Logo
>

Pasar Saham Atraktif di Tengah Penurunan Suku Bunga?

Ditulis oleh Yunia Rusmalina
Pasar Saham Atraktif di Tengah Penurunan Suku Bunga?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Seiring siklus penurunan suku bunga, kondisi akan berubah dan membuat pasar saham kembali atraktif dilihat dari sudut pandang riskreturn yang ditawarkan.

    Hal ini didukung oleh harapan kebijakan pro pertumbuhan pemerintahan baru Minat investor terlihat meningkat, terutama dari investor asing yang sudah lebih dulu berinvestasi ke pasar dan membuat posisi arus dana asing kembali positif.

    Menurut Samuel Kesuma Chieft Investment Officer menjelaakan ada beberapa sektor yang bisa menjadi pertimbangan. Sektor finansial menjadi yang berpotensi diuntungkan oleh arus dana asing dimana saham-saham big cap biasanya menjadi pilihan pertama dan di lain pihak likuiditas perbankan juga mulai terlihat stabil.

    Samuel menlanjutkan menurutnua sektor telekomunikasi, baik itu perusahaan penyedia jasa (operator) maupun menara (tower) bisa mendapat keuntungan.

    Dari sisi valuasi dipandang masih tetap menarik. Dan lainnya adalah sektor consumer staples atau yang lebih dikenal dengan FMCG (fast-moving consumer goods), yaitu sektor-sektor yang memproduksi barang-barang kebutuhan harian.

    Adapun untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), MAMI memperkirakan akan mencapai level 7.800 di akhir tahun 2024.

    " Memang untuk 7.800 ini, kita memang berdasarkan asumsi pertumbuhan laba yang sebenarnya tidak terlalu agresif di tahun ini, hanya sekitar 2 persen. Dan juga pertumbuhan laba 8 persen yang normalize di tahun 2024. Di tahun 2024 memang ada beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan laba ini tidak bisa terlalu baik," Ucap Samuel.

    Ada beberapa faktor, faktor pertama di beberapa yang penting ada forex yabg loss juga, karena rupiahnya sempat melemah. Faktor kedua juga karena IHSG ini kumpulan dari banyak sektor, sektor komoditi itu secara general cenderung melaporkan pertumbuhan laba yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena harga komoditinya ke-normalize ya, dari tahun 2023.

    Perusahaan seperti Gold ataupun Nickel itu semuanya melaporkan pertumbuhan laba yang lebih rendah. Jadi ini men-drag down juga dari kinerja pertumbuhan laba emisinya keseluruhan dari IHSG.

    " Kita prediksi tahun 2025 nanti semuanya sudah normalize, impact high base dari komoditi sudah cenderung lebih tidak ada, dan harusnya dari movement di currency juga lebih stabil, " jelasnya.

    Tapi memang jika mengasumsikan ada re-rating valuasi ke valuasi jangka panjang , jadi mendekati ke level sekitar 14,5 kali, itu yang mendasari kenapa Manulife memprediksi IHSG sampai ke nilai wajar di 7.800.

     Jadi walaupun pertumbuhan labanya tidak terlalu baik tahun ini, tapi karena valuasinya sangat terpotong dari jangka panjangnya, kalau diasumsikan valuasi market dengan situasi makro yang memang lebih mendukung, bisa kembali mendekati level rata-ratanya.

    Ketiga adalah dari segi faktor katalis, tentu pastinya yang paling penting adalah situasi di Amerika . Jadi untuk bisa ada flow dari Amerika pindah kembali ke market termasuk Indonesia, tentunya ada dua faktor, groupnya harus bagus, tapi idealnya di Amerika juga groupnya harus pelan-pelan.

    " Tentunya kita tidak mau melihat skenario di mana ada resesi yang dalam, karena itu biasanya menyebabkan ada faktor yang juga terpengaruh. Tapi kalau skenario ideal buat kita adalah, US yang melambat secara gradual, soft landing istilahnya, tapi pertumbuhan di ASEAN jadi lebih menarik, " tambahnya.

    Dan tentunya resikonya kalau ini tidak berjadian, akan ternyata either ada resesi yang sangat dalam di US, atau ternyata di US ada data ekonomi yang lebih kuat dari yang diperkirakan.

    Dari sisi lainnya, jika melihat semester pertama tahun ini kinerja pasar tidak terlalu baik . Memang ada banyak faktor, tapi memang faktor yang paling besar adalah karena memang daya tarik dari suku bunga yang tinggi.

    Jadi memang instrumen saham adalaj dimana orang mencari pertumbuhan, tapi orang sadar ada resikonya.

    " Nah, dalam situasi dimana yield dari risk-free itu masih cukup tinggi, orang cukup kasarnya investasi di aset-aset risk-free, tidak ada resiko, sudah mendapatkan rilis yang lumayan, tentunya insentif investasi di saham cenderung lebih rendah ya minatny,"terang Samuel, Rabu 14 Agustus 2024.

    Hal tersebur dikarenakan arah penurunan suku bunga sudah akan cenderung lebih rendah, kalau memang risk-free dari yield dari risk-free ini semakin turun, tentunya minat untuk investasi di saham akan lebih tinggi.

    Kedepannya tentunya dengan situasi lingkungitas yang lebih baik, dengan rupiah yang juga cenderung menguat, dan juga memang interest economy yang akan cenderung lebih baik.

    " Kita melihat ada potensi juga inerja laba yang berangsur akan lebih baik ke depannya. Nah, kalau kita lihat memang di semester pertama itu, asing itu cenderung net-nya masih negatif ya, " pungkasnya.

    Jadi setelah masuk di tiga bulan pertama, secara konsisten investor asing itu actually di bulan April, Mai , untuk membuka net outflow yang cukup besar ,karena waktu itu memang masih belum ada kepastian.

    Sehingga jika melihat di semester kedua ini, beberapa faktor-faktor mempengaruhi ini, akan cenderung lebih positif. Bahkan ada USD 400 juta yang masuk dari investor asing.

    " Recording in progress. Sama dengan potensi pemangkas bunga berikutnya melandainya, imbal hasil obligasi domestik dan kebijakan pemerintah, " terangnya. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunia Rusmalina

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.