KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak penguatan signifikan pada Rabu, 24 Juli 2025, naik 1,70 persen ke level 7.469. Pergerakan ini disertai dengan lonjakan volume pembelian yang memberi sinyal teknikal positif.
Namun, menurut analisis MNCS dalam riset terbarunya, kenaikan IHSG ini perlu disikapi dengan kewaspadaan. Posisi indeks diperkirakan tengah berada di akhir wave (iii) dari wave [c], yang berarti ruang untuk reli lebih lanjut kemungkinan terbatas.
Secara teknikal, IHSG berpeluang menguji resistance terdekat di area 7.475. Namun apabila tekanan jual kembali muncul, koreksi bisa terjadi ke kisaran 7.220 hingga 7.311.
Ini menjadi area penting yang perlu diperhatikan pelaku pasar, khususnya mereka yang aktif melakukan perdagangan jangka pendek. Level support utama berada di 7.304 dan 7.202, sedangkan resistance yang lebih tinggi berada di 7.506 hingga 7.595.
Dari sisi saham, MNCS memberikan beberapa strategi berbasis teknikal bagi para trader, dengan pendekatan “Buy on Weakness” dan “Spec Buy” untuk beberapa emiten pilihan. Apa saja emiten tersebut?
BBCA: Momentum Terbatas, Tapi Masih Layak Dikoleksi Saat Terkoreksi
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik tipis 0,30 persen ke level 8.425. Namun kenaikan ini belum cukup meyakinkan karena masih dibarengi tekanan jual. MNCS memproyeksikan bahwa BBCA tengah bergerak di wave (v) dari wave [a], sehingga strategi yang disarankan adalah Buy on Weakness.
Rentang akumulasi ideal berada di kisaran 8.150–8.350, dengan target jangka pendek di 8.550 dan potensi lanjutan hingga 8.975. Risiko koreksi perlu diwaspadai apabila harga turun di bawah 8.050.
HMSP: Peluang Spekulatif di Tengah Tekanan
PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) berhasil menguat 0,83 persen ke level 610, walau juga diiringi tekanan jual. Selama harga masih bertahan di atas 590, posisi HMSP dinilai berada di fase awal wave (c) dari wave [c].
Dengan kata lain, potensi rebound masih terbuka dan menjadikan saham ini cocok untuk strategi "Spec Buy". Peluang beli berada di rentang 595–610, dengan target penguatan menuju 625 dan 640. Level stoploss disarankan di bawah 590.
MIDI: Koreksi Wajar, Saatnya Cermati Buy Area
Saham PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) justru terkoreksi 0,48 persen ke level 416. Namun dari sudut pandang teknikal, ini justru membuka peluang akumulasi. MNCS memproyeksikan MIDI sedang berada di awal wave [c] dari wave B, sehingga penurunan ini tergolong koreksi sehat.
Strategi Buy on Weakness disarankan di area 406–414, dengan potensi kenaikan ke 430 dan 448. Tapi jika harga menembus di bawah 400, skenario teknikal ini bisa gagal dan memicu aksi jual lanjutan.
SMGR: Volume Masuk, Sinyal Positif untuk Aksi Akumulasi
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menjadi salah satu sorotan setelah menguat signifikan 2,49 persen ke posisi 2.470. Kenaikan ini diiringi dengan volume pembelian yang kuat, menunjukkan minat beli mulai pulih. MNCS memperkirakan SMGR kini sedang berada di wave iv dari wave (c) dari wave [b].
Ini membuka ruang untuk kelanjutan penguatan setelah fase konsolidasi pendek. Area beli ideal berada di 2.430–2.450, dengan target ke 2.550 dan 2.600. Risiko teknikal muncul jika harga melemah ke bawah 2.400.
Jadi, secara umum, sinyal teknikal dari IHSG dan sejumlah saham unggulan memang menunjukkan momentum positif, namun investor disarankan untuk tetap disiplin dengan level entry dan stoploss.
Dengan posisi indeks yang berada di ujung wave pendek, peluang untuk melanjutkan reli tetap ada—meski potensi koreksi teknikal juga semakin besar.
Pasar saat ini tengah menanti konfirmasi arah, baik dari sentimen global maupun laporan keuangan kuartalan emiten. Dalam kondisi seperti ini, strategi berbasis teknikal seperti Buy on Weakness bisa menjadi pendekatan yang lebih aman bagi investor ritel maupun trader harian.(*)