KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak fluktuatif pada pekan ini. Namun, potensi penguatan tetap terbuka karena sentimen ekspektasi kuat pemangkasan suku bunga The Fed yang probabilitasnya sudah hampir 99 persen.
Analis sekaligus Founder Republik Investor, Hendra Wardana mengatakan pemangkasan suku bunga ini menjadi katalis utama karena akan mengurangi daya tarik aset dolar dan obligasi AS, sehingga membuka ruang bagi aliran dana asing kembali masuk ke emerging market.
"Jika capital inflow ke Indonesia kembali deras, IHSG berpeluang menembus level psikologis 8.000, meski perlu diwaspadai tekanan dari melemahnya rupiah di kisaran Rp16.400 per dolar AS," ujar dia dalam risetnya yang diterima KabarBursa.com, pada Minggu, 7 September 2025.
Hendra memproyeksikan pergerakan IHSG pekan ini berada di rentang 7.800–8.000, dengan kecenderungan menguji resistance utama 8.000.
Secara keseluruhan, lanjut dia, kombinasi katalis eksternal berupa pemangkasan suku bunga AS dan faktor domestik seperti rumor korporasi, buyback saham, hingga penguatan sektor emas membuat pasar memiliki alasan untuk optimistis.
"IHSG berpeluang kembali menguji level 8.000" tuturnya.
Dari sisi saham penggerak, Hendra melihat sektor perbankan masih menjadi tulang punggung indeks, terutama saham PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang memiliki target harga Rp4.450.
"Kapitalisasi besar dan fundamental kuat membuat saham ini selalu menjadi pintu masuk utama bagi investor asing," jelasnya.
Sementara itu, Hendra menuturkan angin segar juga bakal menyelimuti saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) karena dipengaruhi oleh reli harga emas global yang berpotensi menembus US$3.700 per troy ons hingga akhir tahun.
"Memberi dorongan pada saham berbasis emas seperti ANTM (target Rp3.660) dan BRMS (target Rp550). Momentum ini menjadi peluang spekulatif di tengah ketidakpastian global," terang dia.
Selain itu, Hendra menilai saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) juga layak dicermati karena rumor VIDIO yang dikabarkan bakal melakukan Initial Public Offering atau IPO.
"Jika benar terealisasi, langkah ini bisa menjadi katalis positif besar bagi SCMA karena akan memperkuat valuasi bisnis digitalnya, sekaligus membuka jalan diversifikasi pendapatan di luar lini televisi tradisional," tuturnya.
Apalagi, kata Hendra, dukungan dari PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk.(EMTK) yang konsisten menambah kepemilikan saham SCMA memberi sinyal bahwa grup masih optimistis terhadap prospek bisnis digital ini.
"Sentimen tersebut bisa menjadi angin segar yang mendorong saham SCMA menuju target Rp380, bahkan berpotensi lebih tinggi jika rumor IPO VIDIO semakin menguat dan terealisasi," ujarnya.(*)
 
      