Logo
>

Pasar Kripto Babak Belur Dihantam Panasnya Hubungan Dagang AS-China

Ketegangan dagang AS–China membuat harga Bitcoin anjlok dan saham PT Indokripto Koin Semesta (COIN) tertekan akibat sentimen negatif pasar kripto.

Ditulis oleh Yunila Wati
Pasar Kripto Babak Belur Dihantam Panasnya Hubungan Dagang AS-China
Ilustrasi Bitcoin. Foto: Freepik.

KABARBURSA.COM – Pasar kripto babak belur. Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan China menjadi faktor dominan yang menekan pasar aset berisiko global tersebut, termasuk Bitcoin. Tidak hanya itu, performa PT Indokripto Koin Semesta Tbk juga lesu, seiring menurunnya penampilan kripto.

Dalam beberapa hari terakhir, harga Bitcoin (BTC) kembali terpuruk setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan kenaikan tarif impor terhadap barang-barang asal China. Kebijakan ini, yang resmi berlaku sejak 14 Oktober, memicu reaksi keras dari Beijing yang membalas dengan kebijakan tarif khusus untuk kapal berbendera AS. 

Aksi saling balas tarif ini tidak hanya menekan perdagangan global, tetapi juga menciptakan ketidakpastian yang signifikan di pasar keuangan dunia, termasuk aset digital seperti Bitcoin.

Bitcoin, yang selama ini sering dianggap sebagai aset lindung nilai alternatif, justru kembali menunjukkan sifatnya sebagai aset berisiko. Harga BTC anjlok hingga menyentuh level USD105.000, sebelum sedikit pulih ke kisaran USD108.433 per 21 Oktober 2025 waktu setempat. 

Dalam periode tujuh hari terakhir, Bitcoin melemah sekitar 3,5 persen. Sementara dalam 24 jam terakhir, performanya turun 2,8 persen. Koreksi ini menandakan bahwa pelaku pasar kripto sedang melakukan reposisi besar-besaran untuk mengurangi eksposur terhadap aset volatil di tengah ketidakpastian global.

Chief Operating Officer (COO) Upbit Indonesia Resna Raniadi menjelaskan, perang dagang antara AS dan China memicu krisis likuiditas global yang menjalar ke seluruh pasar, termasuk kripto. Ketika investor global mencari likuiditas dalam mata uang dolar AS, pasar kripto sering kali menjadi korban pertama karena banyak posisi leverage atau pinjaman yang terpaksa dilikuidasi untuk memenuhi margin call. 

Akibatnya, tekanan jual meningkat, memperburuk volatilitas dan mempercepat penurunan harga Bitcoin dalam waktu singkat.

Peluang Rebound Masih Ada, Kapan?

Meski demikian, Resna juga menyoroti bahwa peluang rebound tetap terbuka jika ketegangan geopolitik mereda atau muncul sinyal positif dari kebijakan moneter global, seperti pelonggaran suku bunga oleh The Federal Reserve. 

Dalam kondisi seperti itu, sentimen pasar dapat pulih dengan cepat karena investor kembali mencari aset dengan potensi imbal hasil tinggi seperti kripto. Namun untuk saat ini, pasar kripto masih terjebak dalam fase volatilitas tinggi dan kemungkinan besar akan tetap tertekan hingga paruh akhir minggu, ketika pelaku pasar menunggu perkembangan terbaru dari hubungan dagang AS–China.

Sementara itu, tekanan yang dialami pasar kripto juga terlihat berdampak langsung pada kinerja PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN), salah satu emiten kripto yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. 

Investor Banyak Jual COIN, Performa Merosot

Berdasarkan data perdagangan terbaru, saham COIN mengalami pelemahan tajam sebesar 5,70 persen atau turun 170 poin ke level 2.810. Volume perdagangan tercatat cukup aktif dengan total 163.312 lot, namun tekanan jual (loss) yang tinggi menunjukkan sentimen investor terhadap saham ini sedang negatif.

Dari data order book COIN, tampak adanya dominasi tekanan jual yang kuat di kisaran harga 2.800–2.860, di mana banyak posisi penawaran (offer) lebih besar dibandingkan dengan permintaan (bid). Misalnya, pada harga 2.850 terdapat 42 lot penawaran dibandingkan hanya 211 lot permintaan, menunjukkan ketidakseimbangan pasar. 

Volume besar pada sisi jual juga menunjukkan adanya aksi distribusi dari investor besar yang mungkin tengah melakukan profit-taking atau keluar dari posisi karena ekspektasi melemahnya pasar kripto global.

Harga tertinggi COIN pada perdagangan terakhir berada di 2.960, sementara harga terendah mencapai 2.750, menandakan volatilitas yang cukup lebar dalam satu sesi. Nilai transaksi mencapai Rp53,6 miliar dengan rata-rata harga (average) di level 2.832, sedikit di atas harga penutupan. 

Ini menandakan bahwa sebagian besar transaksi dilakukan di harga lebih tinggi sebelum tekanan jual semakin kuat di akhir sesi.

Secara teknikal, COIN saat ini menunjukkan gejala pelemahan tren jangka pendek setelah gagal bertahan di atas area psikologis 3.000. Jika tekanan jual terus berlanjut, potensi koreksi ke bawah 2.700 cukup terbuka, apalagi dengan volume perdagangan yang masih tinggi di sisi penawaran. 

Ketiadaan katalis positif dari pasar kripto global membuat investor ritel cenderung menahan diri, sementara investor institusional tampak belum kembali masuk ke pasar.

Dari sisi fundamental, COIN sebagai emiten yang berkaitan erat dengan ekosistem kripto akan sangat dipengaruhi oleh volatilitas harga aset digital, terutama Bitcoin dan Ethereum. Ketika harga BTC jatuh, minat terhadap transaksi kripto menurun, yang pada akhirnya menekan volume perdagangan dan pendapatan COIN. 

Kritiknya terletak pada kurangnya diferensiasi bisnis COIN di luar ekosistem kripto murni. Ketergantungan tinggi pada pergerakan harga aset digital menjadikan saham ini sangat spekulatif dan rentan terhadap guncangan eksternal, terutama sentimen geopolitik seperti yang terjadi saat ini. 

Dalam jangka pendek, tanpa adanya stimulus kebijakan atau rebound signifikan dari Bitcoin, performa saham COIN kemungkinan akan tetap tertekan.

Secara keseluruhan, baik Bitcoin maupun PT Indokripto Koin Semesta Tbk sama-sama menunjukkan tekanan akibat meningkatnya ketegangan antara AS dan China. Bitcoin masih belum mampu menunjukkan perannya sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik.

Sementara COIN, sebagai refleksi dari industri kripto di pasar saham domestik, turut terseret oleh pelemahan sentimen global. Dalam kondisi seperti ini, investor disarankan bersikap defensif, menjaga likuiditas, dan menunggu sinyal fundamental baru sebelum kembali mengambil posisi di aset kripto maupun saham terkait.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79