KABARBURSA.COM - PT Cimanggis Cibitung Tollways (CCT), operator tol yang mengelola ruas Cimanggis-Cibitung sepanjang 26,1 kilometer sebagai bagian dari Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2, baru-baru ini mendapatkan peringkat idA- dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Peringkat ini diberikan dengan prospek stabil, mencerminkan fundamental perekonomian yang kuat di wilayah layanan CCT serta visibilitas yang baik terhadap arus kas operasionalnya.
Dalam ikhtisar peringkat yang dirilis pada Jumat, 20 September 2024, Pefindo menilai bahwa meskipun CCT beroperasi di wilayah dengan potensi ekonomi yang tinggi, perusahaan masih menghadapi sejumlah tantangan yang signifikan. Salah satu aspek yang menjadi sorotan utama adalah profil keuangan CCT yang dianggap lemah, serta risiko yang terkait dengan volatilitas volume lalu lintas yang dapat berpengaruh langsung pada kinerja keuangannya. Ini adalah isu penting yang memerlukan perhatian serius, mengingat arus kas yang stabil sangat krusial bagi keberlangsungan operasional perusahaan.
Laporan dari Pefindo, yang dikutip pada Senin, 23 September 2024, menekankan bahwa jika CCT dapat melakukan perbaikan pada beberapa indikator keuangan kunci, seperti rasio utang dan perlindungan arus kas, maka ada peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan peringkat kreditnya di masa depan. Dengan strategi yang tepat dan manajemen keuangan yang efisien, CCT bisa memanfaatkan potensi pertumbuhan di wilayahnya.
Pefindo juga menyoroti potensi perbaikan arus kas CCT, yang dapat terjadi seiring dengan peningkatan volume lalu lintas yang berkelanjutan dan penyesuaian tarif tol secara rutin. Peningkatan volume lalu lintas sangat diharapkan dapat memberikan dampak positif pada pendapatan, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada kinerja operasi yang lebih baik dari yang diproyeksikan. Namun, penting untuk dicatat bahwa Pefindo mengingatkan bahwa penurunan peringkat dapat terjadi jika perusahaan mengalami penurunan signifikan dalam pencapaian pendapatan atau EBITDA. Berbagai faktor dapat menjadi pemicu, seperti penurunan volume lalu lintas, keterlambatan dalam penyesuaian tarif, atau peningkatan biaya operasi yang tidak terduga. Ketidakpastian ini dapat menciptakan tantangan yang harus dihadapi oleh manajemen CCT.
Aspek lain yang sangat penting adalah utang perusahaan. Jika CCT gagal menurunkan rasio utangnya sesuai dengan proyeksi, atau bahkan menambah beban utang yang signifikan, hal ini bisa berdampak negatif terhadap profil kreditnya. Penurunan peringkat akan sulit dihindari jika beban utang menjadi jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan. Ini menunjukkan perlunya perencanaan dan pengelolaan utang yang hati-hati agar perusahaan tidak terjebak dalam siklus utang yang sulit untuk diatasi.
Sejak didirikan pada tahun 2008, CCT telah berkembang pesat dan kini mengelola salah satu jalan tol penting di kawasan Jabodetabek. Konsesi untuk ruas tol Cimanggis-Cibitung telah diberikan hingga tahun 2061, dengan seluruh ruas tol beroperasi penuh pada Juli 2024. Bagian Cimanggis-Jatikarya dari tol tersebut sudah beroperasi sejak November 2020, sementara ruas Jatikarya-Cikeas baru memulai operasionalnya pada April 2023. Keberadaan jalan tol ini tidak hanya mendukung mobilitas masyarakat, tetapi juga berkontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian di wilayah tersebut dengan menyediakan akses yang lebih baik dan mengurangi kemacetan.
Dalam hal kepemilikan, per 30 Juni 2024, PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI) menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan sebesar 55 persen. Sementara itu, PT Waskita Toll Road memiliki saham sebesar 35 persen, dan PT Bakrie Toll Indonesia serta PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) masing-masing memiliki 5 persen saham di perusahaan tersebut. Struktur pemegang saham ini mencerminkan dukungan yang kuat dari berbagai entitas besar di sektor infrastruktur dan jalan tol di Indonesia, yang diharapkan dapat memperkuat posisi CCT di pasar.
Secara keseluruhan, peringkat yang diberikan Pefindo kepada CCT mencerminkan kekuatan sekaligus tantangan yang dihadapi oleh perusahaan. Dengan perekonomian wilayah yang mendukung dan visibilitas arus kas yang stabil, CCT memiliki potensi untuk memperbaiki profil keuangannya. Namun, tantangan dari volatilitas lalu lintas dan kebutuhan untuk mengendalikan utang tetap menjadi perhatian utama yang harus dikelola dengan baik agar perusahaan dapat terus meningkatkan kinerja dan kepercayaannya di pasar.
Untuk memberikan konteks yang lebih luas, penting untuk memahami bahwa rating obligor dengan peringkat idA menunjukkan bahwa CCT memiliki kemampuan yang kuat dibandingkan obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi komitmen keuangan jangka panjang. Namun, seperti yang diindikasikan oleh penambahan tanda kurang (-), kemampuan obligor ini mungkin lebih rentan terhadap perubahan buruk dalam keadaan dan kondisi ekonomi dibandingkan obligor dengan peringkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, pemantauan terus-menerus terhadap faktor-faktor yang dapat memengaruhi kinerja keuangan perusahaan sangat penting bagi para pemangku kepentingan dan investor. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.