula dengan penurunan dollar indeks yang terjadi di level 102 dari posisi awal Juli sekitar 105.

    Sementara itu, tutur Helmi, Indonesia mencatat peningkatan arus modal yang masuk ke pasar keuangan. Dalam beberapa minggu terakhir, dia menyebut peningkatan arus modal terlihat cukup signifikan, khususnya aliran modal masuk ke pasar surat berharga negara (SDN).

    Di sisi lain, Helmi juga mencatat arus modal yang juga mengalir ke pasar saham. Hal itu terlihat dari kondisi pasar saham yang net inflow. Dengan meningkatnya arus modal ke pasar keuangan Indonesia, Helmi menilai adanya keseimbangan demand dan supply valas di pasar valas domestik yang semakin membaik.

    Sementara itu, tekanan inflasi juga tercatat terjaga berdasarkan rilis data Badan Pusat Statistik (BPS). Meski inflasi terjaga, Helmi menilai dinamika pasokan bahan pangan tetap harus diperhatikan.

    Saat ini, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di atas 5 persen di kuartal ke II tahun 2024. Kendati begitu, tercatat sektor manufaktur cenderung melemah dan tidak merata antar subsector sehingga supply diprediksi bisa diberi stimulus.

    “Jadi dalam hemat kami peluang penurunan suku bunga kebijakan di Indonesia ini sudah semakin terbuka. Memingat kondisi global dan juga kondisi domestik,” ungkapnya.

    Sebagai informasi, dari Data Bank Indonesia, Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024 didorong oleh konsumsi rumah tangga yang stabil serta investasi yang terus mengalir. Ekspor barang juga mencatat peningkatan signifikan, terutama dari sektor manufaktur dan pertambangan. Produk-produk seperti logam, bijih logam, serta besi dan baja berhasil mengisi pasar negara-negara mitra dagang utama, seperti India dan Tiongkok. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.