Logo
>

Pasar Kripto Terlempar, Bitcoin Diprediksi Alami Keruntuhan

Bitcoin longsor ke USD91 ribu, SuperTrend mingguan berubah merah, Fear & Greed jatuh ke extreme fear, dan analis memperingatkan risiko bear market baru di tengah tekanan sistemik pasar kripto.

Ditulis oleh Yunila Wati
Pasar Kripto Terlempar, Bitcoin Diprediksi Alami Keruntuhan
Pergerakan bitcoin terus terseret sinyal jual grafik mingguan SuperTrend. Foto: AI untuk KabarBursa.

KABARBURSA.COM – Pasar kripto kembali berada dalam tekanan ekstrem pada perdagangan Kamis pagi, 20 November 2025. Dalam 24 jam terakhir, kapitalisasi pasar anjlok 2,1 persen menjadi USD3,11 triliun. Anjloknya kapitalisasi pasar ini menandai runtuhnya sentimen bullish yang beberapa pekan terakhir masih coba dipertahankan. 

Bitcoin (BTC), sebagai jangkar utama ekosistem kripto, kembali longsor 1,59 persen ke USD91.309. Level ini semakin mengancam struktur teknikal jangka menengahnya. Dengan tekanan yang meningkat dari sisi indikator teknis maupun sentimen, pasar kini menatap risiko yang jauh lebih besar dari sekadar koreksi biasa.

Tekanan terbesar datang dari indikator teknikal utama Bitcoin, SuperTrend. Untuk pertama kalinya sejak Januari 2023, SuperTrend berubah menjadi sinyal jual pada grafik mingguan. Pergantian warna indikator dari hijau ke merah, disertai posisinya yang bergerak di atas harga BTC, biasanya menjadi pertanda awal berakhirnya fase bull market

Pasangan BTC/USD juga resmi ditutup di bawah MA50 mingguan. Ini menjadi konfirmasi tambahan bahwa struktur reli sebelumnya mulai runtuh. Sejarah menunjukkan bahwa sinyal SuperTrend semacam ini bersesuaian dengan kejatuhan 77–84 persen pada bear market 2018 dan 2022.

Dalam kondisi tersebut, potensi tekanan lanjutan ke area USD75.000 bukan lagi sekadar spekulasi teknikal. Pelemahan permintaan dari korporasi yang sebelumnya agresif mengakumulasi BTC di treasury mereka, ditambah keluarnya dana dari ETF Bitcoin spot berbasis AS, memperlihatkan bahwa momentum beli institusi juga mulai goyah. 

Kondisi ini semakin diperburuk oleh indeks sentimen Crypto Fear & Greed, yang kini berada pada level 11. Ini adalah zona extreme fear terdalam sejak Februari. Biasanya level ini menandai dua kemungkinan ekstrem, yaitu fase kapitulasI panjang seperti 2022 atau konsolidasi ketakutan yang kemudian berujung pemulihan, seperti di 2021.

Prediksi Pesimistis Bloomberg

Namun, tidak semua indikator memberi sinyal pemulihan cepat. Strategis Bloomberg Mike McGlone, mengambil posisi yang jauh lebih pesimistis. Ia melihat kondisi pasar kripto saat ini lebih rapuh dibanding 2018. Hal ini diutamakan lantaran jumlah token yang beredar telah melonjak dari ribuan menjadi jutaan. 

Menurutnya, peningkatan partisipasi spekulatif, gelombang peluncuran ETF, serta dorongan politik yang semakin condong ke arah kripto justru memperlihatkan tanda-tanda euforia yang serupa dengan puncak gelembung finansial.

Secara makro, McGlone memberikan peringatan keras. Ia melihat sinyal kenaikan volatilitas pasar saham melalui pembentukan “bull flag” pada rata-rata bergerak 200 hari indeks VIX. Juga, volatilitas terealisasi yang berada pada titik paling rendah sejak 2017. 

Kombinasi ini, menurutnya, menjadi symbol “ketenangan sebelum badai.” Ia bahkan memprediksi bahwa BTC dapat kembali ke USD10.000 jika pasar runtuh bersamaan pada awal 2026.

Secara teknikal, ia menilai bahwa support kuat BTC di sekitar USD100.000 telah berubah menjadi resistance. Ini lantas membuat BTC terjepit di antara zona USD90.000–USD100.000. Pantulan jangka pendek mungkin saja terjadi, tetapi ini merupakannbagian dari karakter pasar beruang, bukan tanda pemulihan berkelanjutan. 

Target penurunan jangka panjang berada di USD50.000, area yang disebut sebagai “normal” dalam siklus risk-off yang lebih luas.

Aset Kripto Kompak Ambruk

Tekanan tidak hanya melanda Bitcoin. Aset kripto utama lain turut ambruk. Ethereum turun 3,4 persen ke USD3.011, Binance Coin merosot 4,17 persen ke USD894, Dogecoin melemah 4,38 persen, XRP turun 4,69 persen, dan Solana jatuh ke USD136. 

Kejatuhan ini menunjukkan adanya pelemahan pasar yang tidak lagi selektif, melainkan bersifat sistemik. Semua kelas aset kripto mengalami distribusi besar, baik yang berkaitan dengan ekosistem DeFi, transaksi retail, maupun narrative coins seperti meme coin.

Di tengah tekanan tersebut, para analis memperingatkan bahwa fase ekstrem seperti ini biasanya menjadi titik penting bagi arah pasar berikutnya. Jika indeks fear bertahan dalam zona ekstrem selama beberapa minggu ke depan, seperti pada 2022, tekanan kepanikan dapat menyeret BTC jauh lebih dalam. 

Namun, jika pasar mampu bertahan dan mulai stabil, seperti pada 2021, maka peluang pembentukan fondasi ibaru bisa muncul dalam dua hingga tiga minggu.

Untuk saat ini, kondisi pasar kripto memasuki wilayah berbahaya. Tekanan teknikal, keluarnya dana institusional, meningkatnya volatilitas global, dan tanda-tanda gelembung struktural menjadi kombinasi, membuat pasar sulit mencari landasan. 

Dengan BTC menembus batas psikologis di USD90.000 dan indikator makro mulai berubah, kripto kini berhadapan dengan fase penentuan arah yang berpotensi menjadi yang paling signifikan sejak 2022.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79