KABARBURSA.COM - Melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada Selasa, 16 April 2024 bisa memberi dampak ke industri manufaktur.
Seperti diketahui, per kemarin rupiah terpantau bertengger di posisi Rp16.110 per dolar AS, turun sebesar 1,68 persen.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W. Kamdani, menyebut pelemahan nilai tukar rupiah sudah pasti akan memberikan dampak negatif terhadap industri manufaktur nasional.
"Bagaimana pun juga industri manufaktur nasional masih peru mengimpor bahan baku atau penolong dan barang modal," kata dia kepada Kabar Bursa, Rabu 17 April 2024.
Shinta mengatakan 70 persen dari total impor nasional adalah impor bahan baku atau penolong industri. Menurut dia, hal ini akan naik menjadi 80 persen jika ditambah dengan impor barang modal.
"Jadi dampak terhadap kenaikan overhead cost usaha industri manufaktur akan sangat memberatkan," ucapnya.
Shinta melanjutkan, dampak negatif tersebut juga akan dirasakan oleh semua subsektor manufaktur tanpa kecuali karena semua industri manufaktur nasional umumnya memiliki kebutuhan impor bahan baku atau penolong dan impor barang modal.
"Kami mensinyalir gangguan terbesar justru ada di sisi supply atau produksi. Kami memperkirakan akan ada cukup banyak industri manufaktur yang menekan volume produksi karena kenaikan beban overhead cost yang disebabkan oleh pelemahan nilai tukar ini," jelas dia.
Kata Shinta, hal itu terjadi karena tidak semua pelaku industri manufaktur bisa menanggung kenaikan beban overhead cost yang tinggi akibat pelemahan rupiah.
Tahun lalu saja, menurut dia, pihaknya melihat beberapa industri secara voluntary menghentikan produksi sementara karena bahan baku impor yang menjadi mahal karena pelemahan nilai tukar.
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Indonesia menanggapi soal melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada awal perdagangan pekan ini, Selasa, 16 April 2024.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, meski melemah, indeks rupiah masih cukup baik dibanding negara- negara lain, salah satunya Malaysia.
“Terkait dengan indeks rupiah kalau kita bandingkan dengan berbagai negara lain, secara relatif kita sedikit lebih baik dari Malaysia,” kata Airlangga kepada wartawan di Jakarta, Selasa, 16 April 2024.
Menurut Airlangga, penurunan rupiah tidak terlalu terdampak tinggi bagi Indonesia. Hal ini, kata dia, karena Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang relatif kuat.
“Jadi kita tidak yang terdampak tinggi, tapi banyak negara yang lebih terdampak,” pungkasnya.